Sania, gadis cantik berumur 22 tahun dan baru lulus kuliah disebuah perguruan tinggi negeri jurusan pariwisata harus menjalani kehidupan yang sulit dan pahit
Hidupnya berubah seperti roda roller coaster, yang awalnya indah berubah menjadi neraka ketika dia bertemu dengan pria tampan bernama Alexander Louise.
Seorang CEO tampan yang terkenal dengan bad boy dan suka gonta ganti pacar
Akankah Sania dan Alex bisa bersatu melewati kejamnya rintangan yang menghalangi mereka??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zandzana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan Pahit Tentang Alexander
Sania terdiam dengan hati hancur mendengar perkataan Sandra. Tak ada lagi yang bisa dikatakannya kecuali menangis
"Sekarang kamu mau kemana?, hari telah sore"
Sania menarik nafas panjang menatap keatas langit sore yang mulai memerah sambil menggelengkan kepalanya
"Ayo ikut saya, bermalam di kosan saya saja, sebelum kamu pulang ke kota mu"
Sania diam, menoleh dan menatap tak percaya pada Sandra
"Terima kasih, ibu sudah sangat baik pada saya, tapi saya akan terus mencari Alexander, bila perlu saya akan mendatangi rumahnya"
Sekarang giliran Sandra yang kaget, untuk sesaat dia diam tapi sebentar kemudian dia membuka handphonenya lalu kembali menatap Sania yang masih tampak kusut
"Ayo, kamu ikut saya!"
Sania hanya menurut saja saat tangannya ditarik oleh Sandra. Sandra segera menyetop sebuah taksi yang lewat lalu bergegas mereka naik
Sandra menyebutkan nama suatu tempat pada supir taksi. Segera taksi meluncur menembus kemacetan ibukota
"Kita mau kemana?"
Sandra menoleh pada Sania yang duduk di sebelahnya
"Kamu ingin ketemu Alexander kan?, saya akan bawa kamu menemuinya"
Mata Sania langsung memancarkan kebahagiaan saat tahu jika saat ini mereka akan menemui Alexander
Lebih dari satu jam karena terjebak kemacetan parah yang mengular, akhirnya taksi berhenti tepat di sebuah tempat yang tadi dikatakan Sandra
Sandra dan Sania turun setelah sebelumnya Sandra membayar ongkos yang tertera pada argo
Kembali Sania mengikuti Sandra yang berjalan masuk kedalam gedung yang ternyata adalah sebuah club. Walau belum malam, tapi club itu sudah tampak ramai
Bau alkohol dan asap rokok memenuhi ruangan itu. Sania langsung menutup mulut dan hidungnya karena tak tahan dengan bau ruangan pengap ini
Sandra menarik tangan Sania dan menunjuk ke depan
"Kamu lihat kesana!"
Mata Sania mengikuti arah telunjuk Sandra. Tampak olehnya Alexander sedang berciuman dengan seorang perempuan berpakaian minim
Tangan Alexander yang bergerilya di tubuh perempuan itu masih bisa dilihatnya jelas walau cahaya lampu agak remang
"Itu kalau kamu tidak percaya, itu yang tiap hari dilakukan Alexander. Dia akan terus bermain perempuan. Tadi dengan Milena, setelah mengantarkan Milena pulang dia akan ke club-club, dan akan bersenang hingga mabuk"
"Jika kamu mau, kita bisa menunggu dan melihat setelah ini apa yang akan dilakukan olehnya"
Sania menggelengkan kepalanya tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Calon ayah dari anaknya ternyata sangat bejat, dan suka bermain perempuan
Selagi dia terus menatap tajam kearah Alexander yang dikelilingi dua wanita, ketiganya berdiri
"Mereka mau kemana?" tanya Sania
Dengan cepat Sandra menarik tangan Sandia dan mengajaknya sembunyi agar tak terlihat oleh Alexander yang keluar dengan memeluk pinggang kedua gadis seksi itu
"Kita harus mengikuti mereka!"
Sania menarik nafas dalam dan mengangguk. Mereka berdua keluar dan dengan cepat kembali menyetop sebuah taksi
"Ikuti mobil hitam itu pak!"
