Menikah karena wasiat, itulah yang di alami Clea. ia terpaksa menikah dengan Renei Suprapto, pria tampan, mapan dan matang dan juga suami orang. Margareth istri Renei yang menginginkan pernikahan itu terjadi karena ia sedang sakit keras. Margareth tidak ingin sepeninggal dirinya Renei kesepian karena itu ia menjodohkan suaminya dengan Clea gadis berusia dua puluh tahun yang tak lain adalah petugas terapis Margareth selama sakit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14 Momen Berdua
"Mas kenapa kemari? katanya mas sibuk?" Clea mendekati Renei.
"Apa hanya Hermawan yang boleh kemari?" tanya Renei angkuh tapi Clea tidak terpancing. ia mengalihkan obrolan.
"Mau di taruh dimana vas ini jika mas membelinya?"
"Aku sudah membelinya, mau di taruh dimana itu urusan mu Clea! lagi pula apa rumah kita kurang luas untuk menyimpan dua benda itu?"
Rumah kita?
Clea senang akhirnya tanpa disadari Renei mengakui keberadaan Clea, dengan menyebutkan rumah kita. sepele tapi sangat bermakna bagi Clea.
Hermawan berjalan menghampiri Clea ia berpamitan untuk pergi karena harus ke rumah sakit lagi.
"Maaf Clea tapi aku harus pergi ke rumah sakit"
"Bagus pergilah tidak ada yang mau melihat mu disini!" gumam Renei.
Hermawan hanya tertawa, ia susah biasa dengan tingkah Renei. mereka kenal sudah sejak lama jadi Hermawan tidak tersinggung dengan ucapan ketus Renei.
"Cle jangan lupa janji mu" kata Hermawan sambil lalu.
"Janji apa?!" Renei terlihat penasaran.
"Bukan apa-apa" sahut Clea.
Renei meraih pergelangan tangan Clea dengan kuat.
"Ah sakit mas!"
"Aku tanya janji apa yang kau buat dengannya?!"
"Hanya makan siang"
Renei melepas cengkraman tangannya di lengan Clea yang nampak memerah.
Selalu saja Renei bersikap kasar padanya.
Clea meraih ponselnya dari saku, bibi mengirim pesan singkat padanya jika Renei tidak sarapan tadi pagi.
Clea terdiam sesaat, ia kesal pada suaminya itu tapi ia juga tahu Renei pasti biru-buru datang ke pelelangan karena itu ia tidak sarapan.
"Kenapa mas tadi pagi tidak sarapan?" tanya Clea tegas. ia sudah susah payah menyiapkan makanan tapi Renei tidak memakannya.
"Siapa bilang?! aku makan pagi di rumah"
"Benarkah? ini apa?" Clea menunjukan layar ponselnya pada Renei. disana terlihat pesan singkat yang di kirim oleh bibi.
"Dasar tukang ngadu akan ku pecat dia"
"Sudahlah ayo kita makan dulu" Clea meraih tasnya dan meminta Rara untuk berjaga stand karena Clea akan pergi makanan siang dengan Renei.
Keduanya duduk di food court, Clea memesan steak dan salad buah untuk Renei. minumnya ia memesankan jus alpukat tanpa tambahan susu atau krim karena Renei tidak suka rasa manis.
"Ayo sekarang mas makan" kata Clea. ia tidak memesan makanan karena Clea tadi sudah makan bersama Rara.
"Kenapa aku harus menuruti perintah mu!" omel Renei kesal karena Clea terlihat seperti seorang ibu yang menyuruh anak bandel nya untuk makan.
"Kalau mas tidak mau ya sudah!" Clea hampir berdiri dari duduknya, Renei mencekal lengan istrinya itu.
"Aku makan karena lapar bukan karena kau yang meminta ku"
"terserah mas"
Dasar mas Renei gengsian si keras kepala...
Clea mengamati Renei yang sedang makan. kali ini Renei yang merasa malu menatap wajah Clea. ia salah tingkah karena pagi ini Clea begitu terlihat cantik dan manis. Clea memang sengaja mempersiapkan penampilan terbaiknya untuk acara pelelangan. tanpa Clea sadari penampilannya berhasil membuat seorang Renei yang angkuh diam-diam terpesona padanya.
"Ehm! aku selesai" kata Rene sambil meraih gelas minumannya.
"Bagus" Clea tersenyum menepuk tangan Renei yang berhasil membuat Renei jengah Karen ia terlihat seperti anak kecil di hadapan istrinya itu. padahal usia mereka terpaut sepuluh tahun.
Selesai makan Clea mengajak Renei untuk sekedar jalan-jalan di mall. mereka melihat beberapa koleksi barang antik, pergi ke konter tas branded dan melihat koleksi jas milik seorang desainer ternama.
Renei terlihat senang meski ia menunjukan ekspresi datar. sementara Clea juga terlihat ceria sejak tadi ia banyak tersenyum saat bersama dengan Renei. ini pertama kalinya mereka pergi ke tempat umum hanya berdua. yah meski Yudi ikut tapi ia entah ada dimana sekarang.
Di tengah keasyikan itu ponsel Renei berbunyi. sekretarisnya menelpon untuk meeting di kantor.
"Ada apa mas?" tanya Clea.
"Aku harus pergi"
Wajah Clea terlihat sedikit kecewa tapi ia mengerti Renei pasti sibuk sekali. Renei diam-diam tidak tega juga melihat istrinya kecewa.
"Baiklah mas sampai bertemu di rumah" kata Clea memberanikan diri merapikan dasi Renei yang sebenarnya tidak berantakan.
Yudi yang mengamati dari kejauhan segera meraih ponselnya dan mengabadikan momen langka itu dengan kamera ponsel miliknya. ia yakin bos Renei akan senang melihatnya nanti.
