Rela Berpisah Karena Orang Ketiga

Setelah mendengar ucapan tetangganya Rendra masih diam disitu, Rendra masih menunggu naina sampai Naina pulang, karena ia juga masih belum yakin dengan. ucapan ibu tadi..

"Apa aku tunggu saja disini." guman Rendra,

Dan tak lama Naina pulang awal karena ia sudah ada janji dengan pengacara temanya yang akan mengurus surat cerai Ayu.

"Kenapa kamu ada disini.." Naina basa-basi dan merasa jengkel saat tau Rendra ada di depan rumahnya.

"Ya nai, apa benar Ayu sudah tidak ada disini.." tanya Rendra.

"Menurut kamu bagaimana, apa ada Ayu keluar dari tadi, tidak kan, jadi aku harap kamu jangan mempersulit jalanku, aku mau masuk.." Naina berusaha menyingkirkan Rendra yang menghalangi jalanya..

"Sebentar saja Nai, aku hanya ingin tanya kepadamu itu saja, apa boleh aku bertemu ayu.." Rendra menghentikan Naina yang hendak masuk.

"Minggir, aku gak ada urusan sama kamu.." dengan tatapan sinis nya Naina masuk dan menutup pintu dengan kencang.

Brak

Rendra sampai terlonjak kaget, bagaimana tidak ia begitu kaget. saat Naina menutup pintu..

"Ada apa dengan anak itu.." guman Rendra yang menyadari sikap naina kepadanya..

Setelah tak menemukan jawaban atas perginya kemana Ayu, Rendra pun pulang, setelah muka Naina yang tak bersahabat tadi.

Di sepanjang jalan Rendra mengusap wajah kasarnya, ia begitu kecewa apa yang ia cari, tak menemukan di mana Ayu berada,

"Mungkin besok aku akan bertemu Ayu, aku yakin dia masih di rumah naina, hanya saja ia tak mau menemui aku.." tekat Rendra..

Sedangkan sore hari Vanesa susah berada di mobil yang sudah ia tumpangi, dengan seseorang yang selama ini menjalin hubungan denganya..

"Sayang kenapa muka kamu cemberut begitu, apakah kamu tak senang pergi denganku.." ucap laki-laki tadi yang masih berada di balik kemudi.

" Bukan begitu, aku kan sudah menegaskan jangan temui aku lagi, aku gak mau usaha yang aku bangun sia-sia dan berantakan.." ucap Vanesa memandang jalanan.

"Sebenarnya aku juga mau bertanggung jawab, tapi kamu kan tau aku juga punya istri di rumah, biasanya kamu setuju kita menjalani hubungan ini tampa ada yang tahu.." ucap Rian

Laki-lakinya yang bersama Vanesa adalah rian laki-laki yang membuat Vanesa menjadi sekarang ini hidup mewah dan tercukupi, dan. bisa melanjutkan pendidikannya hingga ia bisa kerja di kantor yang sama. dengan Rendra suaminya seorang.

"Tapi takut rian, aku takut rendra akan tau jika bayi ini bukan anaknya.." Vanesa kasih takut anak nanti anaknya yang tidak ada hubungan nya dengan Rendra.

"Bukanya aku sudah menawari kamu untuk menjadi istri siriku Kenapa kamu tidak mau.."

"Aku gak mau, karena istrimu selalu meneror ku, bahkan ia juga tak segan-segan untuk menyakitiku bukan.."

"Jangan kawatirkan ayang, walaupun juga tak bersama kamu akan selalu ada untuk bermanja denganmu, apa kita langsung ke hotel saja.." Rian sudah tahu kegiatannya dengan Vanesa.

"Ya tapi aku mau kamu cari hotel yang aman, aku gak mau istrimu menggerebek aku lagi cukup satu kali saja.."

