NovelToon NovelToon
Selir Hati Mr. Billionaire

Selir Hati Mr. Billionaire

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / nikahkontrak / patahhati
Popularitas:6.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: alya aziz

Menjalani hubungan pernikahan, tanpa mengharap di cintai, tanpa tuntutan, dan tanpa mengharapkan sebuah pengakuan.

Tak pernah terlintas di dalam benak Arumi, bahwa ia akan menjalani sebuah hubungan pernikahan rahasia dengan seorang pria yang baru saja resmi menjadi seorang duda.

Pelariannya dari kejaran para rentenir, malah membuatnya kehilangan hal terakhir yang paling berharga baginya yaitu kesuciannya. Alfaro yang malam itu dalam kondisi mabuk telah merenggut kesuciannya di saat ia tidak sadarkan diri.

Sudah terlanjur basah, kenapa tidak sekalian menceburkan diri saja. Alfaro yang haus akan kehangatan dan belaian seorang wanita, memberikan sebuah penawaran gila kepada Arumi.

"Tugas mu hanya melayaniku selama satu tahun, aku akan melunasi semua hutang mu pada rentenir itu dan juga memberikan mu pekerjaan."


Hanya ada dua pilihan, mati secara perlahan di tangan rentenir atau menerima tawaran sang duda yang membutuhkannya sebagai penghangat ranjang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.2 (Surat perjanjian)

Mata para preman itu terbelalak saat Alfaro menyodorkan selembar cek kepada mereka. Nominal yang tertera di cek itu pun lebih dari yang seharusnya Arumi bayarkan.

Salah seorang preman berkepala plontos itu meraih cek itu dengan cepat. Ia membolak-balikkan selebar kertas itu, untuk memastikan jika cek tersebut, asli atau palsu.

"Gimana, asli kagak tu barang?"

"Asli ini mah."

Alfaro melirik ke samping, di mana arumi berada, tak ada raut bahagia karena hutang yang membebani telah lunas. Yang Arumi pikirkan adalah beban baru yang akan segera ia jalani selama satu tahun. Alfaro kembali melihat ke arah para preman itu.

"Apa lagi yang kalian tunggu, pergi dari sini!" ketus Alfaro, membuat para preman itu terperanjat kaget.

Salah seorang preman itu mengeluarkan sebuah kunci dari kantong jaketnya. Kunci itu adalah kunci rumah Arumi yang sejak kemarin mereka ambil alih.

"Sabar bos, ini kunci rumahnya." preman berkepala plontos itu menyodorkan sebuah kunci kepada Alfaro. Dengan gerakan cepat Alfaro meraih kunci rumah itu.

"Coba aja dari awal lu bayar utang, kagak ada tuh acara kejar-kejaran segala," ucap preman itu kepada Arumi.

Wajahnya di tekuk sedalam mungkin, Arumi bahkan tidak sanggup untuk menatap wajah para preman bertubuh kekar itu.

"Kami pamit, permisi." Para preman itu Melangkah pergi.

Kini tinggallah Arumi dan Alfaro. Arumi masih menundukkan kepalanya, ia beberapa kali menelan karena merasa gugup, dan juga takut. Alfaro meraih tangan kanan Arumi dan meletakkan kunci itu di atas telapak tangannya.

"Ini milik mu."

Arumi mulai menegapkan kepalanya, menatap Alfaro yang saat ini sedang berada di hadapannya. Dengan begitu mudahnya untuk seorang penguasa mengeluarkan uang yang berjumlah milyaran, tapi tentu saja sebanding dengan bayaran yang harus di terimanya dari seorang gadis kecil yang ada di hadapannya saat ini.

Alfaro kembali mengeluarkan sesuatu di dompetnya. Sebuah kertas kecil yang merupakan kartu nama, kini sudah berada di telapak tangan yang sama di mana kunci itu berada.

"Aku tunggu besok siang. Aku sangat membenci seorang pengkhianat, jika kamu mengingkari janji, maka akan ku pastikan kamu tidak bisa melihat matahari terbit esok hari."

Arumi mengengam erat kartu nama dan kunci rumah itu. Ia kembali menelan beberapa kali karena mendengar ancaman Alfaro kepadanya.

