(Warisan Mutiara Hitam Season 3)
Gerbang dimensi di atas Pulau Tulang Naga telah terbuka, menyingkap "Dunia Terbalik" peninggalan ahli Ranah Transformasi Dewa. Langit menjadi lautan, dan istana emas menjuntai dari angkasa.
Chen Kai, kini menyamar sebagai "Tuan Muda Ye" yang arogan. Berbekal Fragmen Mutiara Hitam, ia memiliki keunggulan mutlak di medan yang melanggar hukum fisika ini. Namun, ia tidak sendirian.
Aliansi Dagang Laut Selatan, Sekte Hiu Besi, dan seorang monster tua Ranah Jiwa Baru Lahir memburu Inti Makam demi keabadian. Di tengah serangan Penjaga Makam dan intrik mematikan, Chen Kai harus memainkan catur berdarah: mempertahankan identitas palsunya, menaklukkan "Istana Terbalik", dan mengungkap asal-usul Mutiara Hitam sebelum para dewa yang tidur terbangun.
Ini bukan lagi perburuan harta. Ini adalah perang penaklukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Neraka Tanpa Pijakan
"GRAAAAAHHH!"
Jeritan itu bukanlah jeritan perang, melainkan jeritan teror murni yang merobek langit. Di Alun-alun Langit Runtuh, hukum fisika telah dibuang ke luar jendela.
Sesaat yang lalu, ratusan murid elit dari Divisi Ketiga Sekte Naga Teratai mendarat dengan gagah berani di atas lantai marmer putih, siap untuk membantai apa pun yang ada di dalam istana. Namun, dalam kedipan mata, lantai marmer itu bukan lagi "bawah".
WUUUUUNG!
Formasi yang diaktifkan Chen Kai memutar gravitasi sebesar 180 derajat.
Bagi mereka, lantai marmer di bawah kaki tiba-tiba menjadi langit-langit. Dan langit biru pucat di atas kepala mereka—yang sebenarnya adalah lautan awan dan jurang tanpa dasar—tiba-tiba menjadi jurang di bawah kaki.
Ratusan kultivator yang belum mencapai Ranah Inti Emas (yang belum bisa terbang dengan leluasa) jatuh. Mereka jatuh "ke atas", meluncur bebas menuju kehampaan tak berujung. Mereka mencakar-cakar udara, mencoba meraih lantai yang kini menjauh di atas kepala mereka, namun sia-sia.
"Tolong! Tolong aku!"
"Aktifkan pedang terbang! Cepat!"
Kekacauan melanda. Kultivator Ranah Inti Emas yang bisa terbang mencoba menyeimbangkan diri, tetapi perubahan gravitasi itu datang dengan hentakan yang merusak organ keseimbangan di telinga bagian dalam. Mereka berputar-putar di udara seperti lalat mabuk, muntah karena vertigo yang ekstrem.
"Lima detik," suara dingin Chen Kai bergema.
KLIK.
Jarum jam imajiner bergeser.
"Kembali."
BAM!
Gravitasi kembali normal. Namun kali ini, ditingkatkan sepuluh kali lipat.
Ratusan tubuh yang tadi melayang jatuh ke angkasa, kini ditarik kembali dengan kecepatan peluru ke arah lantai marmer.
SPLAT! KRAK! DUM!
Suara itu mengerikan. Seperti hujan daging. Tubuh-tubuh itu menghantam lantai keras dengan dampak yang menghancurkan tulang dan meledakkan organ dalam. Darah menyiprat ke segala arah, melukis lantai putih suci itu dengan warna merah tua yang mengerikan.
Dalam sepuluh detik pertama pertempuran, seperempat pasukan invasi Sekte Naga Teratai telah lumpuh atau tewas tanpa Chen Kai perlu mengangkat satu jari pun.
"Bagus," bisik Chen Kai dari singgasananya, matanya yang bersinar memantulkan pembantaian itu. "Sekarang, panen sisanya."
Di tengah alun-alun yang penuh darah dan erangan kesakitan, sebuah pintu samping terbuka.
Luo Sha melangkah keluar. Zirah peraknya berkilat dingin, tidak ternoda sedikit pun. Di belakangnya, dua belas Automaton Logam Dewa berbaris rapi, langkah kaki mereka berat dan stabil.
"Musnahkan," perintah Luo Sha, suaranya tanpa emosi.
"Perintah diterima"
Dua belas Automaton itu melesat maju.
