Apa yang diharapkan Oryza pada pernikahan yang berawal dari kesalahan? Kecelakaan malam itu membuatnya terikat dengan Orion sang pebisnis terkenal sekaligus calon tunangan adiknya, bukankah sudah cocok disebut menjadi antagonis?
Ia dibenci keluarganya bahkan suaminya, sesuai kesepakatan dari awal, mereka akan berpisah setelah anak mereka berusia tiga tahun dengan hak asuh anak yang akan jatuh pada Oryza. Tapi 99 hari sebelum cerai, berbagai upaya dilakukan Oryza mendekatkan putranya dengan sang suami juga adiknya yang akan menjadi istri selanjutnya. Surat cerai tertanda tangani lebih cepat dari kesepakatan, karena Oryza tau ia mungkin sudah tiada sebelum hari itu tiba
Jangan lupa like, vote dan komen ya🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tolong, jangan menangis
Jam menunjukkan pukul dua dini hari, tapi Oryza masih bersama Gabril di apartemen adiknya itu. Ia berusaha menyadarkan Gabril yang ia yakin masih dalam pengaruh alkohol
"Kamu sudah sadar?" Itu pertanyaan yang kesekian kalinya yang ia ucapkan sedari tadi
"Hmm" laki-laki itu hanya menjawab dengan deheman setelah Oryza paksa sadar dengan berbagai cara
"Apa maumu sebenarnya Gabril?" Oryza menghela nafas dan duduk disamping adiknya yang sudah babak belur di wajahnya, tentunya dengan peran Oryza untuk membuatnya sadar dari efek alkohol
"Kamu mau kakak mati?" Gabril menggeleng, ia menatap kakaknya agak ragu untuk mulai bicara
"Kakak tau? Tadi malam mereka berniat menjodohkan Alice dengan teman bisnis ayah"
"Lalu?" Oryza jadi penasaran, bukankah Orion juga sedang dekat dengan Alice
"Kakak tau dia bilang apa? Dia bilang akan menunggu cinta lamanya yang mungkin saja kembali, bukankah dengan jelas dia berharap kakak segera bercerai?" Gabril mengusap wajahnya kasar
"Lantas apa yang salah dengan itu Gabril? Bukankah kamu tau sendiri kalau itu benar? Terhitung kurang dua bulan lagi" suasa apartemen yang sunyi, suasana tengah malam yang hening membuat pembicaraan mereka lebih serius dari biasanya
"Tapi apa seharusnya begitu? Maksudku kenapa mereka seolah mendukung perceraian itu, apa mereka benar-benar tidak ingin melihat kakak bahagia? Atau mereka benar-benar tidak peduli dengan itu?"
"Kakak tau ketika Alice mengatakan itu, alih-alih membujuknya untuk sadar atau mengatakan yang baik mereka hanya diam dan membatalkan rencana perjodohan seolah mereka setuju dengan itu" Orion melanjutkan ucapannya setelah terdiam menatap kakaknya yang juga diam
"Gabril, kurasa sepertinya Alice bisa menjadi ibu untuk Saga" ucap Oryza setelah diam beberapa saat
"Apa ini? Kakak berubah pikiran? Membiarkan hak asuh jatuh pada laki-laki itu?" Gabril menggeleng tak percaya mendengarnya
"Bukan, tapi kakak benar-benar akan pergi Gabril"
"Kalau begitu bawa aku, bawa Saga biar aku yang mengurus segala dokumen dan syarat-syaratnya"
"Tak ada dokumen dan syarat untuk itu. Tapi aku tak mungkin membawa kalian ikut mati denganku"
"Apa maksudnya mati?! Kakak mau bunuh diri?" Suara Gabril meninggi, ia menatap kakaknya nyalang, pertama kali mengeluarkan tatapan seperti itu
Mereka saling menatap untuk waktu yang lama, Gabril dengan pandangan tajamnya yang menuntut penjelasan sedangkan Oryza dengan pandangan sendunya. Akhirnya Oryza yang sedari tadi berdiri menghamburkan dirinya memeluk Gabril
"Kakak nggak bakal hidup lama Gabril. Kanker kakak sudah mencapai stadium akhir, doktee bilang bisa jadi dua bulan bahkan kurang dari itu, sesingkat itu sisa waktu kakak disini" isaknya, ia menangis tersedu pada saudaranya. Pada adik kecil yang dulu sering ia ajak bersepeda bersama, mandi hujan bersama dan lawan mainnya ketika mereka terlibat pertengkaran kecil
"Kakak akan pergi Gabril, kakak akan pergi selamanya, tidak akan kembali lagi" ditengah keheningan malam suara isakan itu begitu terdengar pilu menyayat hati siapapun yang mendengarnya
"Kakak tak akan bisa melihatmu lagi, apa kamu mengerti? Jadi tolong jangan nakal lagi karena tak akan ada yang mengurus urusan kantor polisi lagi"
Gabril terdiam masih mematung, ia merasakan pundaknya yang basah, pegangan kakaknya juga mengerat seolah beban yang dipunggungnya sudah tak sanggup ia tahan sendiri
"Kakak bohongkan?"
