"Hangatkan tubuhku. Only one night."
Sebuah kalimat yang mengubah seluruh kehidupan Leon dan Bianca yang bertemu di Paris secara kebetulan.
Pertemuan singkat yang awalnya sebatas di Paris saja, siapa sangka berlanjut hingga saat keduanya kembali ke Indonesia.
Keduanya dipersatukan dengan status yang berbeda. Atasan dan bawahan. Hal tersebut membuat Leon memanfaatkan wewenangnya untuk bertindak dan bertingkah agresif kepada Bianca yang diam-diam telah mencuri ciuman pertamanya di Paris.
🫧🫧🫧
Halo semua! Ini novel terbaru Kak Shen. Yuk kepoin! 💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beside You, I'm Happy
...“Beside you, I’m happy? Nyatanya … dia lebih penting dariku.” – Bianca Francesca...
Drrttt… Drrttt…
Dering ponsel mengganggu suasana romantis antara Leon dan Bianca. Hal tersebut membuat mata kedua orang itu menoleh secara bersamaan ke arah layar ponsel yang ada di atas meja kecil samping ranjang.
“Bella?” batin Bianca saat menatap layar ponsel. Ia mendadak menerka-nerka siapa wanita yang saat itu menelefon Leon. “Yah … kalau dia nggak penting, pasti Leon nggak bakalan—”
Bianca mendadak tersentak dengan mata yang membulat. Sekujur tubuhnya mendadak kaku begitu Leon melepaskan rangkulan tangan dari pinggulnya. Bahkan dengan sigap pria itu menyambar ponsel dan menatap ke arahnnya sebelum mengangkat panggilan tersebut.
“Tunggu sebentar,” kata Leon santai tanpa sedikitpun rasa bersalah.
Usai mengatakan sepatah kata tersebut, Leon langsung mengangkat panggilan dan keluar dari kamar. Hal itu membuat Bianca yang semula terkejut dibuat semakin tak bisa berfikir dengan logis. Bahkan ia menerka-nerka bahwa nama ‘Bella’ yang tertera di layar ponsel tadi adalah seseorang yang penting. Sepenting apa wanita itu sampai-sampai ia diacuhkan dan ditinggalkan sendirian di kamar?
Bianca yang semula terbang melayang karena ucapan Leon bahwa ia wanita pertama dalam hidup pria itu, mendadak kecewa bahkan seketika perasaannya dihempaskan jatuh hingga ke jurang. Meskipun ia sama sekali tak memiliki hubungan apa-apa dengan Leon karena terus menolak kehadiran pria itu, jauh di lubuk hatinya, ada sedikit rasa cemburu yang perlahan membakar hatinya.
Apa karena Bianca pernah dikecewakan oleh mantan tunangannya? Sampai-sampai ia berprasangka bahwa ia akan mengalami hal yang sama. Bedanya adalah, Rey berselingkuh dengan baik di belakangnya. Sedangkan Leon? Pria itu bahkan menampakkan secara terang-terangan bahwa ada sesuatu antara dia dan wanita itu.
“Ck! Pria selalu sama, Bianca. Udah jatuh sekali ke lubang itu, kenapa mau jatuh untuk kedua kali ke lubang yang sama?” keluh Bianca sembari menertawakan dirinya.
Bianca bergegas menuju ke kamar mandi untuk mengeringkan rambutnya yang masih basah. Sembari ia mengeringkan rambutnya, Leon menerima panggilan di balkon ruang tamu.
“Ada perkembangan?”
^^^“Kak Rein belum sadar, tapi ….”^^^
Karena suara Bella terdengar berat dan sulit mengatakan hal aneh yang terjadi, Leon langsung berinisiatif. “I’ll be there in 30 minutes.”
^^^“Hmm.”^^^
Setelah mendapat respon bahwa ia akan menghampiri wanita itu, Leon bergegas mematikan ponsel dan menuju ke ruang ganti. Di sana ada begitu banyak koleksi pakaian Leon yang tertata dengan rapi. Ia mengambil celana jeans yang terlipat, lalu memakainya. Kemudian ia mengambil kaos putih polos yang tergantung dan langsung berjalan menuju ke kamar sambil memakai kaos putih tadi.
Di saat yang sama, ia melihat Bianca yang baru selesai mengeringkan rambutnya di kamar mandi.
“Bi,” panggil Leon sambil mendekat ke arah Bianca. “Kamu tunggu di apart bentar, ya?”
“Ada hal penting yang harus ku urus.”
