Juara 2 YAAW 2024, kategori cinta manis.
Datang ke rumah sahabatnya malah membuat Jeni merasakan kekesalan yang luar biasa, karena ayah dari sahabatnya itu malah mengejar-ngejar dirinya dan meminta dirinya untuk menjadi istrinya.
"Menikahlah denganku, Jeni. Aku jamin kamu pasti akan bahagia."
"Idih! Nggak mau, Om. Jauh-jauh sana, aku masih suka yang muda!"
Akan seperti apa jadinya hubungan Jeni dan juga Josua?
Skuy pantengin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apakah Boleh Dad Nikah Lagi?
Jeni sangat kesal sekali dengan apa yang dilakukan oleh Josua, dia juga begitu kesal dengan apa yang dikatakan oleh pria itu. Bisa-bisanya Josua mengatakan hal seperti itu kepada Jeni, wanita yang masih lajang.
Sepertinya otak Josua sudah tersiram tumpukan pasir, sehingga kini otak pria itu terasa ngeres dan perlu dibersihkan. Namun, Jeni tidak tahu cara membersihkan otak pria itu.
"Jangan berisik, Jeni. Lebih baik kita berbicara di dalam mobil saja," ujar Josua seraya menuntun Jeni untuk keluar dari dalam pemakaman dan menuntunnya menuju parkiran.
Sebenarnya Jeni merasa risih dengan perlakuan dari Josua, karena pria itu terkesan memaksa. Namun, Jeni bingung harus bagaimana kabur dari pria itu.
"Jeni mau pulang aja, Om." Jeni berusaha untuk keluar dari dalam mobil pria itu.
Namun, dengan cepat Josua mengunci pintu mobil tersebut. Tentu saja hal itu membuat Jeni tidak bisa turun dari dalam mobil itu, tiba-tiba saja gadis muda itu merasa ketakutan.
"Om mau ngapain? Kenapa pintu mobilnya pakai dia kunci segala?" tanya Jeni penuh dengan kecurigaan.
Josua terkekeh mendengar pertanyaan dari wanita itu, lalu dia memakaikan sabuk pengaman untuk Jeni. Wanita itu menatap Josua dengan penuh kewaspadaan.
"Om cuma mau bicara serius sama kamu, ngga ada maksud lain."
Ada rasa lega yang Jeni rasakan, karena dia sempat mengira jika pria yang sudah menduda selama dua puluh tahun itu akan melakukan hal yang tidak-tidak kepada dirinya.
"Kalau mau bicara ya, bicara aja. Ngga usah dikunci juga pintunya," ujar Jeni dengan bibirnya yang sudah mengerucut.
Josua tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Jeni, dia juga tertawa melihat bibir Jeni yang mengerucut. Kelakuan wanita itu benar-benar mirip dengan kelakuan mendiang istrinya.
Namun, tetap saja dia merasa banyak perbedaan antara Jeni dan juga Juni. Keduanya tidak bisa disamakan, karena memang keduanya merupakan manusia yang berbeda.
"Kalau pintunya ngga dikunci, kamu pasti kabur. Lagian aku ini bukan pria yang suka mengambil kesempatan dalam kesempitan, aku hanya ingin mengajak kamu untuk berbicara dengan serius," ujar Josua.
Walaupun Jeni berkata tidak mau menikah dengannya, tetapi Josua malah semakin menginginkan gadis itu. Terlebih lagi setelah mengetahui jika gadis itu sangat mandiri dan selalu berusaha untuk membiayai hidupnya sendiri.
Josua merasa jika Jeni selama ini pasti mengalami kesusahan, dia ingin membuat wanita itu bahagia dengan menikahinya.
"Baiklah, apa yang ingin Om bicarakan?" tanya Jeni seraya mencoba untuk menenangkan hatinya.
Karena jujur saja berdua-duaan dengan pria itu membuat dirinya takut, walaupun memang pria itu mengatakan tidak akan melakukan apa pun terhadap dirinya.
Karena zaman sekarang memang banyak pria yang terlihat baik tetapi nyatanya tidak baik, mereka mendekat tetapi hanya untuk nekat.
"Aku ingin membahas masalah pernikahan, aku serius mengajak kamu menikah. Apakah kamu bersedia?" tanya Josua.
Josua nampak memandang Jeni dengan tatapan penuh harap, karena jujur saja rasanya Josua tidak ingin melepaskan wanita itu. Dia ingin mengikat wanita itu dengan tali pernikahan.