"Ba-baik," ucapnya sambil tertunduk.

...***...

Jelang malam di sebuah mansion mewah di kawasan perumahan elit. Alfaro yang sedang duduk di kursi kebesarannya menyodorkan sebuah kertas kepada sekertarisnya. Sang sekertaris nampak bingung dengan apa yang tertulis di atas kertas itu.

"Ini maksudnya apa Tuan?" Aril membaca setiap kalimat yang di tulis langsung oleh Alfaro.

"Salin itu, jangan lupa siapkan materai ... aku akan segera menikah."

"A-apa menikah?" Aril berdiri dari duduknya, rasanya baru kemarin palu hakim di ketuk dan sekarang bosnya sudah mau menikah lagi.

"Tuan, apa anda sedang bercanda?" tanya Aril memastikan.

"Aku serius, tapi ini hanyalah pernikahan siri saja dan ini rahasia, aku hanya membutuhkan tubuhnya sebagai penghangat ranjang sampai aku benar-benar bisa melupakan Sarah."

"Dengarkan aku baik-baik, ini hanya akan menjadi rahasia kita berdua." Alfaro mendekatkan tubuhnya, dan mulai menjelaskan hal yang terjadi kepadanya dan Arumi, hingga ia menawarkan hal gila itu kepada seorang gadis yang sudah ia setubuhi secara setengah sadar.

"Bagiamana jika gadia itu hamil tuan?" tanya Aril yang nampak panik.

"Tidak mungkin, meskipun aku mabuk tapi aku ingat, aku mengeluarkannya di luar bukan di dalam."

Aril menghela nafas panjang. Hal macam apa lagi ini, rasanya tidak ada habisnya ia di buat terkejut oleh sang Bos. Tidak ada alasan juga untuk ia menolak permintaan Alfaro. Memang inilah perkejaannya, menuruti semua keinginan pewaris tunggal WB grup yang tak menerima penolakan.

"Baiklah Tuan, besok akan segera saya selesaikan."

"Tapi bagaimana jika Nyonya mengetahui masalah ini?" tanya Aril tiba-tiba.

"Mama tidak akan pernah tau, kecuali kamu memberitahunya!" ketus Alfaro sambil menunjuk kearah Aril.

Aril hanya bisa menelan dengan susah payah, di balik kalimat yang penuh penekanan itu, terselubung sebuah ancaman, siapa tahu saja ia secara sengaja atau tidak sengaja membocorkan rahasia ini.

Ayah Alfaro sudah lama meninggal. Mama menetap di Amerika serikat untuk menemani adik perempuannya yang melanjutkan studi di sana. Mama dan adiknya hanya pulang satu tahun sekali saat libur akhir tahun.

Saat mengetahui perselingkuhan Sarah, orang pertama yang menyarankan agar Alfaro bercerai ada sang Mama. Mamanya bahkan ingin pulang ke Indonesia, hanya saja Alfaro melarang, ia tidak ingin mama yang mempunyai emosional tinggi malah membuat masalah semakin kacau.

"Besok dia akan datang kemari, pastikan kamu sudah selesai membuat kontrak perjanjian itu," ujar Alfaro pada Aril.

"Baik Tuan."

Aril melangkah pergi meninggalkan ruangan itu. Sementara Alfaro masih belum meninggalkan posisinya, ia membuka sebuah laci yang ada di meja kerjanya. Di dalam laci itu terdapat selembar foto pernikahannya dan juga Sarah.

Dari sekian banyak foto, hanya itu yang tersisa, selebihnya sudah ia bakar. Di tatapnya foto itu dengan sangat serius, ia masih tidak menyangka jika mereka akan berakhir seperti ini. Pengkhianatan yang di lakukan sang mantan benar-benar Membekas dan tidak akan bisa ia lupakan seumur hidupnya.

Terakhir kali ia melihat Sarah, pada saat sidang kemarin. Sarah menangis di persidangan itu, namun Alfaro tak bergeming, ia bahkan tidak pernah sekalipun menyapa, meskipun hatinya menjerit agar Alfaro memaafkan kekhalifahan sang mantan istri. Ia juga tak memberikan sepeserpun harta gono-gini kepada mantan istrinya.

