Bagaimana jadinya jika seorang siswi dijodohkan dengan gurunya sendiri.
Faradilla Angelica, siswi kelas 12 yang terkenal dengan prestasinya keluar masuk ke ruang BK, bukan karena dia sering bolos atau yang lainnya, melainkan karena dia sering kepergok berpacaran di area sekolah dengan Arsyad.
Orang tuanya merasa geram, hingga mereka menjodohkan Fara dengan Aslan, guru baru di sekolahnya.
Fara jelas tidak terima dengan perjodohan itu. Dia sampai rela kabur dengan Arsyad demi menolak perjodohan itu.
Lalu bagaimana jika akhirnya Fara dan Aslan dinikahkan? Apakah akhirnya Fara bisa mencintai Aslan, sosok guru yang sangat galak itu?
"Dasar Pak Singa!" begitulah Fara menyebutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
"Tapi..." Arsyad menatap ragu Fara. Dia jelas mengerti maksud Fara. Imannya benar-benar diuji saat ini. Haruskah dia mendengarkan bisikan setan itu?
Arsyad menggelengkan kepalanya lalu mencium kening Fara. "Aku gak mau merusak masa depan kamu. Bukan seperti ini cara menyelesaikan masalah dengan menambah masalah baru."
"Tapi aku..." Fara menundukkan pandangannya.
"Iya, aku ngerti. Semua gak mudah untuk kamu jalani." Arsyad menangkup kedua pipi Fara. Dia tatap dua netra yang masih saja mengembun itu. "Kamu percaya takdir kan, kalaupun kita jodoh, dengan jalan apapun pasti kita akan bersatu. Bukan dengan cara seperti ini." Arsyad mengusap lembut air mata yang sekarang menetes lagi. "Fara yang aku kenal gak mudah putus asa seperti ini."
Fara kini memeluk Arsyad dengan isak tangis yang pecah.
"Kamu jangan melawan Ayah kamu lagi ya. Berbakti selagi kamu bisa." nasihat Arsyad. Dia memang benar-benar seseorang yang bisa berpikir dewasa meski masih bocah SMA.
"Tapi kita gak akan bisa bersatu." kata Fara yang masih terisak dalam pelukan Arsyad.
"Iya, aku tahu. Sebenarnya memang sangat berat merelakan kamu." Arsyad menghela napas panjang. "Tapi mungkin pilihan Ayah kamu memang yang terbaik buat kamu."
"Tapi kita masih bisa tetap bersama kan?" tanya Fara. Dia masih saja menenggelamkan wajahnya di dada Arsyad.
"Iya, pasti. Selama kamu belum punya ikatan yang resmi."
Mereka masih dalam posisi itu sampai tengah malam sudah terlewat. Tanpa ada kata lagi, hanya ingin menikmati momen berdua yang mungkin tidak akan terulang lagi.
"Udah jam 1, kamu tidur di sini." Arsyad melepaskan pelukannya.
Fara menganggukkan kepalanya lalu merebahkan dirinya yang sudah terasa sangat penat.
"Besok aku antar kamu pulang, meskipun aku harus menghadapi kemarahan Ayah kamu." kata Arsyad sambil menarik selimut hingga menutupi tubuh Fara.
"Tapi..." Sebenarnya Fara tidak ingin pulang.
"Jangan takut. Kita gak boleh jadi orang yang pengecut yang bisanya cuma lari dari kenyataan."
Akhirnya Fara mengangguk pelan. "Temani aku tidur malam ini."
Arsyad menganggukkan kepalanya. Dia kini ikut menyusup di balik selimut. Bukannya tertidur tapi mereka berdua justru saling bercerita banyak hal hingga malam menjelang pagi.
***
Pagi hari itu, Pak Ridwan mengetuk pintu kamar putrinya karena sampai jam 6 dia belum juga melihat Fara keluar dari kamar. Biasanya meskipun hari Minggu, Subuh pasti Fara sudah bangun, lalu berolahraga kecil di taman.
"Far?" panggilnya tapi tak mendapat jawaban dari Fara. Sampai beberapa kali ketukan masih tak ada jawaban juga dari dalam.
Pak Ridwan akhirnya membuka pintu kamar Fara. Dia masuk ke dalam dan mencari keberadaan Fara. "Far?" Dia cari Fara sampai ke dalam kamar mandi tapi tidak ada.
"Fara, kamu kemana?" Pak Ridwan berusaha mencari lagi di seluruh penjuru rumah tapi tidak tetap tidak ketemu.
"Apa Fara kabur?" Pak Ridwan mengambil ponselnya dan menghubungi Ayla karena hanya nomor Ayla yang tersimpan di ponselnya. Fara memang pernah beberapa kali memakai nomor Ayla saat ponsel Fara kehabisan baterai.
Cukup lama panggilan suara Pak Ridwan tak juga terangkat. Setelah mencoba menghubungi lagi, baru Ayla mengangkatnya.