"Kakak bilang gini biar aku nggak nakal lagi kan? Kakak bohongkan?" Ulangnya menolak percaya
"Kakak serius, kenapa bercanda untuk hal seperti ini? Apa kamu pikir lucu?" Gabril mendorong kedua bahu kakaknya agar bisa melihat dengan jelas wajah itu, wajah yang selalu mengomelinya melebihi orang tua mereka
"Hiks hiks" air matanya turun ketika melihat wajah kakaknya, darah mimisan dengan air mata yang bercampur
"Kak Oryza" ia menenggelamkan dirinya dalam bahu hangat kakaknya, bahu yang pernah berusaha menggendongnya dulu ketika ia jatuh dari sepeda dan menangis di jalan
"Kakak"
"Jangan menangis Gabril, tolong jangan menangis" Oryza mengucap itu namun ia pun sudah terisak. Gabril merasa gagal menjadi saudara yang baik untuk kakak yang selalu ada untuknya, yang selalu mengerti kenakalannya, yang selalu mendukung dan menasihatinya dengan hal-hal yang mudah ia terima. Gabril gagal membuat kakaknya merasa bahagia sampai menyembunyikan penyakit separah ini
"Kak Oryza" Gabril yang memiliki tubuh lebih tinggi dari kakaknya harus sedikit menundukkan tubuh agar bisa memeluk tubuh kurus itu
"Tolong jangan menangis lagi Gabril" Oryza mendorong bahu itu agar kembali tegak, ia menatap adiknya dengan mata dan hidung yang memerah
"Gabril, jangan menangis lagi okey?" Seumur hidup, ini mungkin pertama kalinya ia menangis sekeras dan sefrustasi ini. Andai melawan musuh mungkin masih bisa, tapi bagaimana dengan melawan takdir tuhan?
"Kak, ayo kita pergi berobat yang jauh, ke rumah sakit terbaik didunia sekalipun" Oryza membawa tangan adiknya keatas kepalanya, lalu menurunkan setelah menggenggam jemari itu erat
"Kamu lihat rambut kakak yang rontok? Kakak juga berobat Gabril. Kamu pikir kakak diam saja?" Bukannya tenang, tangisan Gabril malah semakin menjadi
"Kak Oryza nggak boleh pergi"
"Kamu nggak sendiri kalau kakak pergi Gabril, kamu punya ayah dan bunda, Kak Andra, Alice, dan bukankah kamu juga punya banyak teman. Kehilangan satu orang tak akan membuatmu merasa sedih berkepanjangan"
"Aku lebih baik ditinggalkan mereka daripada Kak Oryza"
Menurut Gabril, Oryza adalah saudara terbaik, saat ia masuk TK dan orang tuanya sibuk menjaga Alice yang perlu perhatian lebih karena mentalnya yang terguncang, Oryza yang selalu dirumah menjaganya. Ia lebih dekat dengan Oryza daripada kakak sulungnya. Bahkan Oryza pernah membawanya ikut mengerjakan tugas kelompok di rumah temannya dengan naik sepeda. Mereka selalu pintar mencari kesempatan untuk mandi hujan dan kadang bertengkar lima menit lalu saling bermaaf-maafan. Gabril menyayangi kakaknya dengan tulus. Begitu Oryza memasuki masa putih abunya, ia yang mulai masuk SD merasa kagum dengan cara bicara, pakaian dan keberanian kakaknya. Ibaratnya idolanya sendiri adalah Oryza. Menurutnya Oryza itu keren, bahkan ketika ia dimarahi karena kesalahan kakaknya yang akan membela dan kadang menanggung hukumannya. Gabril pernah berjanji ia tak akan pernah membuat kakaknya menangis
"Maaf, bajumu kena darah, biar kakak yang cuci nanti" Oryza menyentuh bagian bahu yang tadi sempat terkena darah mimisannya
"Kalau Kak Oryza mati, aku juga mau mati"
"Jangan gila Gabril! Kakak hanya memberitaumu hal ini karena kakak percaya kamu lebih dari siapapun, kakak hanya berharap kamu tidak akan nakal lagi setelahnya. Hidup dengan baik dan peduli pada tubuhmu, hargai apa yang diberikan tuhan untukmu"
"Kematian bukan soal mudah untuk diperhitungkan, jika bunuh diri dan kamu mati maka jasadmu tak akan diterima, kalau kamu hidup maka ada bagian tubuhmu yang cacat. Jadi tolong, kakak titipkan Saga untukmu"
Oryza 😭😭😭😭😭🤧
begitulah versi cerita ni... semua feeling jg ada d situ d uli sebati ole author. huhhh sedih bnget ya
karena Allah lebih tahu bahwasanya kita tidak boleh terlalu terlena & memuja yg ada di dunia ini tanpa mengingat penciptanya... Allah mengambilnya supaya kita selalu mengingat & berdoa kepada sang pencipta