Clara yang tak tau apa-apa.. malah terjebak pada malam panas dengan seorang pria yang tak dikenalnya akibat dari jebakan seseorang. Dan dihadapkan pada kenyataan jika dirinya tengah hamil akibat malam panas pada malam itu.
Akankah clara mempertahankan kehamilannya itu, atau malah sebaliknya? Dan siapakah pria yang telah menghamilinya? Dan siapa yang telah menciptakan konspirasi tersebut?
Yuk simak kisah clara disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Gendong." ucap Arsen seraya terus merentangkan kedua tangannya dihadapan dad Arkhan.
Dan ucapannya kali ini berhasil membuat semua orang melongo. Pasalnya, Airlen yang mereka kenal tidak pernah semanja ini, dan justru sebaliknya, Airlen yang mereka kenal akan melakukan segalanya itu sendiri.
"Kenapa? Apa ada yang salah dengan ucapan ku? Kenapa semuanya menatapku seolah aku ini pencuri saja." tutur Arsen. "Apa salah meminta itu pada Daddy sendiri..?" lanjutnya dengan raut muka yang dibuat semenyedihkan mungkin.
"No! Bukan itu maksud Daddy dan yang lainnya, tapi...., Ah sudahlah, ayo Daddy akan menggendong mu," ucap tuan Arkhana dengan sedikit tersenyum. Ingat, hanya sedikit. Akan tetapi walau sedikit itu sangatlah berharga, karena senyum seorang tuan Arkhana Davidson sangatlah langka. Akan ditunjukkan hanya pada sebagian kecil orang saja, termasuk Airlen anaknya. Ah tidak, sekarang bertambah satu orang lagi, yaitu Arsen, Arsyana Firansyah.
***
Di restoran
"Ars, mengapa kau sendiri saja disana? Kemari lah," panggil Clara.
"Hem? Hem.." gumam Airlen mengangguk seraya bangkit dari duduknya dan berjalan memenuhi panggilan Mom Clara.
Ya, saat ini Airlen mengklaim jika mom Clara adalah mommy nya. Bukan hanya karena dirinya yang kini tengah bertukar dan menggantikan posisi Arsen, tapi karena dirinya sendiri lah yang ingin.
Entah mengapa Airlen saat ini merasakan sesuatu yang sulit untuk diungkapkan sejak pertama kali di peluk Mom Clara, yang tak pernah dirinya dapatkan dari sosok yang bernama Bella, yang katanya adalah mommy kandungnya. Karena saat berada didekat Bella, Airlen justru tidak suka.
Pernah sekali Bella menggendong dan memeluknya waktu masih sangat kecil, tapi Airlen justru menangis kencang. Sejak saat itu Airlen tak lagi pernah ingin bersentuhan dengan orang lain kecuali keluarga yang sangat dekat dengannya, seperti keluarga inti Davidson contohnya, karena dirinya akan seperti terkena alergi saja saat bersentuhan dengan orang lain.
Namun berbeda dengan malam ini, Airlen ingin malam ini tidaklah cepat berlalu, agar semua yang dirasakannya saat ini tidak seperti mimpi yang ketika bangun akan kembali seperti sedia kala.
Ingin rasanya Airlen terus bersama dengan mom Clara sepanjang malam ini, atau jika bisa Airlen ingin egois, Airlen ingin merebut posisi Arsen di sisi mom Clara. Namun itu hanya ada dalam pemikiran kecil Airlen, dan berbeda haluan saat mengingat Arsen yang akan segera menghubunginya saat sudah berada di tempat kediaman barunya masing-masing.
"Mom..." panggil Airlen saat telah berada di dekat semua orang.
"Iya? Kena__"
"Kau kenapa menyendiri di sana, Boys?" Eliza menyela perkataan Clara dengan pertanyaan yang ditujukan pada Arsen alias Airlen. "Hari ini adalah hari jadi mu, seharusnya kau bersenang-bersenang bukannya menyendiri," lanjutnya.
"Tidak papa," jawab Airlen singkat. Itulah khasnya seorang Airlen, singkat namun jelas. "Mom, aku ingin pulang, aku lelah," ucapnya lagi, yang kali ini ditujukan untuk mom Clara.
"lelah? Tumben.., Baru juga jam menunjukkan setengah sembilanan, kau kata kau sudah lelah? Ck, ini bukan seperti Arsen yang Aunty kenal," tutur Eliza sebelum Clara merespon ucapan Airlen.
"Tumben katanya? Memang Arsen biasanya akan beristirahat jam berapa?" fikir Airlen dengan menatap Eliza, dan itu hanya sekilas, karena setelahnya tatapannya kembali tertuju pada Clara.
"Come on Mom..." ucapnya seraya menarik tangan Clara agar segera bangkit.
