Menjadi penanggung jawab atas kesalahan yang tidak dia lakukan, itulah yang harus dilakukan oleh Arumi. Menanggung luka atas goresan yang tak pernah dia ciptakan. Terlebih lagi orang yang menyebabkan lukanya adalah lelaki yang dia cintai. Setiap pembelaan yang dia ucapkan hanya dianggap omong kosong. Kekuasaan membungkam semuanya.
Bintang, polisi tampan yang menangani kasus kematian adik kandungnya sendiri. hingga sebuah fakta dia dapatkan sehingga memaksanya untuk memilih antara cinta dan keluarga.
Pengorbanan, cinta, air mata, dan siksa akan menjadi satu dalam cerita ini. selamat membaca
ig : @nonamarwa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Marwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
HAPPY READING
“apa anda akan percaya dengan apa yang saya sampaikan?” tanya arumi lebih dulu.
“tidak sepenuhnya. Tapi aku butuh jawabanmu,” jawab sasmita jujur.
“bukan aku yang melakukan semua tuduhan itu,” jawab arumi sekenanya.
Sasmita mengangguk. “kamu mencintai anakku?” tanya sasmita lagi.
Arumi menatap sasmita lama. Dari yang dia tangkap saat ini, sasmita berbeda dengan nenek dan kakek bintang yang menomor satukan nama baik, harta dan kedudukan. “anda tidak marah?” tanya arumi tanpa menjawa. Dia yakin jika sasmita pasti sudah tahu jawabannya.
“aku tidak marah. Hanya saja setelah ini tolong lupakan perasaan dan hubungan itu,” ucap sasmita yang seketika berhasil merubah pandangan arumi padanya.
“bukannya aku melihat dari tampilan ataupun keluargamu. Kamu tentu tahu bagaimana keluarga suamiku. Harta dan tahta adalah yang utama bagi mereka. Sebelum kau sakit lebih dalam, sebaiknya lupakan semua yang terjadi diantara kalian,” jawab sasmita mengerti apa yang saat ini dipikirkan oleh arumi.
Arumi tersenyum dan mengangguk. “tenang saja, nyonya. Saya sedang berusaha melakukan itu. Lagi pula, Wanita seperti saya tidak pantas bersanding dengan anak anda. Saya Wanita terhormat, tidak akan cocok bila disandingkan dengan lelaki yang tidak punya pendirian. Meskipun anakmu abdi negara sekalipun, tapi aku dengan berani mengatakan bahwa anakmu adalah pengecut nyata yang pernah aku temui,” ucap arumi berani menatap sasmita.
“apa maksudmu?” tanya sasmita sedikit emosi mendengar apa yang disampaikan arumi.
Arumi menggeleng. “bukan apa-apa. Saya hanya berusaha mengeluarkan apa yang ada di hati dan pikiran saya,” jawab arumi seadanya.
Sasmita menghela nafas pelan. “apa kedua orang tuamu masih ada?” tanya sasmita yang dijawab gelengan kepala oleh arumi.
“apa kamu tersiksa dengan semua ini?” tanya sasmita lagi.
Arumi mengangguk. “sangat, nyonya. Penyesalan terbesar dalam hidup saya adalah bertemu dengan Bintang Samudera Nagara,” jawab arumi tanpa ragu.
Sasmita tersenyum sedih. Sebenarnya apa yang sudah bintang lakukan sampai-sampai arumi berani bicara seperti itu? Sebenarnya apa yang tidak dia ketahui? Pikir arumi bertanya-tanya saat ini.
Sasmita maju selangkah agar lebih dekat dengan arumi. Tangan sasmita terulur menggenggam lembut tangan arumi yang memegang jeruji besi. “kau anak yang baik. Tapi yang Namanya hukum tetaplah hukum. Saat ini kau adalah pembunuh anakku. Tapi entah kenapa, sebagai Wanita aku bisa merasakan kejujuranmu. Teruslah berdoa. Tidak ada komunikasi yang lebih baik dari sebuah doa,” ucap sasmita lembut menatap sendu pada arumi.
Menatap mata sasmita membuat arumi merasakan bahwa dia mendapat dukungan dari keluarganya sendiri. Dia berharap bahwa jika nanti anaknya lahir, maka sifat yang dia turuni adalah sifat neneknya ini.
“terimakasih karena tidak menghakimiku dengan perkataan tajam,” ucap arumi tulus.
Sasmita mengangguk. Dari belakangnya muncul ali dan bintang yang baru saja datang. Sasmita segera melangkah menjauh. Tanpa bicara apapun sasmita pergi meninggalkan mereka semua.
Ali yang melihat itu berbalik dan mengejar istrinya.
Bintang menatap tajam pada arumi. “apa yang kau katakana pada ibuku?” tanya bintang tegas.
“aku hanya mengatakan jawaban atas semua pertanyaanya,” jawab arumi.
“kau pikir aku percaya?” tanya bintang tajam.