Mereka adalah mesin pembunuh yang sempurna. Di tengah musuh yang masih berusaha berdiri dan menahan mual, Automaton ini bergerak seperti hantu logam. Tombak mereka menari, memotong leher, menembus jantung, dan memisahkan anggota tubuh dengan efisiensi yang menakutkan.
Seorang Kapten Pasukan Sekte Naga Teratai, kultivator Inti Emas Tahap Akhir, mencoba bangkit. Ia meraung, memanggil perisai api untuk melindungi dirinya.
"Jangan remehkan Sekte Naga Teratai!" teriaknya, menebaskan pedang apinya ke arah salah satu Automaton.
TING!
Pedang api itu menghantam lengan Automaton, tapi hanya meninggalkan goresan hangus kecil. Logam Dewa itu terlalu padat, terlalu keras.
Automaton itu tidak berhenti. Ia menangkap bilah pedang sang Kapten dengan tangan kosong, meremukkannya, lalu menusukkan tombaknya langsung ke dahi sang Kapten.
CRUSH.
Kapten itu tewas seketika.
Luo Sha sendiri tidak tinggal diam. Ia bergerak di antara barisan Automaton, pedang rampingnya mengincar titik-titik vital musuh yang lolos dari serangan mesin. Setiap kali gravitasi hendak berubah lagi, Luo Sha dengan anggun menyesuaikan kuda-kudanya, menggunakan momentum perubahan itu untuk menambah kecepatan tebasannya.
Ia menari di dalam badai gravitasi, sementara musuh-musuhnya tersandung dan jatuh.
Di atas kapal induk yang masih melayang di luar zona gravitasi terbalik, Tetua Hei Long mencengkeram pagar kapal hingga bengkok. Wajahnya yang tampan terdistorsi oleh amarah saat melihat anak buahnya dibantai seperti ternak.
"Formasi sialan!" umpat Hei Long. "Dia menggunakan lingkungan makam ini untuk melawan kita!"
Di belakangnya, Tetua Gu yang duduk di kursi tulang naga masih terlihat tenang, namun matanya yang sipit kini terbuka sedikit, memancarkan cahaya dingin yang menusuk.
"Hei Long," kata Tetua Gu pelan, namun suaranya terdengar jelas di telinga Hei Long. "Kau membiarkan Divisi Ketiga dipermalukan oleh seorang bocah yang baru membuat sekte kemarin sore?"
Hei Long berlutut, keringat dingin mengucur di pelipisnya. "Maafkan ketidakmampuan saya, Tetua Gu! Formasi gravitasi itu... polanya acak. Sangat sulit bagi pasukan untuk membentuk barisan pertahanan."
"Kalau begitu, hancurkan sumbernya," kata Tetua Gu datar. Ia mengangkat cangkir tehnya lagi. "Turunlah. Dan kali ini, jangan kembali sebelum kau membawa kepala bocah itu. Atau kepala wakil wanitanya."
"Siap laksanakan!"
Hei Long berdiri. Ia tahu ini kesempatan terakhirnya. Ia tidak boleh gagal lagi seperti saat di ruang bawah tanah.
Ia mengeluarkan sebuah bendera hitam kecil dari balik jubahnya. Bendera itu memancarkan aura berat yang menekan ruang di sekitarnya.
Bendera Jangkar Samudra. Artefak tingkat tinggi yang berfungsi untuk menstabilkan ruang di sekitar pengguna, sering digunakan untuk menjelajahi laut dalam dengan tekanan ekstrem.
"Pasukan Elit Pengawal Naga! Ikuti aku!"
Hei Long melompat turun dari kapal induk, diikuti oleh dua puluh pengawal pribadi yang semuanya berada di Ranah Inti Emas Tahap Puncak.
Saat mereka memasuki area Alun-alun Langit Runtuh, Hei Long menancapkan Bendera Jangkar Samudra itu ke udara kosong.
DUMMM!
Gelombang energi hitam menyebar dari bendera itu, menciptakan kubah pelindung berdiameter lima puluh meter. Di dalam kubah itu, manipulasi gravitasi Chen Kai menjadi tumpul. Lantai kembali menjadi "bawah", dan langit kembali menjadi "atas".
"Berkumpul di bawah bendera!" teriak Hei Long.
Para murid Sekte Naga Teratai yang masih hidup dan panik segera merangkak dan berlari menuju kubah perlindungan itu. Mereka seperti orang yang hampir tenggelam menemukan pulau.
"Formasi Pertahanan Naga Melingkar!" perintah Hei Long.
