Masa lalu yang telah Ia lupakan kembali hadir dan mengusik kehidupannya. Seolah takdir mempermainkan mereka.
Mira, wanita cantik yang profesi sebagai seorang dokter telah berhasil keluar dari keterpurukannya dan membahagiakan anaknya seorang diri. Ia mampu melakukan semua itu tanpa adanya sosok Rangga, pria masa lalu yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya dan tiba-tiba pergi begitu saja. Menghilang bagai buih.
Disaat Mira tengah bahagia dengan kehidupannya, lagi-lagi pria itu tiba-tiba hadir dalam hidupnya. Takdir kembali mempertemukan mereka sebagai seorang dokter dan pasien.
Akankah Mira berada di sekitaran Rangga sebagai seorang dokter, yang akan menyembuhkannya? Ataukah memutuskan menjadi sosok wanita yang telah dicampakkan, dan membalas rasa sakitnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amnesia
Kebetulan hari itu, kedua temannya sudah tahu jika Rangga telah lebih baik dan mereka menjenguk Rangga.
"Jadi ini sudah 2 tahun berlalu, ya?" tanya Rangga pada Wira, membuat Wira pun mengangguk.
Mendengar penjelasan dari sahabatnya jika ia telah meninggalkan Mira selama 2 tahun lebih bahkan hampir 3 tahun dan mengabaikan bayi yang dikandung Mira membuat Rangga sangat frustasi, bahkan Wira mengatakan jika Mira dulu pergi dari kampungnya karena tak berani melahirkan di sana dan sekarang ia sudah ada di kota itu, di rumah sakit yang sama tempatnya dirawat saat ini.
"Iya, aku tahu Mira bekerja di sini, aku harus menemuinya. Aku akan menjelaskan semuanya jika waktu itu aku tak berniat untuk meninggalkannya," ucap Rangga melepas selang infus yang menempel di tangannya.
"Rangga, tenanglah dulu. Kondisimu belum pulih benar, kita akan cari cara agar kamu bisa bertemu dengan Mira."
"Tidak, aku ingin bertemu dengan Mira sekarang juga. Aku tak mau menunda lagi takut dia akan semakin marah padaku," samar-samar Rangga mengingat jika Mira pernah mengatakan jika dia melahirkan bayi kembar dan salah satu anaknya hilang dan Mira menyalahkannya.
"Aldi, tolong cari tahu rumah sakit di mana Mira melahirkan dulu dan apakah benar dia melahirkan bayi kembar?" ucap Rangga membuat Aldi pun mengangguk, selama ini ia juga sudah mencari beberapa informasi tentang Mira, di mana Mira tinggal dan bagaimana Mira selama ini membesarkan anaknya, semua itu sudah diminta sebelumnya oleh ibu dari Rangga. Namun, ia baru tahu jika ternyata Mira melahirkan bayi kembar.
Rangga mencoba untuk turun dari tempat tidur, ia lupa jika saat ini kakinya belum bisa digunakan dengan sempurna membuat ia hampir saja terjatuh, untung Wira langsung menahannya dan membantunya untuk kembali duduk.
"Rangga, tenanglah. Jika kamu menemui Mira tanpa adanya rencana dan tergesa-gesa seperti ini bukannya akan memperbaiki suasana justru itu semua akan memperburuk situasi kalian, saat ini Mira masih marah padamu."
"Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tak mau Mira sampai membenciku. Aku juga ingin bertemu dengan putraku." Rangga tak memperdulikan kesehatannya, ia terus menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi pada Mira, ia masih mengingat dengan jelas bagaimana Mira menyalahkannya atas semua yang terjadi padanya, bagaimana Mira menangis saat itu.
"Begini saja, aku akan coba mempertemukanmu dengan Mira, Mira wanita yang baik dia pasti mau memaafkanmu setelah mendengar penjelasanmu," ucap Wira lagi, Rangga yang mendengar hal itu sedikit tenang, saat ini dengan kondisinya seperti ini ia sulit untuk melakukan apapun dan kedua sahabatnya itulah yang sangat diandalkannya, mereka juga tahu seperti apa awal mula hubungannya dengan Mira.
Keesokan harinya Andre kembali masuk ke ruangan Rangga dan memeriksa kondisi Rangga secara keseluruhan, kondisi Rangga sudah baik-baik saja hanya tinggal melakukan beberapa terapi dengan kakinya. Rangga minta izin kepada dokter Andre agar ia bisa berjalan-jalan, mengatakan jika ia merasa bosan di dalam kamar.
"Tentu saja, aku akan meminta perawat untuk menemanimu." Rangga hanya sendirian di kamarnya, ayah dan ibunya masih belum datang.
"Tidak perlu, Dokter. Dua temanku akan datang, mereka yang akan membawaku untuk berjalan-jalan di area sekitar rumah sakit ini."
"Ya sudah baiklah kalau begitu, saya permisi dulu. Jangan lupa diminum obatnya," jelas Andre membuat Rangga pun mengangguk, 20 menit kemudian barulah Aldi dan Wira datang.
"Kenapa kalian lama sekali? Aku menunggu kalian sejak tadi," ucap Rangga, jika ia masih bisa menggunakan kakinya dengan sempurna mungkin sudah dari tadi ia berkeliling rumah sakit itu mencari Mira.
"Maaf, tadi aku mencari tahu dulu di mana ruangan Mira, apa saja yang akan dilakukannya hari ini," jelas Aldi kemudian menjelaskan jika saat ini Mira akan berkeliling memeriksa pasiennya, setelah jam istirahat ia ada operasi dan malam hari Mira bertugas untuk jaga malam.
