NovelToon NovelToon
Misteri Kematian Warga Desa

Misteri Kematian Warga Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Abdul Rizqi

menceritakan tentang kisah dyah suhita, yang ketika neneknya meninggal tidak ada satupun warga yang mau membantu memakamkannya.

hingga akhirnya dyah rela memakamkan jasad neneknya itu sendirian, menggendong, mengkafani, hingga menguburkan neneknya dyah melakukan itu semua seorang diri.

tidak lama setelah kematian neneknya dyah yaitu nenek saroh, kematian satu persatu warga desa dengan teror nenek minta gendong pun terjadi!

semua warga menuduh dyah pelakunya, namun dyah sendiri tidak pernah mengakui perbuatannya.

"sudah berapa kali aku bilang, bukan aku yang membunuh mereka!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

dyah?

***

Waktu berjalan cepat saat ini waktu menunjukan malam hari. malam semakin larut, semua warga yang memiliki keperluan di luar rumah sudah kembali ke rumahnya masing-masing.

Ada sedikit perbedaan pada malam hari ini, warga uang bertugas ronda, kali ini di bagi menjadi berkelompok. Karena dandi dan indra tak ingin meronda berdua saja. Mengingat banyaknya kejadian teror nenek saroh dan kematian aceng serta tejo.

Kini tugas ronda di bagi menjadi dua bagian, 4 orang di gang atas, dan 4 orang di gang bawah.

Kebetulan gang bawah itu menuju makam umum desa itu. Dandi dan indra yang mendapat tugas di bagian sana, memilih tak ingin sampai ke ujung.

"Udahlah, sampai sini aja aku gak mau sampai ujung, apa lagi masih musim begini. Gak pulang aja ndra?" Tanya dandi yang mulai merasa merinding.

"Iya udah kita balik saja. Lagian juga gak mungkin ada maling di kuburan!" Jawab indra.

Mereka berempat akhirnya kembali lagi ke jalan utama. Tepat setelah mereka berbalik, manik mata mereka semua tertuju pada seseorang yang tengah berjalan di jalan yang gelap, dengan selendang menutupi wajahnya.

Mereka bisa melihat jelas, wanita, bertubuh pendek, kecil, dengan kain jarik di bawahnya.

"Ndra, coba lihat itu siapa?" Tanya dandi yang sedikit mengakat senternya ke arah orang itu. Tak enak kalau benar-benar menyoroti wajah orang itu.

"Ndak tahu ndi, kayaknya wajahnya asing. Sebaiknya kita dekati saja, jangan sampai itu maling. Soalnya zaman ini banyak maling berkedok wanita lemah.." jawab indra.

Mereka langsung mendekat ke arah wanita itu, yang semakin lama makin terlihat jelas bahwa itu adalah nenek-nenek.

"Owalah mbah-mbah!" Ucap warga lainnya sambil berbisik.

"Permisi nek. Mau kemana malam-malam?" Tanya dandi.

"Cu, bisa antarkan nenek ke kuburan?" Jawab nenek itu, sambil menghentikan langkahnya ketika di sapa.

"Kuburan? Ngapain nek?" Timpal indra dengan alis bertaut.

"Mau istirahat, kalau boleh antarnya di gendong yah cu!"

Degh!

Kuburan? Gendong?

"Jangan-jangan?... Mbah sarohhhhh.... hantu minta gendong..!!!"

"Argghhhh! Setan!"

Brak!

Saat mereka berlari, indra menabrak seseorang.

"Dy.. dyah?" Ucap dandi dan indra yang terkejut melihat dyah di depan mereka.

"Kalian berdua bilang apa ke mbak darmi? Bilang apa tentang saya?" Tanya dyah dengan tatapan mengintimidasi.

Melihat tatapan dyah yang sedemikian rupa, membuat dandi dan indra gemetaran.

Dyah berdiri dengan baju dress putih sebetis, dengan selendang berwarna senada. Rambutnya terurai bebas dengan bagian poni sepanjang dagu menutupi sebagian wajahnya.

Baik indra dan dandi mundur kebelakang, ketika dyah terus maju ke depan mendekati mereka berdua dengan tatapan setajam pisau.

"Ma.. mau apa kamu? Kami tidak mengatakan apa-apa kepada mbak darmi, ta.. tapi kami mengatakan itu kepada uwak yanto!" Ucap indra gemetaran.

Mendengar nama yanto dyah menghentikan langkahnya. Dia membuang pandanganya ke arah lain, mengingat pria itu memanglah sangat durjana.

"Dengar ya, aku bukan pembunuh! Aku juga ndak tahu apa-apa!" Ucap dyah menahan linangan air mata yang mulai berdesakan.

"Tolong jangan sebarkan hal-hal yang tidak benar, kalau kalian tak ingin mendapatkan karma!" Imbuh dyah lagi.