Sisa-sisa pasukan segera membentuk formasi, perisai mereka saling mengunci, tombak mereka mengarah ke luar. Stabilitas telah kembali. Kepanikan mulai mereda, digantikan oleh kemarahan.
Hei Long berdiri di pusat formasi, menatap tajam ke arah Luo Sha yang berdiri di tengah lautan mayat, dikelilingi oleh dua belas Automaton.
"Wakil Ketua Sekte Mutiara Hitam..." desis Hei Long, mengenali wanita itu dari pertemuan sebelumnya. "Kau dan tuanmu itu sangat licik. Tapi trik murahan tidak akan bekerja dua kali."
Luo Sha mengibaskan darah dari pedangnya. Ia tidak gentar, meskipun ia tahu Hei Long adalah Jiwa Baru Lahir. "Tuan Hei Long. Kau kehilangan satu lengan, dan sekarang kau ingin kehilangan nyawa?"
Mata Hei Long berkedut. Lengan kirinya yang kini terbuat dari logam hitam berdenyut sakit, mengingatkannya pada penghinaan yang ia terima di sungai waktu.
"Serang!" teriak Hei Long. "Hancurkan boneka-boneka rongsokan itu! Tangkap wanita itu hidup-hidup! Aku akan membuatnya memohon kematian!"
Dua puluh elit pengawal naga melesat keluar dari kubah, dilindungi oleh aura bendera. Mereka bergerak cepat, bekerja sama untuk menahan Automaton.
Pertempuran berubah menjadi perang parit yang brutal.
Automaton Logam Dewa memang kuat secara fisik, setara dengan Jiwa Baru Lahir Awal dalam hal ketahanan dan tenaga, tetapi mereka tidak memiliki teknik kultivasi atau kelicikan. Melawan elit Inti Emas Puncak yang terkoordinasi dan dipimpin oleh Hei Long, mereka mulai terdesak.
BANG!
Hei Long memukul dada salah satu Automaton dengan tangan logamnya. Ledakan Qi hitam melempar Automaton itu hingga menabrak pilar.
"Hanya segumpal besi!" ejek Hei Long.
Ia mengalihkan pandangannya pada Luo Sha. "Giliranmu."
Hei Long menerjang. Kecepatannya sebagai Jiwa Baru Lahir (meskipun terluka) masih jauh di atas Luo Sha.
Luo Sha mengangkat pedangnya untuk menangkis.
TRANG!
Luo Sha terlempar mundur sepuluh meter, kakinya menyeret di lantai marmer, menciptakan percikan api. Darah merembes dari sudut bibirnya. Perbedaan ranah terlalu besar.
"Kau bertahan cukup baik untuk seekor semut," Hei Long menyeringai, melangkah mendekat. "Tapi di mana tuanmu? Bersembunyi di balik rok wanita?"
Luo Sha menyeka darah di bibirnya. Ia tersenyum dingin.
"Tuanku? Dia sedang menontonmu menggali kuburanmu sendiri."
Hei Long mengerutkan kening. "Apa maksud—"
Tiba-tiba, firasat bahaya yang luar biasa menyerang Hei Long. Bulu kuduknya berdiri.
Bukan dari depan. Bukan dari belakang.
Tapi dari Waktu.
Di dalam Aula Singgasana, Chen Kai mengangkat satu jari. Matanya yang memiliki jarum jam emas berputar satu detik ke belakang.
"Kalian pikir kalian aman di dalam kubah gravitasi itu?" gumam Chen Kai. "Kalian lupa satu hal. Gravitasi hanyalah wadah. Waktu adalah isinya."
"Hukum Waktu: Pelapukan Area."
Chen Kai tidak menargetkan Hei Long secara langsung. Ia menargetkan Bendera Jangkar Samudra yang menjadi pusat pertahanan musuh.
Di alun-alun, Hei Long mendengar suara kretek yang halus.
Ia menoleh ke atas, ke arah benderanya.
Kain bendera hitam yang merupakan Artefak Roh Tingkat Tinggi itu tiba-tiba berubah warna menjadi abu-abu. Serat-serat kainnya mulai rapuh, seolah-olah telah terpapar angin laut selama seribu tahun.
Tiang benderanya berkarat dengan kecepatan yang mengerikan.
"Tidak mungkin..." mata Hei Long membelalak. "Artefak itu dilindungi rune anti-sihir!"
"Anti-sihir, ya. Tapi bukan anti-waktu," bisik Luo Sha, memanfaatkan momen keterkejutan Hei Long.
KRAK!
Bendera Jangkar Samudra itu patah menjadi dua. Hancur menjadi debu.
