Kepergian wanitanya menyisakan luka yang teramat dalam bagi Agra. Dari sekian banyaknya waktu yang ia tunggu, hanya pertemuan yang ia harapkan,
Setelah pengingkaran janji yang sempat ia terima, pertemuan masih menjadi keinginannya dalam setiap tarikan nafasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misshunter_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setitik Harapan
"Nala.. makan nak! Ajak mbak Alea juga!" teriak Kinanti dari meja makan
"biar Agra yang panggilin bun" Agra pun bangkit, ia berjalan menaiki anak tangga untuk bisa sampai dikamar sang adik
ceklekk...
pintu terbuka, Agra menyembulkan kepala disela pintu "dek?" panggil Agra
kedua wanita yang saat ini tengah duduk duduk diatas tempat tidur menoleh bersamaan,
"makan dulu, sekalian ajak mbak Alea"
"ya bang" sahut Nala
Tak berselang lama setelah Agra kembali bergabung, Nala dan Alea muncul mereka duduk bersisian. Alea memang cukup dekat dengan Nala sedari dulu sebelum kematian papah Tama
"makan dulu Lea, bunda belum lihat kamu makan dari tadi" seru Kinanti
"iya bun"
"jangan malu malu, kamu ini kaya sama siapa aja" Ikram sematkan senyuman ramahnya, ia tarik pinggang istrinya yang masih ramping itu "kamu juga makan bun!"
Kinanti singkirkan tangan nakal suaminya itu, "isshh yaampun, malu yah depan anak anak" peringatnya
ikram malah terkekeh kecil, sementara Agra dan yang lainnya sudah terbiasa melihat kemesraan dua sejoli lanjut usia itu "Terusin aja bun, kita gak liat sama sekali kok" ujar Agra
mendengar itu Kinanti malah tersipu malu, oh astaga usia mereka bahkan sudah tidak lagi muda tapi Ikram selalu tak segan segan memperlihatkan kemesraan mereka dihadapan anak anak yang bahkan sudah dewasa
"ohya gimana sama bisnis bakery kamu Lea?" cetus Kinanti ingin tahu, mengingat jarak mereka yang jauh membuat Kinanti tak banyak tahu perkembangan Alea
"berjalan baik bun, kadang kala juga nenek bantu Alea ditoko" sahut Alea
mendengar kata nenek sedikit membuat Kinanti menahan nafasnya sesaat, "cafe peninggalan papah masih ada?"
Alea mengangguk, "ada bun, kakek sama om yang handle. Cuma sekarang agak keteteran karna kakek sudah sering sakit sakitan diusianya yang beranjak senja"
"Nala mau pindah kuliah di Surabaya aja deh Bun" celetuk Nala, yang sontak saja langsung mendapat tatapan bingung dari yang lain
"ngapain kak Nala?" sahut Nayla
"dikasih seneng malah milih yang susah jauh dari orang tua, emang kak Nala bisa masak sendiri, nyuci sendiri, apa apa sendiri?" ujar Nayra menimpali
"nahkan diroasting sama adek sendiri" ujar Ikram dengan kekehan kecil
Nala mendelik kesal, "ya makannya aku mau pindah ke Surabaya ikut mbak Alea, sekaligus aku bisa belajar buat roti kek, kue atau kopi. Yakan mbak?"
"nah bagus tuh" Agra menimpali "biar ada kegiatannya dikit, jangan malah ngelumuk aja kaya cucian kotor!"
"ish, apa sih bang. seneng banget recokin Nala!"
Agra malah mencebik mengejek,
"ayah..." rengek Nala
Ikram malah terkekeh kecil "ya lagian adek sama abang bicara fakta sayang, kamu yang harus bisa terima, malah lebih bagus jadi bahan buat kamu koreksi diri"
Nala pun pasrah tak lagi menyahut, lebih baik ia segera habiskan makanan dihadapannya.
Setelah makan malam selesai dan para penghuni sibuk dengan kegiatannya masing masing, disudut rumah lain ada Agra yang tengah duduk dibangku taman samping sembari mendongak menatap langit malam yang gelap tanpa bintang
"aku udah kaya orang bego Ki, tiap hari cuma nunggu kamu kembali. Entah apa yang salah, sampai kamu bisa ninggalin aku dalam keadaan jatuh cinta begini" setelahnya Agra terkekeh kecil
"lebay mas ih.." gerutunya tiba tiba
Agra menoleh, ia temukan Alea yang tengah berjalan menghampirinya "mas Agra lebih cocok dipanggil mas bucin!. Dari sekian juta wanita dibumi masa gak ada satu aja yang berhasil buat mas Agra sejenak aja lupa sama kak Kiara"
"mas nyari yang sama kaya kak Kiara, sama persis tapi mas gak nemu yang mata bulatnya, senyuman manisnya, lesung pipinya, baiknya juga gak ada yang sama, selain bunda dan kalian adik adik mas"
"lebay mas Agra"
Agra malah terkekeh, "iya tah?"
Alea mengangguk yakin, "memangnya ada tah jatuh cinta pada pandangan pertama seorang pria sampai selama ini mas?"
"ada. selain mas, bunda sama papah. mereka juga jatuh cinta pada pandangan pertama sampai sampai ada mas kan?"
"jangan bahas itu deh mas!" pintanya, itu hanya akan mengingatkan Alea kalau ia adalah salah satu penyebab perpisahan bunda Kinanti dan papahnya dan itu sangat menyakitkan untuk Alea
"ponsel mas dari tadi bunyi terus tuh, berisik!" sambung Alea
"biarin ajalah paling juga Gisa"
"ya mbak Gisa, ini Alea" sahut Alea pada seseorang disebrang sana
sontak saja Agra membola, "jangan dek!" ia lantas merebut kembali ponselnya, mau tak mau akhirnya ia harus menerima panggilan Gisa
"kenapa lagi Gis?"
"kamu kemana aja sih, Gra? Aku telfonin dari tadi. Bahkan setelah makan siang kamu gak balik lagi kekantor. Kamu tahu gak aku pulang naik taksi, Gra"
"ya aku tahu, gis. Sorry ya"
"bisa bisa aku gila karena ngadepin cowo kaya kamu!"
Agra terkekeh "Harusnya sedari awal kamu ngerti Gis, setiap manusia kalau sudah jatuh cinta ia akan melakukan apapun yang pasangannya mau tanpa harus disuruh bahkan dipaksa. aku harap sampai sini kamu paham. Kalau kamu sama sekali bukan wanita yang aku mau!"
"gila kamu Gra!!"
Setelahnya panggilan berakhir begitu saja tanpa mau Agra repot repot membujuknya, saat Agra menoleh kearah adiknya, tampak Alea yang tengah mengangguk angguk kecil "ya bener kata mbak Gisa, mas udah gila" Alea beranjak pergi meninggalkan Agra
"perempuan pada kenapa sih?" monolognya,
baru saja Agra hendak mengayunkan langkahnya, ponsel yang ia genggam kembali berbunyi nama Reino tertera disana
"hmm?" sahut Agra
"gue liat Kiara, Gra"
Sedetik kemudian Agra berlari secepat kilat untuk bisa sampai ke motornya, "gue kesana sekarang".