"Sepertinya hari ini dia sangat sibuk, bagaimana jika kita temui dia malam hari saja? Kamu bisa berbicara di ruangannya."
Mendengar penjelasan dari Aldi, Rangga pun setuju. Ia juga tak mau mengganggu jadwal pekerjaan Mira.
"Ya sudah, bawa aku keluar. Aku ingin menghirup udara di luar sana, aku merasa pengap di kamar ini terus, mungkin saja aku juga bisa bertemu dengan Mira."
Wira dan Aldi pun mengangguk dan membantu Rangga untuk berpindah ke kursi roda, keduanya pun mendorong Rangga keluar dari ruangan perawatannya, tujuan mereka adalah langsung menuju ke ruang rawat inap di mana di sanalah nanti Mira akan mengunjungi pasiennya.
Benar saja, dari kejauhan ketiganya bisa melihat Mira yang berjalan dari satu ruangan ke ruangan lainnya, mereka tak langsung menemui Mira. Rangga meminta mereka berdua untuk menariknya dan bersembunyi, ia masih belum berani menemui wanita yang pernah disakitinya itu.
"Bagaimana jika Mira tak mau memaafkanku?" ucap Rangga mengusap dadanya yang bergemuruh hebat, ia masih mengingat jelas bagaimana kemarahan Mira saat pertama kali ia sadar beberapa hari yang lalu.
"Pasti dia tak akan menerimamu," jawab Aldi, kalimat itu keluar begitu saja dari mulut dan sontak saja mendapat tatapan tajam dari keduanya. "Akan tetapi aku yakin jika kamu terus berusaha untuk minta maaf padanya dia pun akan luluh, terlebih lagi ada anak di antara kalian," tambahannya sembari memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
"Iya, kamu benar. Anak kami juga membutuhkan sosok seorang ayah dan aku adalah ayahnya." Rangga kembali bersemangat.
"Rangga, bagaimana dengan Natali?" tanya Wira.
Rangga terdiam, ia baru mengingat jika ternyata ia sudah tunangan dengan Natali. Namun, ia sama sekali tak mengingat hubungan mereka.
"Kalian selama ini pasti selalu bersamaku kan?" ucapnya menatap kedua temannya secara bergantian membuat keduanya pun mengangguk.
"Aku sama sekali tak tahu seperti apa hubunganku dengan Natali, bagaimana menurut kalian? Bagaimana aku dengan Natali? Mengapa aku bisa bertunangan dengannya bahkan dia mengatakan jika tahun ini kami berencana untuk menikah. Apakah aku mencintainya?" tanya Rangga.
"Tidak, kamu tidak mencintainya, kamu ingin bertunangan dengannya hanya karena taruhan kita lagi sama seperti Mira dulu."
"Benarkah? Jadi, aku tak mencintainya? Apa kita juga taruhan jika tahun ini aku harus menikahinya?"
"Tidak, kita hanya taruhan jika kamu mampu membuat dia jatuh cinta padamu. Namun, sialnya kedua orang tua kalian mengetahui hubungan kalian dan meminta kalian untuk bertunangan dan masalah pernikahan itu kamu juga sebenarnya tak mau menikah dengannya, tapi ...," ucap Wira menggantung kalimatnya.
"Tapi apa?" tanya Rangga.
"Kamu sudah menidurinya dan kamu akan bertanggung jawab ingin menikahinya."
"Apa? Apa aku sebejat itu?"
"Ya itulah dirimu, apa kamu tak ingat apa awal mula kamu menikahi Mira? Bukankah semua itu juga terjadi karena kebejatanmu? Kamu dulu menikahinya karena taruhan dan menghamilinya setelah itu kamu ingin lari dan tak ingin bertanggung jawab atas kehamilannya."
"Itu hal yang aku sesali."
"Tapi mengapa kamu tiba-tiba kamu berubah pikiran dan ingin bertanggung jawab atas apa yang telah kamu lakukan pada Mira?"
"Tentu saja itu adalah keinginan hatiku. Aku baru menyadari jika semua itu salah dan waktu itulah aku mengalami kecelakaan."
"Iya, dan saat sadar kamu justru melupakan Mira."
"Tunggu, maksudmu saat kecelakaan waktu itu aku sadar dan aku melupakan Mira, aku juga amnesia?"
"Ya, seperti itulah. Kamu melupakan masa lalumu dan dokter mengatakan untuk tak berusaha mengingatkannya karena kamu pernah mencoba mengingat masa lalu dan justru kondisi kamu langsung drop, tapi anehnya setelah kecelakaan kamu malah mengingat apa yang kamu lupakan dulu dan justru melupakan dua tahun belakangan ini," ucap Wira.
"Sepertinya otakmu benar-benar bermasalah. Pasti karena kamu selalu saja berpikiran mesum," ucap Aldi.
"Sialan kamu!" kesal Rangga, ia benar-benar tak ingat apapun setelah kejadian kecelakaan waktu itu dan kini ia baru tahu jika waktu itu ia juga mengalami amnesia dan melupakan Mira. Pantas saja ia tak menemui Mira dan justru mendapatkan Natali. Bukannya menemui Mira dan meminta maaf ia justru kembali melakukan kesalahan dengan melakukan taruhan lagi dan kali ini karena taruhan itu membawa Natali ke dalam kehidupannya. kehidupannya benar-benar kacau.
Mereka terus membahas masa lalu itu, masalalu yang membuat mereka pusing sendiri menjelaskannya pada Rangga hingga mereka tak menyadari jika saat ini Mira tengah berdiri di belakang mereka mendengarkan semua percakapan.
cerita nya baguz