Kubah pelindung lenyap seketika.
Dan tepat pada saat itu, Chen Kai memutar jarinya lagi di atas takhta.
"Formasi Gravitasi."
WUUUUUNG!
Gravitasi di alun-alun tidak lagi hanya berbalik atas-bawah. Gravitasi itu pecah.
Setiap lima meter persegi memiliki orientasi gravitasi yang berbeda. Ada yang menarik ke kiri, ada yang ke kanan, ada yang ke atas, ada yang berputar.
"AAAAKH!"
Formasi pertahanan Sekte Naga Teratai hancur total. Tubuh-tubuh murid mereka terpelintir ke arah yang berlawanan secara bersamaan. Tulang patah, otot robek. Mereka ditarik ke empat arah berbeda sekaligus.
Hei Long, yang kehilangan perlindungannya, merasakan tubuhnya ditarik ke kiri dengan kekuatan sepuluh ribu kati, sementara kakinya ditarik ke kanan.
"GRAAAH!" Hei Long meraung, meledakkan Qi Jiwa Baru Lahir-nya untuk membentuk perisai pribadi, berusaha mati-matian menahan gaya tarik yang gila itu.
Luo Sha dan Automaton, yang memiliki perlindungan khusus dari Chen Kai, bergerak bebas di tengah kekacauan itu seperti ikan di dalam air.
"Sekarang!" teriak Luo Sha.
Dua belas Automaton melompat serentak ke arah Hei Long yang sedang terjebak, tombak mereka menghujam dari dua belas arah berbeda.
Hei Long menangkis tiga, empat, lima serangan. Tapi tombak keenam menembus bahu kanannya. Tombak ketujuh menusuk paha kirinya.
"TETUA GU! TOLONG!" Hei Long akhirnya membuang harga dirinya dan berteriak meminta bantuan ke arah kapal induk.
Di atas kapal induk, Tetua Gu menghela napas panjang. Ia meletakkan cangkir tehnya yang kini kosong.
"Sekumpulan sampah," gumam Tetua Gu.
Ia berdiri dari kursinya.
"Cukup main-mainnya."
Tetua Gu melangkah maju, keluar dari dek kapal, dan berjalan di udara kosong. Setiap langkahnya menciptakan riak emas di udara.
Tekanan Jiwa Baru Lahir Tahap Akhir turun ke alun-alun seperti palu raksasa dari langit.
"Domain: Penindasan Gunung Emas."
BOOOOM!
Cahaya emas menyilaukan meledak dari tubuh Tetua Gu, menyapu seluruh alun-alun.
Cahaya itu begitu padat, begitu berat, hingga ia menimpa hukum gravitasi Chen Kai. Kekacauan gravitasi itu dipaksa berhenti. Udara menjadi padat seperti logam.
Automaton yang sedang menyerang Hei Long terpental mundur seolah dipukul oleh tangan raksasa tak kasat mata.
Luo Sha jatuh berlutut, memuntahkan darah segar. Tekanan ini... ini di luar kemampuannya. Rasanya seperti seluruh langit runtuh menimpanya.
Semua orang di alun-alun—baik kawan maupun lawan—tertekan ke lantai, tidak bisa bergerak.
Hanya Tetua Gu yang melayang turun perlahan, jubah naganya berkibar agung. Ia mendarat di depan pintu gerbang istana, mengabaikan Hei Long yang sekarat.
Matanya menatap lurus ke dalam aula yang gelap.
"Bocah di dalam," suara Tetua Gu bergema, tenang namun penuh ancaman mematikan. "Mainanmu cukup menarik. Tapi di hadapan kekuatan absolut, trik hanyalah trik."
"Keluar dan serahkan trikmu itu. Atau aku akan meruntuhkan istana ini menimpa kepalamu."
Di dalam Aula Singgasana, Chen Kai perlahan berdiri dari takhtanya. Ia merasakan tekanan Domain Tetua Gu mencoba meremukkan tulangnya dari jarak jauh.
Ia menyeringai. Darah mendidih di dalam nadinya. Bukan karena takut, tapi karena kegembiraan.
Akhirnya. Lawan yang sepadan untuk menguji batas kekuatan 4 Fragmen.
"Kau ingin aku keluar, Orang Tua?"
Chen Kai melangkah menuruni podium takhta. Pedang Meteor Hitam muncul di tangannya, bergetar haus.
"Baiklah. Aku akan keluar."
"Tapi jangan harap kau bisa pulang."
berlibur sambil membaca karya author 👍💪💪