Dia segera melenggang pergi dari tempat itu, meninggalkan dandi dan indra yang masih gemetaran melihat sorot mata dyah.

Dyah berjalan dengan mengusap air matanya, yang pada akhirnya tumpah berderai membasahi pipi.

Dia memilih duduk di pinggir got pembatas gang. Ia menangis menumpahkan segala kesakitan yang dia rasakan saat ini, dengan menutup kedua wajahnya.

Tepat di saat dia sedang menunduk dan menangis, sebuah tangan keriput nan pucat memegangi pundaknya. Hak itu membuat dyah mendongak.

"Ne... nenek! Nenek tolong dyah nek, sakit nek!" Ucap dyah sesenggukan.

Sesosok neneknya dengan wajah biasa, namun pucat pasi dan memiliki mata besar, memandangi dyah dengan sangat serius.

"Jangan menangis nak, nenek di sini untuk dirimu. Tuntaskan apa yang seharusnya di tuntaskan. Jangan kebawa sakitnya dunia yang kadang hanya untuk menutupi mata."

"Baik nek, apapun itu akan dyah lakukan. Nenek bantu dyah untuk mengetahui siapa sebenarnya dalang di balik ini semua, siapa yang sudah memfitnah nenek, dan saat ini memfitnah dyah!" Ucap dyah yakin.

***

Malam semakin larut dan membawa angin yang berhembus lumayan kencang, menerpa dyah yang duduk di teras rumahnya, dengan linangan air mata yang menderai semu.

Baju dress putihnya berkibar, kala angin itu mengenai tubuhnya.

Dyah menatap rembulan yang tertutup awan di atas sana yang sama sekali tak ingin menampakan wajahnya.

Tepat di saat itu juga, rizky dan dewi lewat di depan rumah dyah sepulang dari mushala.

"Mas, kita mampir kerumah mbak dyah yuk! Kemarin aku ingin mampir, tapi nggak jadi." Ajak dewi pada kakaknya.

"Ya sudah, ayo!" Jawab rizky.

Kedua kakak beradik itu berjalan, mendekati pekarangan rumah dyah. Melewati berbagai tanaman yang di tanam di pekarangan rumah dyah.

"Assalamualaikum mbak dyah!" Sapa dewi sembari mengembangkan senyuman.

Dyah yang tidak menyadari kedatangan dewi dan rizky tergagap kemudian menghapus jejak air matanya.

"Loh, mbak dyah menangis? Kenapa?" Dewi terkejut, kala melihat mata dyah sembab.

"Nggak apa wi. Mbak cuma kangen sama nenek saroh!" Kilah dyah.

Dewi menatap ke arah kakaknya. Terlihat rizky mengangguk, dan memberikan isyarat agar dia mendekati dyah.

"Masuk wi! Mas!" Ucap dyah setelah membelakangi rizky dan dewi.

Dyah berjalan mendekati dewi, memperhatikan secara seksama wajah gadis muda itu. Terlihat kelopak matanya menghitam, jelas itu karena dia kelelahan dan banyak pikiran.

"Mbak, kalau mbak dyah punya masalah, mbak bisa cerita kepada dyah. Insyallah dyah siap mendengar dan memberi saran. Mbak jangan pendam sendiri masalah mbak dyah!" Ucap dewi sambil memegangi tangan dyah.

"Terimakasih banyak wi. Tapi mbak gak punya masalah apa-apa kok. Mbak cuma kangen sama nenek. Biasanya jam segini beliau akan mengajak mbak ke mushola, sewaktu masih sehat dulu. Tapi sudah beberapa hari belakangan ini mbak jarang ke sana." Jelas dyah.

Dewi tampak bersemangat mendengar penuturan dyah, dewi kemudian berucap, "Kalau mbak mau, mbak berangkat aja sama dewi. Nanti dewi susul setiap mau berangkat gimana?" Tanya dewi. Dewi semangat bukan tanpa alasan, sebab musholah memang hanya di huni oleh dewi dan sekeluarganya. Kalau bapaknya ke kota karena menghadiri acara, atau ke masjid umum, biasanya hanya dewa dan kakaknya yang mengisi.

Dyah menatap sendu dewi, kemudia. Dyah berucap, "iya wi, ndak apa-apa. Nanti kamu datang aja ke rumah mbak, ya. InsyAllah mbak pengin ngaji kaya dulu lagi." Ucap dyah. Dyah sendiri memang merasa ingin mengaji bersama di musholah, dyah tidak mengaji di rumah sebab dyah sendiri tidak memiliki al-qur'an.

1
Anggita
thorr up ny kok cuman 1 bkin penasaran /Sob//Sob/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
kak author @abdul folback aku dong
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁: terimakasih kak🙏🙏
bedul: udah ya kak. terimaksih udah mampir
total 2 replies
Anggita
mampir thorr/Hey/
bedul: terimakasih kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!