Rendra bisa menempuh pendidikan kedokteran lewat jalur beasiswa. Di kampus dia diremehkan karena miskin dan culun. Tak jarang Rendra bahkan dibully.
Namun dibalik itu semua, Rendra adalah orang yang jenius. Di usianya yang masih 22 tahun, dia sudah bisa menghafal berbagai jenis anatomi manusia dan buku tebal tentang ilmu bedah. Gilanya Rendra juga piawai mempraktekkan ilmu yang telah dipelajarinya. Akibat kejeniusannya, seseorang menawarkan Rendra untuk menjadi dokter di sebuah rumah bordil. Di sana dia mengobati wanita malam, pecandu, orang yang tertusuk atau tertembak, dan lain-lain. Masalah besar muncul ketika Rendra tak sengaja berurusan dengan seorang ketua mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7 - Rencana Ian
Davina memutar bola mata jengah. Dia terpaksa mengalah karena Rendra sudah lebih dulu menangani pasien. Davina lalu terdiam di tempat untuk mengamati Rendra dari jauh. Ia penasaran dengan kinerja cowok berkacamata itu.
"Lagi ngapain?" tegur seorang lelaki. Dia sukses membuat Davina terlonjak kaget. Setelah ditengok ternyata orang yang menegur adalah Ian.
"Ian! Kau ini bikin aku kaget," balas Davina sambil mengelus dada.
Ian tak langsung menjawab. Arah tatapannya justru tertuju ke arah Rendra. Terlihat jelas raut wajah penuh kebencian dari Ian.
"Dia nyebelin banget kan," cetus Ian seraya menunjuk Rendra dengan dagu.
"Semua orang tahu kali kalau dia nyebelin," sahut Davina.
"Apa kau tahu? Gara-gara dia, aku dan Erik beberapa kali di marahi sama Dokter Reza. Padahal kemarin kami sudah hancurin sepedanya, tapi tetap aja dia datang ke rumah sakit," ungkap Ian. Perlahan dia melirik Davina. Tepatnya ke arah dada cewek itu. Mengingat Davina memiliki ukuran dada yang besar.
Selain cantik, Davina diketahui memiliki badan bak gitar spanyol. Terlebih dia sering mengenakan pakaian ketat. Beberapa dokter senior bahkan tertarik kepadanya.
Plak!
Sadar Ian menatap kemana, Davina layangkan tamparan ke pipi cowok itu.
"Aku tahu kau lihat kemana. Robot berkacamata itu memang nyebelin, tapi setidaknya dia nggak pernah bersikap kurang ajar kayak kau!" timpal Davina yang langsung beranjak meninggalkan Ian.
"Ternyata sikap orang pintar emang belagu," komentar Ian. Dia tercengang dengan sikap Davina. Dirinya mengambil ponsel dan menghubungi seseorang.
"Halo?! Ganggu aja kau. Aku lagi sibuk nih!" orang yang ditelepon Ian menyahut. Dia tidak lain adalah Vino.
"Aku teringat sama pembicaraan kita tentang Davina di klub tempo hari," ucap Ian.
"Kenapa? Tertarik melakukannya?" balas Vino. Dia merupakan salah satu korban cowok yang mendapat penolakan dari Davina.
"Iya. Tuh cewek emang belagu banget," ungkap Ian. Sama seperti Vino, dia juga tertarik dengan Davina. Awalnya Ian berusaha melakukan pendekatan baik-baik, namun Davina selalu saja menilai buruk tentang dirinya, dan tamparan tadi adalah yang terparah bagi Ian.
"Kau nggak takut? Tuh cewek bukan dari keluarga biasa loh," sahut Vino.
"Bisa kalau kita melakukan rencananya dengan rapi." Ian melirik ke samping. Dia melihat Rendra berjalan mendekat.
Dengan cepat Rendra melangkah menjauhi Ian. Saat itulah Ian terpikirkan sebuah ide gila.
"Aku punya ide!" cetus Ian.
"Apa?" tanya Vino dari seberang telepon.
"Tapi ini melibatkan pria jelek berkacamata yang juga kita benci," ujar Ian.
"Oh... Jadi kau ingin mengerjai dua anjing secara sekaligus?" tebak Vino.
"Ya. Bisa dibilang begitu."
"Oke. Kita bahas ini lebih mendalam di klub nanti malam. Aku harus mengerjakan sesuatu sekarang."
Pembicaraan berakhir di situ. Ian segera melanjutkan kegiatannya sebagai dokter koas.
Di waktu yang sama, Rendra sedang sibuk dengan laptopnya. Ia memperbarui data medis pasien Dokter Reza yang ada di rumah sakit.
"Permisi, Dokter Rendra. Kau disuruh Dokter Reza untuk memeriksa bangsal nomor 30 di lantai tujuh." Seorang perawat bernama Desi bersuara. Kepalanya menunduk karena berusaha menghindari kontak mata dengan Rendra.
"Apa? Lantai tujuh? Mbak Desi yakin?" Rendra kaget. Karena setahunya lantai tujuh bukanlah bagian departemen penyakit dalam.
"Itulah yang dikatakan Dokter Reza," ujar Desi.
Rendra mendengus kasar. Tetapi dia tak punya pilihan lain selain menuruti perintah seniornya. Terlebih Desi merupakan perawat senior yang dirinya percaya. Pergilah Rendra ke lantai 7.
maaf thor,apa beneran umur mister man dan rendra gak beda jauh 🤭mister man kan pria paruh baya
kalau keluar sama aja bunuh diri... udah ikut alur aja... sekarang nurut aja . entar urusan belakang.. kalau udah jadi orang hebat, dunia bisa kamu kendalikan...