"Oke oke oke, tapi tunggu dulu." ucap Clara. "Apa diantara kalian tidak ada yang menginginkan kue ini ini lagi? Di bawa pulang, mungkin?" lanjutnya bertanya pada semua orang, yang semuanya sama-sama menggeleng. "Kalau kau, Arsen? Apa kau tak lagi menginginkan kue mu lagi"
"No!" ucap Airlen cepat. " Sudahlah, Mom.., Tinggalkan saja kue itu disana, nanti pasti juga akan ada yang membereskannya," lanjutnya dengan sembari bersedekap tangan.
"Arsen Sayang... Bukankah Mom pernah berkata, jika tidak baik membuang-buang makanan. Banyak loh.. Di luaran sana yang sedang menahan lapar, tapi kita disini justru ingin membuang makanan? Bukankah itu tidak adil bagi mereka?!" ucap Clara mejelaskan. "Jika kita ada lebih makanan, lebih baik kita bagikan pada orang yang lebih membutuhkan. Apalagi makanan itu masih sangat layak dikonsumsi.., Lebih baik kita tawarkan dulu pada orang di luaran sana, siapa tau ada yang mau, kan.." lanjutnya, berkata dengan lembut dan pelan agar mudah dicerna dan dipahami oleh sang anak yang masih berusia enam tahun itu.
Sementara Airlen yang baru mengetahui akan semua hal itu, hanya mampu mengerjab-ngerjabkan matanya. Dan mengingat semua hal yang selama ini dirinya lakukan, tentang hal yang bertolak belakang dengan yang baru saja dirinya dengar dari mom Clara nya.
...Aku tidak suka ini....
...Kalau tidak suka, buanglah....
^^^Aku ingin makanan itu... Tapi yang king size.^^^
...Oke....
...Airlen kenyang....
...Ya sudah, tinggalkan saja....
"Apa benar yang aku lakukan selama ini salah? Tapi mengapa semua orang tidak mencegahku?" fikir Airlen.
"Arsen Sayang, kenapa diam?" sapa Clara, yang seketika membuyarkan lamunannya. "Ayo bantu Mom meletakkan semua kue yang sudah dipotong ini dalam kotak," sambung Clara seraya memasukkan satu persatu kue ke dalam kotak kecil, yang entah sejak kapan kotak-kotak itu sudah berada disana.
Airlen hanya mengangguk dan segera menghampiri, juga membantu meletakkan kue-kue dalam kotak.
Setelah selesai, semuanya pun pergi dan membagikan kue-kue tersebut pada setiap orang yang ditemui mereka, yang sebelumnya terlebih dahulu ditanya, apakah mau. Dan setelahnya langsung pulang ke kediaman masing-masing.
"Mom, tadi itu seru sekali," seru Airlen saat sudah sampai di Villa yang Clara tempati.
"Oh ya?" respon Clara dengan tersenyum. "Bibi Ester langsung istirahat saja, biarkan itu di bereskan esok hari saja." lanjutnya, yang ditujukan pada pengasuh Arsen sekaligus asisten rumah tangganya.
"Baik, nyonya," jawab bibi Ester, yang setelahnya langsung pergi.
"Gimana tadi?" tanya Clara yang fokusnya kembali pada Airlen yang ia sangka putra yang dibesarkannya.
"Air...., maksudku Arsen, Arsen suka melakukan hal yang baru saja kita lakukan," ulang Airlen, yang sebelumnya hampir saja kelepasan menyebut dirinya, Airlen.
"Benarkah? Syukurlah kalau kau suka, itu bagus," puji Clara, yang membuat Arsen jadi bangga akan dirinya sendiri karena telah dipuji oleh orang yang saat ini menjadi favoritnya. Namun itu hanya sementara, karena... "Kau begitu menggemaskan, Boys.., kau berkata seolah baru pertama kali melakukannya," ungkap Clara seraya memeluk gemas anak yang berada di hadapannya.
Glek
Arsen menelan saliva nya dengan susah payah.
"Apa aku salah bicara? Apa Arsen selalu melakukan hal menyenangkan seperti tadi? Sungguh beruntung kau Arsen," batin Airlen.
"Hehe... Mungkin itu karena aku sangat menyukainya, Mom," alibinya.
"Benarkah?"
"Of course."
"Baiklah, sekarang pergilah ke kamarmu." ucap Clara.
"Mom mengusirku?" tanya Airlen dengan polosnya. Yang seketika membuat Clara terkekeh mendengarnya.
"Bukankah kau tadi di resto mengatakan lelah? Jadi lekas lah istirahat di kamarmu sana."
Dan ucapan Clara kali ini, seketika mengingatkan Airlen akan tujuannya mengajak pulang.
"Tapi bagaimana aku bisa sampai ke kamarku... Maksudku kamar Arsen? Sedangkan aku baru kali pertama kemari." fikir Airlen. "Aha..! I have an idea," lanjutnya dengan gembira, dan yang masih hanya diucapkan dalam hatinya.