"Hallo, Ayla ini Ayahnya Fara. Apa Fara sama kamu?" mendengar jawaban dari Ayla, Pak Ridwan menghela napas panjang. "Ya sudah, tolong tanyakan sama teman lainnya ya?"
Pak Ridwan berjalan keluar dari halaman rumahnya berharap ada petunjuk kemana perginya Fara.
"Pak Ridwan." panggil salah satu tetangganya. "Semalam Fara ada acara camping ya? Saya lihat Fara bawa tas lalu dibonceng sama cowok."
Seketika pikiran Pak Ridwan tertuju pada Arsyad. "Tidak, ini saya sedang cari Fara. Terima kasih infonya." Pak Ridwan kembali masuk ke dalam rumah lalu segera menghubungi Aslan untuk menanyakan alamat rumah Arsyad.
Beberapa saat kemudian Aslan datang ke rumah Pak Ridwan. Dia mengantar Pak Ridwan menuju rumah Arsyad. Pikiran Pak Ridwan sudah sangat tidak tenang. Kira-kira apa yang dilakukan putrinya bersama Arsyad?
Aslan juga mempunyai firasat buruk tentang masalah ini. Inilah yang dia takutkan ketika Pak Ridwan terus memaksa Fara hingga akhirnya Fara berbuat nekad.
Beberapa saat kemudian mereka berdua sampai di rumah Arsyad. Mereka segera turun dan berjalan menuju pintu yang terbuka. Pak Ridwan mengetuk pintu itu cukup keras.
"Iya, ada apa Pak?" tanya Pak Rasya yang keluar dari dalam rumah.
"Arsyad dimana? Kemana dia bawa kabur putri saya?"
Mendengar pertanyaan itu Pak Rasya melebarkan matanya. "Arsyad. Dia..." Pak Rasya langsung menuju kamar Arsyad karena dia memang belum bertemu putranya sama sekali sejak semalam.
Setelah membuka pintu kamar Arsyad, kamarnya kosong. Dia cari putranya sampai ke kamar mandi juga tidak ada. Kemudian dia keluar dari kamar dan mengecek motor Arsyad, benar saja motor Arsyad juga tidak ada.
"Arsyad kemana dia!"
"Pak Rasya harus bertanggung jawab! Kemana Arsyad membawa putri saya kabur! Kalau tidak saya akan lapor polisi!"
Kedua Bapak itu sudah diselimuti emosi. Tapi Pak Rasya berusaha berpikir jernih. Kemana kira-kira putranya membawa kabur anak orang.
"Villa!" Pak Rasya segera masuk ke dalam kamarnya dan mencari kunci villa di laci tapi tidak ada. "Arsyad!" Dia menghela napas panjang sambil memijat pelipisnya yang terasa pusing. Benar sekali dugaannya.
"Kenapa, Pa?" tanya istrinya.
"Sepertinya Arsyad bawa kabur Fara ke villa." Rasya mengambil blazer dan kunci mobilnya.
"Astaga, Arsyad! Kasih hukuman Pa biar dia kapok!"
"Iya, Mama tunggu di rumah ya. Kalau seandainya Arsyad pulang segera hubungi Papa."
"Iya Pa, hati-hati."
Pak Rasya segera keluar dari rumahnya yang diikuti Pak Ridwan dan Aslan.
"Kita kemana, Pak?" tanya Aslan.
"Sepertinya Arsyad bawa Fara ke villa."
Emosi Pak Ridwan semakin tersulut. Dia mendekati Pak Rasya. "Pak Rasya, harusnya Anda bisa mendidik anak Anda dengan benar! Kalau terjadi apa-apa sama Fara, saya akan benar-benar tuntut Arsyad!"
"Pak, kita belum tahu cerita yang sebenarnya. Apakah memang anak saya yang membawa kabur putri bapak atau justru putri bapak yang mengajak Arsyad!"
"Jadi Anda menyalahkan putri saya."
Rasya menghela napas panjang. Dia tahu dari segi manapun tetap putranya yang salah. "Kalau terjadi apa-apa sama Fara, Arsyad pasti akan bertanggung jawab!" kemudian dia masuk ke dalam mobil dan tidak menggubris Pak Ridwan lagi yang masih sangat emosi.
"Om, lebih baik kita segera mengikuti ke villa. Om tenang dulu. Kita selesaikan masalah ini baik-baik." Aslan berusaha menenangkan Pak Ridwan.
Kemudian mereka masuk ke dalam mobil. Pak Ridwan terus mengusap dadanya yang terasa sesak dan sakit.
Mobil Aslan segera melaju mengikuti mobik Rasya. "Om, tenang dulu ya. Fara pasti tidak apa-apa."
"Nak Aslan, maaf kalau mungkin Fara tidak bisa menjaga kehormatannya. Tapi saya berharap kamu masih mau menerima Fara dan segera menikahinya."
💞💞💞
.
Like dan komen ya...
sayang ama papa aslan