"Gue Mau Putus"
Tiga kata itu Nyaris membuat Alle tak bernafas beberapa detik, sebelum akhirnya menghela nafas.
"Sayang, jangan bercanda deh. ini benar hari anniversary kita tapi kejutannya jangan gini dong, aku ngak suka. *rujuknya dengan suara manja, berfikir ini hanya prank, Ares hanya mengerjainya saja*
Ares tak membalas ucapan Alle namun dia dengan tegas menggenggam tangan gadis disampingnya dan menatap Alle dengan tatapan dingin dan muak.
"Gue udah selingkuh sama Kara, dua bulan yang lalu dan....".
"Dia sekarang hamil anak gue"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rodelima, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KESERIUSAN TICO
"Bantuin gue dekat dengan Alle."
"Jangan bercanda Ko."
Sontak saja ucapan Ares yang cukup keras itu membuat semua orang menatap kearahnya.
"Ada apa sih Res, kenapa teriak-teriak?" tanya Andre sekaligus menegur pria itu karena tengah berada di rumah sakit, terlebih Tico pun sedang sakit.
"Ah, ngak ada apa-apa kok, cuma tadi kaget aja."
semua orang pun kembali dengan kegiatan masing-masing, namun tidak dengan Saskia dia menatap Tico dan Ares seperti sedang berbincang dengan serius membuatnya penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.
"Gue ngak lagi bercanda."
melihat wajah Tiko yang serius membuat Ares menelan salivanya dengan susah payah.
"kenapa harus Alle, Ko? masih banyak cewek yang lain yang lebih baik dari dia."
"kenapa, nggak boleh? Lo nggak sedang ngalangin gue kan?" Tico memicingkan matanya curiga.
"Enggak lah ngapain juga, gue juga udah nggak ada hubungan apa-apa dengan Alle, gue juga udah ada Kara, dan gue nggak akan ninggalin dia."
"Yaudah!!!"
"Tapi kenapa harus minta bantuan sama gue? gue udah nggak ada hubungan apa-apa sama dia. jadi usaha sendiri lah." sengit Ares, membuat Tico tertawa sendiri.
"Baiklah."
*******
Beberapa hari kemudian keadaan Tiko sudah membaik bahkan dia sudah menggerakkan tubuhnya sedikit demi sedikit. meskipun kakinya masih agak pincang dan dalam proses penyembuhan.
"Kak Tico mau diambilin apa?" hujar Alle menawarkan, karna memang setelah pulang kuliah langsung ke rumah sakit, juga membawa buah-buahan sebagai buah tangan.
"Bisa kupasin pinsang Al?"
Ares langsung melirik ke arah Tiko, juga Leo dan Andre. kedua temannya terlihat agak bingung dengan kedekatan mereka, namun mereka hanya diam saja.
"Kak Ares mau juga?" tanya Alle, saat pria itu terus menetap ke arahnya.
"Ngak!" Ares menatap Alle dengan datar, dan gaya bicara yang agak ketus.
"Gue mau Al, ambilin Apel dong." pinta Andre sembari tersenyum manis, Alle pun segera mengambilkannya dan memberinya pada Andre.
"Makasih Al."
Alle hanya mengangguk sembari tersenyum tipis, dia menoleh ke orang Leo yang menatapnya tajam, niat hati ingin menawari juga jadi urung karena takut lebih duluan.
"Tadi kamu ngak ngomong mau ke sini, bilang dulu Al, kan bisa bareng." Andre mewakili pembicaraan setelah Appel tangannya ludes.
"Nggak usah Kak, aku tadi ke tempat Papah dulu sebelum ke sini."
"Kek Papah Johan?" tanya Andre dengan sedikit hati-hati dan lirik kala Ares yang menatap Alle.
"Iyah kak."
"Kamu sering jengukin Om Johan ke sana?" tanya Andre lagi, Alle mengangguk.
Ares enggan berkomentar, jujur saja dia cukup merasa tersentuh dengan ketekunan ketulusan wanita itu. meskipun bukan anak kandungnya, Alle begitu menyayangi Papahnya itu, dia saja sebagai anak kandung lupa ingin mengunjungi Papahnya, tapi Alle malah begitu rutin mengunjunginya bagaikan anak sendiri.
"Al, ambilin air." pinta Tico lagi.
"Ah, iya kak."