Arumi terkekeh pelan. “untuk saat ini mau kamu percaya ataupun tidak. Aku gak butuh mas,” jawab arumi berani.
Tangan bintang mengepal mendengar apa yang arumi katakan. Hatinya sakit entah karena apa. Entah karena tuduhan bahwa arumi adalah pembunuh adiknya? Atau perkataan arumi yang menegaskan bahwa mereka sudah tidak saling membutuhkan.
“mulai sekarang khawatirkan hidupmu. Jika kau tidak mengaku, maka kita akan bertemu di pengadilan,” ucap bintang tajam.
Arumi mengangguk. “khawatirkan asetmu yang haus akan ************!” jawab arumi pelan namun sangat tajam. Setelahnya arumi langsung berbalik menjauh dari keberadaan bintang. Wanita itu kaget dengan dirinya sendiri yang bisa bicara sekasar ini. Sebelumnya, bagaimanapun sakit hatinya, arumi tidak bicara lepas kendali seperti ini. Tapi tidak apa. Ini semua juga bentuk pembelaan terhadap dirinya sendiri.
Sungguh, perkataan arumi sangat memancing emosi bintang. Wanita itu benar-benar di luar kendalinya. Dia kira arumi akan menangis dan memohon maaf atas apa yang dia lakukan, tapi Wanita itu malah dengan berani menentang semua tuduhan itu.
Arumi berbalik Ketika mendengar suara Langkah kaki yang menjauh dari sel nya. Bak hujan mendadak, air mata rumi jatuh saat itu juga. Sejak tadi Wanita itu menahan gejolak air mata di deoan bintang. Dia sangat cengeng. Tapi seolah janin di dalam kandungannya memberi kekuatan agar berani untuk membela diri.
“Meskipun kamu belum lahir, tapi kehadiran kamu membuat budan tak merasa sendiri, nak,” gumam arumi sambil mengusap lembut perutnya yang masih rata.
…..
“apa sebenarnya yang sudah kamu lakukan, bintang?” tanya sasmita menatap tajam anak laki-lakinya itu.
Kini mereka berada diruangan bintang. Sasmita sengaja menolak ajakan suaminya untuk langsung pulang karena ingin segera bicara dengan bintang. Ali yang melihat sedikit emosi di wajah istrinya hanya bisa mengangguk pasrah dan mengikuti permintaan sasmita.
“mami nanya apa? Bintang gak lakuin apapun,” jawab bintang tak mengerti.
“kamu jangan coba bohongi mami!” jawan sasmita tegas.
Bintang menghela nafas pelan. “sebenarnya apa yang sudah dia katakana pada mami?” tanya bintang balik bertanya.
“bukan apa-apa. Hanya pembelaan terhadap dirinya sendiri,” jawab sasmita.
“lalu kenapa mami marah seperti ini?” tanya bintang heran.
“mami ini Wanita. Jadi mami mengerti bagaimana perasaanya saat ini. Di luar dia bersalah atau tidak, mami yakin kamu melakukan sesuatu hal yang sangat menyakitkan untuknya,” jawab sasmita jujur.
“mami kenapa belain orang yang jelas-jelas udah kintan, mi!” ucap bintang tak habis pikir dengan ibunya itu.
“mami memang sangat menginginkan keadilan untuk bintang. Mami bahkan sangat ingin orang yang membunuh anak mami mendapat hukuman yang setimpal. Tapi jujur saja, mami masih ragu jika dia adalah pelakunya. Dan kamu jangan lupa jika mami adalah seorang psikolog, bintang,” ucap sasmita dan langsung keluar dari ruangan bintang setelah menyelesaikan ucapannya.
Ali tanpa banyak bicara menyusul istrinya. Saat ini semua tidak baik-baik saja.
Bintang terdiam. Dia memikirkan apa yang tadi disampaikan oleh sasmita. Bintang menggeleng. “biar pengadilan yang akan memutuskan nanti,” gumamnya pelan.
Getaran di ponsel bintang mengalihkan fokusnya. Lelaki itu megambil ponsel yang terletak di meja dan membuka aplikasi hijau melihat pesan yang baru saja masuk. “kakek,” gumam bintang melihat kontak nama hutama yang berada paling atas. Tanpa pikir panjang bintang langsung membuka pesannya.
Secepatnya kasus ini harus sampai ke pengadilan. Media sudah mengetahui mengenai ini. Dan besok kakek beserta nenekmu akan ke kota untuk menemui pengacara keluarga kita.
...****************...
untuk visual nanti bakal ada di instagram aku, yaa @nonamarwa_
anakku setiap harinya juga gitu "dedek sayang mama"
"mama lebih sayang dedek"
yg sabar ya jihan. derita ibumu berat
cerita yang alurnya banyak menguras emosi dan sumpah serapah karna kelakuan dua pria. yang satu bintang nyaris tak berhati. kedua kakeknya yang emang ga punya hati. harus off lama? ahh semoga saja setelah ini kamu ator akan rajin Up