Alfaro meramas foto itu kemudian di lemparnya ke tempat sampah. Jujur, ia masih belum bisa melupakan Sarah, terlalu banyak kenangan indah yang melekat hingga membuat Alfaro tersiksa. Ia membutuhkan pelampiasan, dan itu adalah Arumi.

Mansion ini juga di penuhi dengan kenangan bersama sang mantan istri. Tempat di mana impian-impian yang ingin Alfaro bangun dengan keluarga kecilnya kelak, tapi selama dua tahun, akhirnya impian itu hancur seketika.

...****...

Arumi baru saja turun dari motor ojek online yang membawanya ke alamat yang ia tuju. Setelah membayar ongkos ojek, iya melangkahkan kakinya menuju pagar depan rumah mewah itu.

Di ceknya sekali lagi kartu nama dan alamat yang tertera di tembok pagar, untuk memastikan jika ia tidak salah alamat.

"Ternyata benar, ini rumahnya." Arumi mengintip dari sela pagar yang menjulang tinggi, bisa terlihat sebuah mansion mewah nan megah berdiri kokoh di dalam sana.

Tiiiitttt.

Tiba-tiba saja sebuah suara yang berasal dari sebuah speaker kecil yang ada di bawah bel mengejutkan Arumi. Ia menatap bel yang ada di samping pagar. Rasa keterkejutannya pun belum sampai di situ, karena tiba-tiba speaker itu kembali bersuara.

"Silahkan masuk."

Pagar tinggi itu mulai terbuka secara otomatis. Arumi nampak terpana karena untuk pertama kalinya melihat teknologi secanggih itu. Pintu pagar telah terbuka, dengan ragu-ragu Arumi melangkah masuk. Baru beberapa langkah ia masuk, seorang pelayan wanita sudah datang menghampirinya.

"Silahkan masuk Nona Arumi, Tuan sudah menunggu," ucap pelayan wanita itu dengan sangat ramah.

"Ba-baik."

Arumi mengikuti langkah pelayan wanita itu masuk ke bagian dalam mansion. Tak henti-hentinya ia menatap takjub seluruh bagian dalam yang di dominasi warna gold, brown dan putih. Akhirnya sampailah ia kesebuah ruangan yang cukup luas dengan sentuhan nuansa klasik.

"Nona, silahkan duduk dan menunggu Tuan Alfaro di sini," jelas pelayan wanita itu.

"Baik." Hanya kata itu saja yang bisa keluar dari mulut Arumi. ia hanyalah gadis biasa yang baru saja memasuki dunia yang tidak pernah ada di bayangannya selama ini.

Pelayan wanita itu meninggalkan Arumi di sana sendiri. Arumi menggedarkan pandangannya, sejak ia masuk kedalam rumah itu, ia belum sekalipun melihat bingkai foto terpampang di dinding.

"Apa dia tidak punya keluarga," gumam Arumi.

Ckelek.

Pintu besar itu mulai terbuka, sontak Arumi langsung menoleh kearah pintu. Ia bisa melihat Pria yang menawarkan hal gila ini padanya, Pria itu tidak sendiri, karena seorang pria lain berjalan tepat di belakangnya.

Saat Arumi hendak berdiri, Alfaro memberikan kode, agar ia tetap duduk di posisinya dan tidak perlu berdiri. Alfaro duduk tepat di hadapan Arumi, sementara Aril berdiri di samping kursi.

Aril mengeluarkan selembar kertas yang ada di dalam map, kemudian ia berikan kepada Arumi. Arumi terlihat kebingungan saat menerima kertas itu.

"Baca dan tanda tangani," sahut Alfaro secara tiba-tiba.

Arumi mulai membaca setiap kalimat yang tertera di dalam kertas itu, hampir semuanya berisi peraturan yang harus di patuhi-nya selama menjadi istri seorang Alfaro Wilson. Ia kembali meletakkan kertas itu di atas meja, dan untuk pertama kalinya ia memberanikan diri menatap netra coklat milik Alfaro.

"Saya setuju Tuan ... tapi apa boleh saya mengajukan satu syarat saja," pinta Arumi.

"Katakan, apa syarat yang kamu inginkan?"

"Saya hanya akan menjadi istri anda dan melayani anda saat kita berada di rumah. Di luar itu anda dan saya hanyalah orang asing yang tidak saling mengenal," tutur Arumi.