Di dalam taksi Sania kembali berurai air mata. Sandra yang melihatnya hanya menoleh sekilas dan menggeleng-gelengkan kepala.
Mobil yang dikemudikan Alexander masuk kesebuah kawasan apartemen. Tentu saja itu adalah apartemen pribadi Alexander yang dipakainya untuk bersenang-senang dengan wanita bayaran bahkan dengan Milena
Saat ketiganya masuk kedalam apartemen, taksi yang membawa Sandra dan Sania berhenti tepat di sebelah mobil mewah Alexander
Dengan cepat mereka turun dan melesat masuk kedalam apartemen, naik kedalam lift dan tak lama mereka telah keluar lagi
"Ibu tahu yang mana apartemennya Alexander?"
Sandra menganggukkan kepalanya
"Kok ibu bisa tahu?"
Wajah Sandra berubah tegang tapi cuma sekilas
"Kan saya sekretarisnya, tentulah saya tahu semua"
Sania menganggukkan kepalanya mendengar jawaban Sandra. Tepat di depan apartemen yang tertutup rapat dan baru dimasuki oleh Alexander dan kedua wanita yang tadi dibawanya, Sandra berdiri mematung
"Ruangan ini pasti dikuncinya" batinnya
Dengan sangat pelan dia menekan gerendel pintu dan ternyata tak terkunci
Dengan mata terbelalak dan tegang dia menatap kearah Sania
"Terbuka, ternyata tak dikunci"
Sania sama halnya dengan Sandra, wajahnya juga tegang.
"Sembrono, bisa-bisanya dia lupa mengunci pintu" gumam Sandra
Dengan kaki berjingkat layaknya pencuri keduanya masuk dan dengan sangat hati-hati Sandra menutup kembali pintu
Dia memberi kode pada Sania untuk mengikutinya berjalan masuk.
Di sebuah kamar mereka melihat tiga orang yang sudah polos sedang bermain tanpa tahu jika ada dua orang yang melihat perbuatan mereka
Sania membekap mulutnya saat dilihatnya jika Alexander sedang dicumbui oleh dua perempuan. Kakinya sudah hendak lari saat Sandra mencengkram kuat lengannya
"Kamu harus lihat ini. Biar kamu bisa yakin untuk melupakan Alexander" bisiknya
Sania menggeleng kuat
"Aku tidak sanggup"
Sementara Alexander yang dimabuk belaian kedua gadis yang sejak tadi membuatnya mengerang tak karuan tak menyadari jika saat itu ada Sania dan Sandra
Sania memalingkan wajahnya saat dilihatnya seorang dari dua gadis itu mulai bergerak bebas di atas perut Alexander
Sementara Alexander sibuk menghisap dan meremas dada gadis satunya lagi
Karena sudah tak tahan, Sania melepaskan cengkraman tangan Sandra dan berlari dengan cepat keluar dari dalam kamar tersebut
...----------------...
Pagi buta Sania telah terbangun. Dilihatnya Sandra yang tidur di atas ranjang masih tampak nyenyak.
Semalaman dia tak bisa memicingkan matanya, barulah dini hari dia bisa tertidur dan itupun hanya sebentar karena sekarangpun dia telah terbangun
Kembali perbuatan Alexander kemarin melintas di kepalanya. Ditutupnya wajahnya dan mulailah dia sesenggukan
Perutnya tiba-tiba mual dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi.
Suara muntah Sania membuat Sandra yang terlelap terbangun, dia terduduk dan memandang kearah pintu kamar mandi yang tertutup
Tak lama Sania keluar dengan mata berair. Sandra memandangnya tajam
"Kamu hamil?"
Sania tak menjawab, dia terus berjalan dan duduk kembali di tempatnya tidur tadi. Sandra turun dari ranjangnya, duduk di sebelah Sania
"San?"
Sania menarik nafas dalam lalu mengangguk pelan. Sandra terhenyak dan langsung menggenggam erat tangan Sania.