Bianca terdiam. Tadi ia ditinggalkan saat pria itu menerima panggilan. Lalu, sekarang ia juga akan ditinggalkan lagi karena pria itu akan pergi menemui wanita yang dipanggil ‘Bella’. Yah … apa sih yang ia harapkan dari pria itu? Berharap yang diucapkan Leon tadi benar bahwa ia adalah ciuman pertama bahkan gadis pertama yang ditiduri oleh pria itu? Ck! Mimpi! Sudah jelas pria itu tampan dan mapan. Mana ada wanita yang menolak pria itu seperti dirinya? Bahkan, tanpa pria itu memohon kepadanya agar mereka menjadi sepasang kekasih, ada banyak wanita selain dirinya yang mengantri untuk berada di sisi pria itu.
“Bi?” panggil Leon membuyarkan lamunan Bianca. Ia memegang tangan Bianca dan mengecup lembut punggung tangan gadis itu.
“Sure, you can go,” tutur Bianca sambil menampakkan senyum di balik rasa sakit yang ia rasa. Cemburu yang semula sedikit, entah kenapa sekarang mendadak membludak bahkan rasanya begitu kesal karena ia begitu gampang dipermainkan.
“Aku akan—”
“Aku pulang,” potong Bianca, “ada banyak pakaian kotor yang menumpuk dan aku juga harus membersihkan rumahku.”
“Bohong. Kamu pasti mau ketemu sampah itu, ‘kan?”
“Aku nggak akan bertemu dengannya,” jelas Bianca, “lagian kamu mau pergi, ‘kan? Ngapain aku di sini sendirian?”
“Nggak lama. Ini sangat mendesak.” Leon meyakinkan Bianca sambil memegang kedua tangan gadis itu. Ia menatap mata gadis itu dengan sangat dalam. Kemudian ia menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya dan membelai lembut punggung gadis itu.
“Bi, I trust you,” lirih Leon sunggu-sungguh, “aku tau kamu nggak mungkin bisa percaya sepenuhnya pada apa yang aku katakan tadi tentang perasaan ini. Apalagi pertemuan kita nggak di sengaja bahkan belum lama. Tapi … yang namanya perasaan, who knows, right?”
“Beside you, I’m happy,” imbuhnya.
Leon merasa bersalah karena terpaksa meninggalkan gadis itu dan membiarkannya pulang sendiri. Bukan karena ia tak bertanggung jawab, namun ada nyawa yang harus dipertaruhkan di sini. Jika bukan karena nyawa kakak kandungnya sedang terancam, mungkin ia bisa saja menunda untuk pergi ke rumah sakit.
“Bianca ….” Leon memegang kedua bahu gadis itu dan mendorongnya sedikit menjauh.
“Hmm?”
“Lihat aku.” Leon menatap wajah Bianca yang kecut. Ia mengerti bahwa gadis itu kesal karena ditinggal sarapan usai ia mengungkapkan perasaannya. Namun entah kenapa wajah itu terlihat semakin menggemaskan.
Cup!
Leon mendaratkan sebuah kecupan hangat dan cukup lama bahkan sampai membuat bibir Bianca basah. Tangan yang semula berada di bahu gadis itu, mendadak memegang punggung kepala dan tengkuk Bianca. Pria itu mendalami ciumannya dengan penuh penghayatan. Seolah-olah itu adalah ciuman perpisahan yang cukup lama. Padahal mereka masih berada di kota yang sama.
Ciuman panas tersebut berlangsung cukup lama sampai-sampai Bianca kehabisan nafas. Ia sadar bahwa saat ini ia telah masuk ke dalam jebakan Leon meski hatinya menolak. Ia yang berspekulasi sendiri bahwa dirinya dipermainkan, hanya bisa tersenyum getir tanpa perlawanan dan tanpa pertanyaan yang sedang memenuhi pikirannya.
“Take care, hmm? Jangan lupa kabari aku,” tutur Leon usai menyudahi gerayangannya di bibir sensual Bianca. Bahkan, ia sempat mengusap pelan pipi Bianca dan mengecup dahi gadis itu sebelum pergi.
“Jangan lupa sarapan, aku sudah meletakkannya di atas meja makan,” imbuh Leon sembari berjalan mundur ke arah pintu. Perlahan senyumannya yang manis dan tubuhnya yang atletis menghilang dan tak terlihat lagi dari sudut pandang Bianca.
Bianca mendadak tertawa tanpa suara. Tawa yang begitu sakit dan jauh dari kata bahagia. Tawa yang membuat hatinya tercabik-cabik dan sakit melebihi rasa sakit saat Rey mengkhianatinya. Sekujur tubuh Bianca mendadak lemas. Pijakannya mendadak oleng. Ia memegang sisi washtafel untuk menopang tubuh.
“Beside you, I’m happy?” gumam Bianca mengulang kembali ucapan Leon, “nyatanya … dia lebih penting dariku.”
...🫧🫧🫧...
...BERSAMBUNG…...
semangat terus🥰💪