Bagaimana rasanya di tinggalkan untuk selamanya di hari pernikahan. Hari yang harusnya membuat bahagia, namun itu membuat luka.
Dan gadis cantik itu pun harus menerima cacian dan makian, juga di cap sebagai gadis pembawa sial.
Lalu tiba-tiba, ada seorang laki-laki yang bersedia menikahinya agar membuang kesialan itu. Laki-laki yang tidak dia kenal sama sekali, tiba-tiba menjadi suaminya.
Siapakah Laki-laki itu? Dan bagaimanakah kehidupan rumah tangga mereka? Apakah cinta akan tumbuh di hati mereka?
Simak yuk, hanya di Novel ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurmay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari ku?
Sebagai teman yang baik tentu Lisa mendengarkan cerita Kiran dengan baik. Tapi dia juga tidak mau membuat Kiran salah mengambil jalan.
''Berbaikanlah, tidak baik berlarut-larut, hm?''
Kiran diam sejenak, yang di katakan Lisa memang benar. Tapi apa dia mempunyai kekuatan untuk menatap lagi wajah kecewa Agra.
''Ck, begini Ran. Sebuah hubungan rumah tangga pastilah ada cobaannya, salahsatunya ya itu, pertengkaran. Dan kalian harus bisa melalui itu jika masih ingin bersama.''
''Tapi mas Agra yang mengatakan, 'selesai'.'' Raut wajah Kiran semakin bersedih kala mengingat kalimat itu.
Lisa menarik tangan Kiran keluar kelas. Tapi perasaan Kiran masih sakit meski Lisa memberikan penghiburan yang hangat.
Lisa benar, ia memang harus berbaikan dengan Agra. Tapi bagaimana caranya? sedangkan Agra telah mengatakan akan mengirimkan surat cerai melalui Anas, sang asisten, untuknya.
...
Terkekang rindu. Seharusnya Kiran terbiasa. Tapi itu dulu, sebelum Agra datang dan sebelum mereka bertemu lagi setelah lamannya berpisah.
Cinta menyiksa setelah mereka hampir usai.
Ia dapat mencium bau parfum milik Agra yang tertinggal di selimut. Maskulin, bahkan hanya dengan mencium bau parfumnya saja Agra dapat mengingat betul bagaimana wajahnya.
Kiran yang tadinya hanya bermalasan di atas ranjang terbangun saat melihat ponselnya menyala. Ada pesan dari Lalisa Hutapea, yang mengatakan,
'Ran, tadi ada pria tampan mencari kamu di kampus saat kamu sudah pergi.'
Mata Kiran membelalak lebar.
'Pria tampan, siapa?'
'Nggak tahu. Dia pakai jas dan punya gigi gingsul. Dia tanya apa aku kenal kamu.'
'Lalu?'
'Aku jawab kenal, tapi aku kasih tahu, kalau kamu sudah pergi.'
Kiran dapat menebak kalau pria yang di ceritakan Lisa itu adalah, Agra. Dari profiler yang Lisa sampaikan sudah jelas itu adalah Agra. Tapi buat apa dia datang mencarinya, apa mungkin dia ingin memberikan surat perceraian mereka?
Kiran semakin overthinking, dadanya berdegup kencang. Dia takut, takut tidak bisa menerima keadaan.
'Apa dia mengatakan sesuatu lagi?' balas Kiran lagi pada pesan dari Lisa yang sebelumnya.
'Tidak Ran, dia hanya mengatakan terima kasih. Dan oh ya, dia membawa buket bunga lavender. Bunganya cantik lho'
Degh'
Kiran menekan dadanya keras-keras, apa ini? kenapa Agra membawakan bunga untuknya, atau jangan-jangan bukan Agra? Karena setahu dia terakhir mereka bertemu, Agra mengatakan akan mengirimkan surat perceraian.