Alle mengambilkan gelas yang telah diisi air sebelumnya pada Tiko, namun sepertinya tangan Tico yang masih lemas membuat Alle kasihan.
"Biar aku bantu Kak." tawar Alle, lalu memegang gelas yang sebelumnya telah dipegang Tico dan membantunya minum.
"Kenapa Tico agak lebih manja sama Alle yah?" bisik Andre pada Leo, dengan tetapan yang masih mengarah pada mereka sepenuhnya.
"Allenya aja yang caper, Lo lihat sendiri kan." degus Leo menatap keduanya dengan jengah, meskipun dalam hati juga heran dengan tingkah Tico yang agak aneh, biasanya pria itu agak ketus dan cuek pada siapapun. tapi kini terlihat begitu manis, membuatnya merasa aneh.
"Tapi Yo, kalaupun memang Alle caper, pasti Tico marah dan menolak perlakuan Alle, ini malah mau-mau aja, tadi di dikasih minum Ares biasa aja tuh, sama Alle aja kayak lemas gitu." Cibir Andre membuat Ares yang mendengar sontak menatap Andre tajam, Andre yang mendapat tetapan tajam itu meringis.
"tmTapi emang bener yang gue bilang kan Res?bTick agak aneh nggak sih. atau dia habis ke bentur pasca kecelakaan membuatnya begitu, tapi kok gue rasa dia gitu cuma sama Alle doang, sama Kara juga masih ketus tuh." ngerocos Andre panjang lebar.
"Katanya nggak mau dekat sama cowok, tapi caper mulu sama Tico." degus Leo saat melihat wajah Alle yang senyum pada Tico, entah membicarakan apa.
ada suara Leo yang sengaja dibuat keras membuat Ali dan tipe menoleh, paling langsung menunduk dan Tico menatap temannya itu malas.
"kenapa lu iri nggak bisa dekat dengan Alle? ucapan pedas itu terlontar dari mulut Tico, membuat Leo tak Percaya.
"Iri, ogah banget, ya kali gue iri ngak bisa dekat gitu sama tuh cewek beban. Masih banyak cewek yang lain yang lebih baik." ketus Leo, membuat Tico memutar bola matanya malas.
"Udah jangan dengerin, teman gue yang satu itu emang rada julid."
Leo yang mendengar langsung mendelik.
"Enak aja." omelnya dengan wajah kesal tak terima dibilang julid, emangnya dia wanita?
"Ohiyah kak, aku harus pulang dulu, ada janji dengan Sus Riri."
"Kak Riri siapa?" tanya Tico heran.
"Kak Riri yang kemarin kesini juga temani aku kak." jelas Alle. "Ohiyah kak, kak Riri juga yang donorin darah untuk kakak."
"Hah! Kapan-kapan ajak kesini Al, gue mau berterimakasih padanya."
"Iyah kak, nanti aku sampaikan ke kak Riri."
"Iyaudah aku pamit dulu kak, kak Ares, Kak Leo dan kak Andre." pamit Alle.
"Iyah hati-hati."
Setelah Alle pergi, Ares langsung duduk disamping Tico. menatap pria itu dengan tatapan dalam dan agak sengit.
Namun Tico yang mendapat tatapan itu lebih acuh dan tak peduli sama sekali.
"Lo beneran mau dekati Alle?"
"Yah beneran, emang kenapa?"
"Ngak, gue cuma kasihan aja sama dia kalau Lo cuma main-main. Dia udah menderita sama gue." ujar Ares dengan nada agak sendu.
"Emangnya Lo pernah liat gue ngak serius?"
"Tapi kenapa tiba-tiba? Lo tiba-tiba yang ngak suka dekat dengan cewek. Tiba-tiba aja pengen dekat dengan Alle yang bahkan dia cewek yang menurut orang aneh karna ngak bisa dekat dengan cewek dan juga cowok sembarangan."
"Gue udah tau Res, yah berkat Lo juga dia jadi semenderita ini."
Ares menatap Tico tak terima. "Maksud Lo apa Ko?"
"Yah, Lo udah buat dia bergantung sama Lo, dia dekat sama cowok cuma Lo. Dia udah anggap Lo orang yang sangat berarti baginya dan saat Lo pergi dia kehilangan arah, jadi jangan salahin kalau dia sampai saat ini kekeh pengen dekat sama Lo."
########