Uuuh! Mendengar pertanyaan dari Josua, rasanya Jeni ingin sekali menampar mulut Josua. Karena pria itu kembali menanyakan hal yang sama, hal yang rasanya tidak ingin dia bahas.
"Oh ya ampun, Om! Jeni belum mau nikah, Jeni belum mau punya anak. Terlebih lagi Om adalah ayah dari temen Jeni, Jeni takut persahabatan Jeni dengan Juliette akan hancur berantakan."
Pertama, Josua adalah ayah dari sahabatnya. Sungguh Jeni akan merasa sangat lucu jika dia menikah dengan pria itu dan sahabatnya akan menjadi putri sambungnya.
Kedua, jika dia menikah, itu artinya dia harus berhubungan suami istri dengan Josua. Dia akan memiliki anak dan nantinya akan kerepotan, jika sudah seperti itu, pastinya wanita itu tidak akan bisa kuliah lagi, pikir Jeni.
"Nanti Om cari cara agar Juli mau nerima kamu jadi ibu sambungnya," ujar Josua.
Jeni langsung memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil, dia seolah tidak mau memandang pria itu lagi. Pria yang dia rasa begitu keras kepala, karena begitu sulit untuk diajak berbicara.
Pria itu benar-benar tipe pria yang begitu pemaksa, jika ada maunya sepertinya harus dia dapatkan dengan segera tanpa tawar menawar.
"Terserah Om aja, Jeni mau pulang. Om itu pemaksa banget, terus kemarin apa maksudnya tuh borong semua dagangan aku?" tanya Jeni sedikit kesal tapi senang karena dagangannya laris manis.
Dia sungguh sangat senang saat mengecek m-banking miliknya yang sudah terisi penuh dengan uang, dia bahagia karena m-banking-nya memiliki banyak saldo.
"Biar kamu seneng, aku tuh tahu banget kalau kamu itu perempuan baik-baik. Kalau aku ngasih uang secara cuma-cuma pasti kamu akan menolak," ujar Josua.
Bener juga sih! Mana mungkin wanita muda itu mau menerima uang pemberian dari Josua jika secara cuma-cuma, kamu takutnya ada imbalan dari uang yang diberikan oleh pria tersebut.
Namun, dengan membeli semua barang dagangan milik Jeni, itu artinya pria itu membantu perekonomian Jeni dengan suka rela.
"Terima kasih atas kepeduliannya, tapi untuk saat ini Jeni mau pulang. Tolong anterin ya, Om. Jeni harus siap-siap kuliah," ujar Jeni.
Sebenarnya masih ada waktu untuk bersiap pergi kuliah, tetapi pada kenyataannya dia memang sudah tidak sanggup berlama-lama lagi bersama dengan Josua.
"Oke, akan aku antar. Tapi ingat, Om selalu serius dengan ucapan Om. Kalau kamu bersedia, kamu bisa langsung bilang."
"Hem," jawab Jeni hanya dengan deheman saja.
Pada akhirnya Josua mengantarkan Jeni ke kediaman sederhananya, setelah itu dia pulang ke kediaman William. Josua langsung tersenyum ketika dia melihat putrinya sedang duduk di ruang keluarga.
Pria itu dengan cepat menghampiri putrinya, dia duduk tepat di samping putrinya dan mengelus lembut rambut panjang putrinya tersebut.
"Juli, Daddy mau tanya sesuatu sama kamu. Tolong jawab dengan jujur," pinta Josua.
"Aih! Daddy kok aneh kaya gini, nggak biasanya loh datang-datang bilang mau nanya." Juliette menatap ayahnya dengan tatapan heran.
"Daddy serius, Daddy pengen nikah lagi. Apakah Juli keberatan jika Daddy menikah lagi?" tanya Josua.
Juliette begitu kaget mendengar apa yang dipertanyakan oleh ayahnya, matanya langsung membulat dengan sempurna dan bahkan bibirnya menganga dengan begitu lebar.
"Me--menikah lagi?" tanya Juliette.
Selama ini Josua tidak pernah dekat dengan wanita manapun, Juliette sempat berpikir jika ayahnya itu sudah mati rasa. Namun, sungguh dia begitu kaget ketika mendengar ayahnya bertanya seperti itu.
Juliette jadi bertanya-tanya di dalam hatinya, wanita mana yang sudah bisa menaklukkan hati ayahnya tersebut.
"Yes, Honey. Apakah boleh?" tanya Josua harap-harap cemas.