Achassia Alora adalah gadis misterius yang selalu menutupi identitasnya. Bahkan hampir semua orang di sekolahnya belum pernah melihat wajahnya kecuali beberapa guru dan kedua sahabatnya. Gadis yang di anggap miskin sebenarnya adalah cucu dari keluarga kaya raya yang terbuang. Begitu banyak rahasia yang ia sembunyikan, bahkan dari ibunya sendiri.
Setelah bertahun-tahun ia hidup tenang bersama ibunya, sang Kakek kembali datang dalam kehidupan mereka dan memburunya untuk kepentingan bisnisnya. Tentu saja Achassia selalu menghindar dengan cara apapun agar tidak tertangkap oleh Kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AzaleaHazel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Acha, Luna dan Anya baru saja keluar dari kelas untuk pergi ke kantin. Sejak jam pelajaran pertama sampai istirahat, Acha hanya tidur di dalam kelas. Entah kenapa rasanya benar-benar sangat lelah, apalagi sejak keluar dari kelas ia sudah memiliki firasat buruk entah apa itu.
Acha menghentikan langkahnya. "Gue mau ke toilet dulu." Katanya membuat Anya dan Luna ikut berhenti.
"Kok sama, yaudah barengan aja." Jawab Anya, daritadi ia juga ingin pergi ke toilet.
"Luna juga ikut." Sahut Luna.
Ketiga gadis itu pergi ke toilet lebih dulu sebelum ke kantin. Acha menghela nafas setalah masuk ke toilet, ternyata firasatnya tadi benar. Walau saat ini hanya kebetulan, pasti lain kali akan terjadi dengan di sengaja. Ia bertemu dengan Alin dan teman-temannya di toilet, gadis itu langsung menatapnya dengan tatapan permusuhan saat ia masuk ke dalam toilet.
Acha berusaha menghindar dan mengabaikannya, ia lebih memilih melewati Alin dan teman-teman gadis itu. Tapi begitu ia melewati Alin, gadis itu menarik tangannya dan memojokkannya ke dinding. Anya yang melihat itu hampir saja menjambak rambut Alin, tapi Acha lebih dulu memperingati temannya itu.
"Kecentilan banget sih Lo, segala deketin Noa lagi." Kata Alin menatap remeh Acha, tapi gadis itu hanya diam saja.
"Kenapa diem aja? Bisu Lo?" Tanya Alin lagi karena tak mendapat jawaban dari Acha.
Anya menggertakkan giginya. "Jaga mulut Lo ya anjing!" Ucap Anya tidak terima.
Acha memberi tanda pada Anya agar gadis itu diam dan tidak terpancing emosi. Setelah Anya tenang, ia melipat kedua tangannya dan mengangkat kepalanya.
"Harusnya Lo cari tau dulu, siapa yang deketin siapa." Ucap Acha santai.
Alin di buat semakin marah karena gadis yang ia gertak sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.
"Maksud Lo, Noa yang deketin Lo duluan gitu? Jangan mimpi!" Kesal Alin mendorong pundak Acha sampai membentur dinding.
Teman Alin memandang Acha dari atas ke bawah. "Lagian apa bagusnya sih cewek kaya dia? Masih mendingan Alin kemana-mana kali." Ucap salah satu teman Alin yang bermai Tania.
"Udah cantik, kaya lagi." Sahut Dara yang di angguki oleh Tania."
"Lo bisa ngebacot karena Lo nggak tau apa-apa!" Teriak Anya tidak terima, sejak tadi ia berusaha bersabar.
Alin mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya sih, kan emang belum pernah ada yang tau, gimana jeleknya muka temen Lo." Kata Alin yang mengundang galak tawa dari kedua temannya.
"Nya." Peringat Acha saat Anya akan mendekat kearah Alin. Acha sangat hafal bagaimana sifat Anya, bisa-bisa gadis itu nanti akan menendang Alin dan kedua temannya jika sudah terlanjur emosi.
Acha memberi tanda pada Luna untuk memegangi Anya, karena takut kuwalahan, Luna memeluk erat tubuh anya. Acha diam-diam menghela nafas lega, untung saja di saat-saat seperti ini otak Luna bekerja dengan baik.
Acha menoleh kearah Alin. "Udah kan? Awas." Kata Acha tetap tenang, ia menyuruh Alin agar menyingkir dari hadapannya.
"Berani Lo sama gue!" Ucap Alin yang merasa di sepelekan oleh gadis di depannya ini. Karena merasa kesal, ia menarik tudung Hoodie Acha.