Cih, pintar juga dia.

"Baiklah tidak masalah, aku bisa berjanji atas permintaan mu itu, kamu bisa memegang janji seorang Alfaro Wilson."

"Baiklah, saya akan tanda tangan sekarang."

Arumi meraih sebuah bolpoin yang ada di atas meja dan mulai membubuhkan tanda tangannya. Akhirnya terikat sudah, meskipun ia ingin kabur sekalipun sudah tidak akan bisa.

Alfaro tersenyum tipis saat melihat Arumi membubuhkan tanda tangan di kertas itu. Akhirnya tinggal satu langkah lagi, setelah menikahi Arumi secara siri, maka resmi sudah ia memiliki mainan baru yang ia harap tidak akan membuatnya bosan.

Malam itu ia tidak menikmati permainan antara ia dan Arumi, karena ia dalam kondisi mabuk. Setelah ijab kabul nanti, ia akan mulai melancarkan aksinya, menyalurkan hasrat dan gairah yang haus akan belaian wanita.

"Sisanya aku serahkan kepada mu," ucap Alfaro pada Aril.

"Baik Tuan."

Alfaro beranjak dari duduknya, dan mulai melangkah pergi. Sekarang tinggalah Arumi dan Aril yang ada di sana. Aril duduk di depan Arumi dan kembali menyodorkan sebuah kertas lagi.

"Ini adalah jadwal Nona selama satu tahun kedepan."

Arumi menghela nafas panjang. Apa lagi ini, kenapa banyak sekali peraturan yang harus ia patuhi untuk perannya sebagai wanita pemuas hasrat, pikirnya.

Arumi kembali membaca setiap peraturan yang ada di kertas itu. Salah satu peraturannya ia harus berada di mansion itu sebelum jam empat sore mulai dari senin hingga sabtu sementara hari minggu, ia boleh pulang kerumahnya sendiri.

Benar juga, alfaro hanya membutuhkannya setiap malam saja.

"Bagaimana dengan pekerjaan, Tuan Alfaro bilang aku akan mendapatkan pekerjaan."

"Nona tenang saja, saya yang akan mengatur itu, setelah Nona resmi menikah dengan Tuan Alfaro," tutur Aril.

"Kalau boleh tahu, kapan saya akan menikah dengannya?"

"Besok Nona, di rumah ini."

"Apa! Be-sok."

Arumi nampak sangat terkejut, apa secepat itu ia harus memulai. Ia bahkan belum sempat bernafas. Ia juga belum siap untuk kembali melewati malam panas bersama Alfaro. Jika waktu itu ia tidak merasakan apapun, karena dalam kondisi pingsan maka malam selanjutnya ia tidak tahu hal seperti apa yang akan ia lewati.

*Aku berharap, aku akan pingsan saat malam itu tiba.

Bersambung 💓

Jangan lupa like komen vote ya readers 🙏😊*

1
tri
ets dah ada yg cemburu, ,/Shy//Shy//Shy/
tri
Luar biasa
Fajar Ayu Kurniawati
.
Riza Rama
Kecewa
Riza Rama
Buruk
tri
,/Facepalm//Facepalm/ dinda mmg the best kelakuannya, aril....aril, knp ga ngaku aja sik
Idha Giatno
Luar biasa
Nenie Chusniyah
luar biasa
MommaBear
Luar biasa
Anonymous
ok
Rahma Putri
Luar biasa
Alet
keren
Ririn Nursisminingsih
meleleh a thor😍😍
Ririn Nursisminingsih
thor semua karyamu udah a baca...penulisanya sangat bagus alurnya tidak berbelit2 a suka..💪💪
Ririn Nursisminingsih
hadech kok malah saling berbohong mending arumi bilang aja udah nikah
Ririn Nursisminingsih
ayoo arumi srmangat tunjukan kmu wanita cerdas,kuat,ndak mudah ditindas
Ririn Nursisminingsih
ambil aja arumi buat alvaro bucin sama kmu...biar tau rasa dia
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
Luar biasa
aisyahara_ㅏㅣ샤 하라
mampir di arumi
Novie Yanti
iy senyum senyum sendiri.. sweet banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!