Kiran tidak membalas pesan Lisa lagi, dan memutuskan untuk menghubungi nomor Agra untuk memastikan kalau pria yang di maksud Lisa, adalah Agra.
Tapi panggilannya di tolak!
Pundak Kiran merosot, ternyata yang mencarinya bukanlah Agra, tapi siapa? pikir Kiran. Hatinya yang sedikit lega tadi, seketika bersedih lagi.
Tapi beberapa menit kemudian ponselnya kembali berbunyi, ada sebuah pesan. Dengan malas ia meraih kembali gawainya yang ia buang ke belakang, namun tiba-tiba matanya melebar ketika melihat nama 'Tuan Tanah' lah yang mengirimkan pesan itu.
Cepat-cepat Kiran mengetikan sandi ponsel dan membuka pesan di aplikasi hijau.
'Ada apa, Kiran? Mas sedang ada meeting.'
Mas? Kiran tersenyum sesaat karena ternyata Agra masih menggunakan nama panggilan itu padanya.
'Dimana?' balas Kiran pada pesan Agra.
'Di kafe Gemini, kenapa memangnya?'
'Aku ingin bertemu.'
Lama tidak ada balasan dari Agra, karena memang benar Agra saat ini sedang bertemu dengan seorang klien yang datang dari luar kota, juga ada Anas di sana sebagai asistennya yang membantu banyak dengan adanya meeting itu.
Di cafe sana. Agra yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya dan tersebut suara balasan cepat dari aplikasi pesan tersebut membuat klien dan asisten nya juga Anas menoleh ke arah Agra.
Anas menyenggol lengan Agra seraya berbisik. ''Tuan, tuan Alex bertanya pada anda.''
''Ya, oh maaf. Istri saya mengirimkan pesan,'' ucap Agra memberikan alasan.
''Oh iya tidak apa, saya mengerti. Saya juga memiliki istri yang sangat posesif. Beliau kerap bertanya saya dimana dan dengan siapa.''
Merekapun tertawa bersama mendengar ucapan Tuan Alex itu, tapi bukan itu situasi nya. Karena kehidupan kliennya yang terdengar sangat manis berbanding terbalik dengan kehidupan pernikahannya.
Agra mengigit bibir bawahnya membayangkan hubungan pernikahan nya bersama Kiran akan berjalan indah. Agra kembali mengangkat kepalanya setelah kliennya berbicara lagi.
''Sepertinya lain kali kita harus mengajak istri kita saat pertemuan selanjutnya. Karena Zoya, eh maksudnya isteri saya itu sangat cepat akrab, siapa tahu mereka bisa berteman,'' ucapnya lagi dan hanya di angguki Agra dengan senyum tipisnya. Karena dia tidak tahu nasib hubungan pernikahan mereka selanjutnya akan seperti apa.
Kiran di apartemen masih menunggu balasan Agra dengan harap-harap cemas. Setelah tiga puluh menit berlalu ternyata ponselnya kembali berbunyi dan Agra lah yang mengirimkan pesan itu.
'Maaf, Mas baru saja selesai meeting. Kamu ingin bertemu dimana?'
Kiran membuang napasnya lega karena dugaan nya tidak terbukti. Ya tadi pada saat Agra tidak lagi membalas pesannya, ia mengira bahwa Agra memang tidak ingin bertemu dengannya maka dari itu dia tidak membalas pesan Kiran lagi.
'Maa masih di sana?'
'Iya.'
'Aku akan kesana.'
'Jangan, di luar sedang hujan. Biar nanti mas yang kesana.'
Kiran mengerling sekilas keluar jendela. Dan ternyata benar, di luar sedang hujan deras. Tapi Kiran tidak peduli.
Ia hanya ingin kepastian, dan ingin tahu apa benar dia datang mencarinya. Dan apa alasan Agra mencarinya dengan membawakan bunga hari ini setelah kata 'selesai' itu terucap dari bibir Agra langsung.