"Inilah yang menyebabkan mengapa saya nekad mencari dan menemui Alexander bu"
"Kenapa kamu sampai bisa hamil San, mengapa kamu tidak bermain cantik?, kalau sudah begini kamu sendiri yang rugi"
"Ceritanya panjang bu, saya juga tidak menyangka jika saya bisa hamil"
Sania lalu menunduk dalam, meremas ujung bajunya. Kembali dia merasakan perutnya mual dan lagi dia harus berlari ke kamar mandi
Sandra yang melihat jadi bingung. Dia tak tahu harus berbuat apa. Jika dia mengatakan semuanya pada Alexander tentang Sania yang datang mencari dan menuntut pertanggung jawabannya apakah mungkin Alexander akan percaya
Bukankah sekarang banyak pasangan muda mudi telah melakukan hubungan terlarang tanpa adanya ikatan pernikahan?
Terlebih lagi Sania bekerja sebagai tour guide yang banyak bertemu orang asing, bukan tak mungkin jika dia juga telah bersama dengan pria asing.
Segala pikiran buruk melintas di kepala Sandra. Tapi demi dilihatnya wajah polos Sania rasanya tak mungkin jika gadis itu seperti itu
Tak mungkin Sania sering melalukan hal semacam itu, pikirnya
Selagi Sandra sibuk berperang pikiran dengannya sendiri, Sania keluar dari kamar mandi
Sandra segera memberikan air hangat padanya
"Aku bingung harus apa bu, entah apa yang harus aku katakan sama mama saya"
"Besar harapan mama sama saya, dan akhirnya saya mengecewakannya dengan kesalahan yang tak pernah saya harapkan"
"Lanjutkan hidupmu San. Jika kamu tidak menginginkan anak itu, mengapa tidak kau buang saja?"
Sania menggeleng
"Untuk sementara itu belum terlintas di benak saya bu, tapi entahlah nanti"
"Bu, jika ibu ada kesempatan tolong sampaikan pada Alexander jika saya hamil anaknya, dan saya menunggunya di kota dimana dia merenggut semuanya dari saya"
Sandra menarik nafas dalam, bingung tak tahu harus menjawab apa selain mengangguk pelan
"Kalau begitu, tak ada salahnya sebelum kamu pulang, kamu mampir lagi kekantor. Aku akan bilang sama tuan Alexander jika kamu hendak menemuinya"
"Serius bisa bu?" mata Sania berbinar
Sandra mengangguk.
"Mandilah, nanti kamu kekantor bersamaku. Nanti aku akan mengatakan pada tuan Alexander ketika aku memberikan laporan padanya"
Dengan segera Sania mandi lalu segera berganti baju, harapannya untuk segera mengatakan semuanya pada Alexander semakin besar dan terbuka.
Setengah jam sebelum jam kantor dimulai mereka berdua sudah berada di kantor. Sania menunggu di ruangan Sandra. Kedatangannya bersama Sandra mengundang tanda tanya dari karyawan lain. Tapi mereka tak berani bertanya langsung pada Sandra
Jam sembilan pagi, Alexander masuk ke ruangannya. Sandra yang telah menunggunya sejak tadi menunggu lima menit berikutnya sebelum akhirnya dia membawa agenda dan laporan untuk Alexander
Sania yang sudah diberitahu nya untuk mengikutinya dari belakang, begitu Sandra berjalan menuju ruangan Alexander segera mengikuti langkah Sandra
Tapi bukan Alexander namanya jika dia tidak menyantap Sandra. Begitu Sandra masuk, secepat kilat dia menarik gadis itu dan melahap bibirnya dengan rakus
Dan lagi, pagi ini tubuh seksi Sandra menjadi sarapan empuk untuk Alexander.
Sania yang diminta menunggu di luar, mencoba mengintip dari balik tirai yang sedikit terbuka
Kakinya langsung lemas tak berdaya ketika dilihatnya jika Sandra, gadis yang dipikirnya baik dan bersedia menolongnya saat ini tengah bermain gila dengan Alexander di atas sofa
Tangis Sania langsung pecah ketika dilihatnya permainan gila mereka makin menjadi. Dengan hati hancur Sania meninggalkan tempat itu dengan bercucuran air mata.
Segera dia menyetop taksi dan meminta supir untuk membawanya ke bandara.
Dua jam berikutnya, dia telah duduk di dalam pesawat. Air matanya kian deras mengalir mendapati kenyataan pahit jika Alexander yang dicarinya ternyata tak lebih dari seorang don juan yang hobi bermain perempuan.
semoga ajah happy ending