Vanesa masih ingat istri rian yang menggerebek dia dan rian di salah satu hotel dimana ia hanya menggunakan baju dinas saja. Ia di jadikan bahan tontonan oleh istrinya Rian hingga ia putus sementara karena ancaman itu, hingga ia menjalin kembali hubunganya dengan Rian, apa yang ia mau selalu Rian penuhi, dan jangan di tanya urusan ranjang Rian paling bisa membuat ia melayang ketimbang dengan suaminya sendiri, setelah menjebak itu, Vanesa yak mendapatkan haknya sebagai istri, karena itu ia mencari pelampiasan dengan Rian..

Sampainya di hotel mereka masuk dengan memakai masker agar tidak ad yang tahu, nasib baik berpihak padanya, dan kini mereka sedang melakukan pemanasan sebelum ke permainan inti..

" Apa kamu menyukainya sayang.." Rian sudah mencium pucuk dua gunung kembar Vanesa, itu..

"Belum Rian, masih belum membuat aku melayang.." ucap Vanesa yang berada di bawah Kungkungan Rian.

"Baiklah, akan aku buat kamu melayang sekarang,, siapkan dirimu, "

Mereka melakukan pemanasan dan juga Vanesa yang di buat melayang oleh Rian pun mendesah saat apa yang di lakukan oleh Rian, hingga pertempuran itu berulang kali terjadi, bahkan hingga Vanesa terkulai lemas..

"Kamu puas yank.." Rian yang masih mendaratkan tanganya di area kesukaannya..

"Heem.. kamu sangat perkasa, dan aku sangat menikmati nya..bahkan Rendra tak ada tandingannya di bandingkan kamu.." Vanesa bersender di dada bidang rian.

"Apa kamu mau mengulangi nya lagi..."

"Cukup hari ini, dan mana uang yang aku minta kamu gak lupa kan.."

"Tentu saja, lihat di rekening kamu, sudah masuk apa yang kamu minta.." Rian mentransfer. sejumlah uang ke rekening Vanesa yang nominalnya yang tidak tanggung-tanggung.

"Terimakasih sayang makin cinta deh aku sama kamu.." ucap Vanesa mengecup laki-laki yang sudah berumur itu,

Setelah mendapatkan apa yang ia mau Vanesa membersikan badanya.. dan kembali pulang dengan wajah yang berbinar, karena ia sudah mendapatkan apa yang ia mau..

"Jika bukan karena aku butuh uang, aku tak ingin melakukannya dengan kamu Rian dasar tua bangka..". Vanesa melakukan itu hanya kebutuhan sex yang tinggi, dan ia juga butuh uang, jika suatu saat Rendra tau ia tak usah bersusah payah untuk bekerja.

"Jika aku tak mengandung anakmu rian, aku pasti akan mengandung anaknya Rendra yang lebih muda, bukan tua bangka sepertimu dan aku tak akan menghalalkan segala cara untuk menjebaknya.. sial.." Vanesa mengumpat karena ia susah masuk kedalam permainan seorang Rian, brian hanya alibinya saja, sebenarnya ia menjalin hubungan dengan Rian yang sudah cukup lama.

Rendra mondar mandir di dalam rumah, karena Vanesa yak kunjung pulang, bagaimana keadaanya Rendra masih memikirkan istrinya itu dan sekarang sudah hampir tengah malam..

Dan tak lama Vanesa datang. Ia membuka pintu dan saat pintu terbuka sudah ada Rendra yang menunggunya..

Kriek.

"Kenapa baru pulang, kamu lagi hamil Vanesa, mas kuatir.." Rendra mendekati Vanesa yang baru pulang itu.

"Maaf mas, tadi teman-teman ngajak ketemuan dulu, jadi aku ikut aja, " dalam hati Vanesa ketar-ketir bagiamana tidak tatapan Rendra seakan mengintimidasi..

"Baiklah besok jangan di ulang ya, jika ada apa-apa telfon mas saja, mas yang akan jemput kamu.." Rendra mengajak istrinya untuk istirahat...

"Selamat.." batin Vanesa, Rendra tidak curiga sama sekali..