Alin terkekeh. "Segitunya nutupin muka jelek Lo? Sampe berlapis-lapis gini?" Tanyanya mengejek.
Saat ia menarik tudung Hoodie Acha, wajah gadis itu masih tertutupi oleh masker. Alin berusaha menarik masker Acha, tapi gadis itu menpis tangannya cukup keras.
"Gue peringatin, jangan berani Lo deketin Noa." Ucap Alin, sebenarnya ia menahan sakit karena tepisan dari Acha cukup kencang.
"Asal Lo tau ya monyet! Temen gue selalu nghindar kalau di deketin tuh cowok. Lo bilangin sana ke dia!" Ucap Anya sudah tidak tahan, ia menepis tangan Luna sampai terlepas dari tubuhnya, karena gadis itu memeluknya.
"Awas." Ucap Acha, nada suaranya sudah berubah menjadi dingin. Anya dan Luna menyadari hal itu, karena itu mereka tetap diam.
"Kenapa?" Tanya Alin menantang.
Acha menoleh kearah kedua teman Alin. "Lo tau kan rumor tentang gue? Mending Lo inget baik-baik sekarang kita semua lagi ada di mana?" Ucap Acha melihat sekelilingnya.
Kedua teman Alin langsung mundur beberapa langkah, mereka ingat rumor tentang Acha yang hampir memecahkan kepala murid yang dulu pernah membully Luna. Mereka berdua baru sadar jika saat ini berada di toilet, tempat yang sama saat kejadian itu terjadi.
Mereka berdua semakin was-was saat Acha merogoh saku Hoodie-nya. Siapapun di sekolah ini tau apa yang ada di dalam saku itu. Demi menghindari hal buruk yang akan terjadi, Tania dan Dara menarik tangan Alin untuk pergi dari sana.
Acha menghela nafas, setidaknya untuk saat ini ia tidak perlu membuang-buang tenaga untuk menghadapi orang yang sudah di pastikan kemampuannya jauh ada di bawahnya. Bukannya tidak berani, hanya saja ia tidak ingin menyakiti siapapun, tapi jika suatu saat perbuatan Alin semakin menjadi-jadi ia tidak akan segan-segan untuk melawan balik.
"Kok Lo biarin mereka pergi sih. Tangan gue udah gatel banget pengen jambak rambutnya." Ucap Anya kesal.
Acha menghela nafas. "Gue males buang-buang tenaga." Jawab Acha sekenanya, ia tau jika Anya akan mengatakan hal itu.
"Ke kantin yuk, Luna udah laper banget." Ucap Luna yang baru mengeluarkan suaranya. Sejak tadi ia hanya diam saja melihat perdebatan mereka karena takut.
Acha dan Anya mengangguk, setelah selesai dengan urusan di toilet, mereka melanjutkan kembali tujuannya untuk pergi ke kantin. Saat ketiga gadis itu tiba di kantin, Anya melirik tajam kearah meja Kainoa dan teman-temannya. Tentu saja kelima cowok itu menatap heran pada Anya, kenapa gadis itu menatap mereka seperti memiliki dendam saja.
"Ehh buset, si Anya kenapa lagi tuh?" Tanya Gavin melihat Anya yang masih menatap tajam kearah meja mereka meskipun gadis itu sudah duduk di mejanya.
Chaziel mengendikkan bahunya. "Mana gue tau." Jawab Chaziel.
"Tanyain sana, kan temen Lo." Kata Gavin bergidik ngeri saat matanya kebetulan bertatapan dengan Anya.
"Lo nyuruh gue nanya ke dia, sama aja gue bunuh diri. Dari mukanya aja udah kaya mau makan orang." Balas Chaziel, ia sudah hafal sifat Anya bagaimana.
"Ada yang punya masalah nggak sama Anya, atau mungkin nyinggung perasaan dia?" Tanya Arkan membuat keempat temannya berpikir untuk beberapa detik.
Kainoa dan Bumi langsung menggeleng, mereka tidak pernah merasa memiliki masalah dengan gadis itu, apalagi menyinggung perasaannya. Chaziel dan Gavin juga menggeleng setelah beberapa saat mengingat ingat.
Tentu saja mereka tidak tau karena tidak melihat kejadian di toilet tadi. Padahal yang membuat Anya marah adalah Kainoa, karena cowok itu yang membuat sahabatnya jadi di ganggu oleh Alin.
Yang saat ini kelima cowok itu pikirkan, kenapa Anya sampai menatap tidak suka pada mereka, memang kesalahan apa yang mereka buat sampai gadis itu marah? Tanya kelima cowok itu dalam hati.