Ig : @ai.sah562
Bismillahirrahmanirrahim
Diana mendapati kenyataan jika suaminya membawa istri barunya di satu atap yang sama. Kehidupannya semakin pelik di saat perlakuan kasar ia dapatkan.
Alasan pun terkuak kenapa suaminya sampai tega menyakitinya. Namun, Diana masih berusaha bertahan berharap suaminya menyadari perasaannya. Hingga dimana ia tak bisa lagi bertahan membuat dirinya meminta.
"TALAK AKU!"
Akankah Diana kembali lagi dengan suaminya di saat keduanya sudah resmi bercerai? Ataukah Diana mendapatkan kebahagiaan baru bersama pria lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Talak Aku
"Dee, aku tidak tahu dia..."
"Dia apa?" sentak Diana. "Sudah puas kah kau menyakiti ku? Kenapa kau tidak membiarkan wanita murah ini di sentuh pria lain?" sentak Diana merobek kancing kemejanya hingga memperlihatkan tank top dengan kulit bertanda merah kebiruan di dua tempat. Leher dan hampir dekat dada.
Danu terhenyak Diana menarik kancing kemejanya. Dia semakin terperangah menggeram saat melihat tanda merah di dua tempat. Tangannya terkepal, sorot matanya tajam tidak terima Diana diperlakukan seperti itu.
"Brengsek... Beraninya dia menyentuhmu!" Danu mendekat mencengkram kedua bahu Diana. "Bilang kepadaku apa saja yang telah dia lakukan kepadamu?" pekik Danu murka.
Dadanya merasakan sesak menyergap. Hatinya sakit melihat keadaan Diana seperti ini. Rasa benci dan amarah atas kematian adiknya seketika sirna menjadi rasa marah tidak terima wanita yang sudah ia sentuh dan miliki di sentuh pria lain.
Diana menepis kedua tangan Danu. "Untuk apa? Untuk kamu sebar luaskan lagi ke semua orang dan bilang kalau aku ini wanita murahan, begitu? Dijadikan alat untuk menghancurkan diriku? Untuk menyakiti diriku? Kau gunakan untuk membalaskan dendam atas kematian adikmu yang tidak pernah sedikit pun aku terlibat dalam hal itu," pekik Diana histeris berasumsi jika suaminya melakukan semua ini untuk membalaskan dendam seperti yang pernah dikatakannya.
Dendam yang tidak pernah Diana ketahui, dendam yang membuatnya menjadi korban Danu.
Deg...
Danu bagaikan tertimpa batu besar mendengarnya. Sangat menyesakkan. Dia seakan tersadar. Langkah Diana kembali mundur kebelakang dengan tubuh gemetar dan wajah sudah terlihat pucat.
"Jawab aku, ini kan yang kau inginkan? Kenapa tidak sekalian kau bunuh aku agar kau puas, hah? Jawab!" teriak Diana terisak di balik air hujan.
"Ya, saya puas!" jawab Danu tidak lagi mematung seperti tadi. "Saya puas sudah melakukan semua ini kepadamu. Kau di bully, kau dikeluarkan dari sekolah secara tidak hormat dan kau pun harus mati seperti adikku mati karena mu," jawab Danu tak kalah keras mengakui tujuan dari awal menikahi Diana.
Dia sengaja menikahinya, membuat Diana jatuh cinta kepadanya, lalu di saat itu Danu akan menyakitinya. Tapi, perkataan ini sungguh menghantam dirinya. Hati kecilnya merasakan sesak keperihan dan kesakitan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Prok... prok... prok...
"Kau berhasil Danu Alzio Fakhri, kau berhasil." Balas Diana bertepuk tangan tertawa sumbang menertawakan dirinya sendiri yang sudah begitu percaya kepada pria yang menikahinya 1 tahun ini.
Danu terhenyak, untuk pertama kalinya Diana menyebut nama lengkap nya saja tanpa embel-embel 'Mas.'
Diana menghapus air matanya meski air mata tidak terlihat akibat Derasan air hujan. Dadanya kembang kempis emosi jiwa.
"Hahaha ya, saya berhasil melakukannya. Dan saya senang akan hal itu. Saya puas kau merasakan apa yang adik saya rasakan," balas Danu tertawa tapi hati terasa terluka perih. Entahlah, dia juga bingung dengan keadaannya saat ini.
"TALAK AKU!"
Deg...
Danu yang tadinya tertawa mematung seketika mendengar kata talak terucap dari bibir Diana. Tawanya perlahan berubah menjadi raut wajah penuh keterkejutan dengan tatapan sulit di artikan. Kata yang tidak pernah terselip sedikitpun di pikirannya, kata yang tidak ingin Ia dengar dan ucapkan tapi kini terlontar dari wanita yang sudah setahun ini menemani perjalanan hidupnya dalam satu atap.
"Talak aku, Danu! Talak aku sekarang juga! Aku tidak mau berdiri di atas rumah tangga penuh kebohongan seperti. Lebih baik aku mati daripada bersama pria yang tidak pernah memiliki perasaan untuk!" pekik Diana menatap mata Danu penuh kecewa.
"Diana..." tenggorokan Danu terasa tercekat seakan ada yang menghalanginya untuk tidak berkata seperti itu.
"Kenapa? Kau tidak ingin menalak ku karena kau belum puas menghancurkan dan menyakitiku?" pekik Diana tidak peduli lagi dengan tubuhnya yang sudah gemetar kedinginan. Tanpa banyak pikir, Diana lebih memilih bercerai daripada bersama namun selalu menyakitinya.
Laki-laki itu diam seribu bahasa kalah telak tak mampu menjawabnya. Hatinya ingin bilang tidak ingin berpisah, tetapi ego lebih tinggi. Apakah dia ingin berpisah? apakah dia tidak ingin menalak Diana hingga dirinya diam seribu bahasa mematung bimbang dalam kegelisahannya sendiri.
"TALAK AKU, DANU ALZIO FAKHRI! TALAK AKU!"
"Kau seperti ini saja aku sudah puas melihatnya. Kau di-bully dan dikeluarkan secara terhormat saja ini cukup bagiku. Jadi, Saya tidak perlu repot-repot lagi bersandiwara di depanmu seperti seorang pria yang mencintai wanitanya. Saya muak itu," balas Danu tak kalah kencang sedikit mengalihkan perkataannya dari kata Talak. Cukup sulit Danu berucap.
Danu menghelakan nafas berat nan panjang mengeluarkan keberanian untuk mengucapkan kata talak.
"Mulai hari ini, mulai detik ini juga aku talak kamu dengan talak 1!" begitu entengnya bibir itu berkata-kata keramat.
Deg...
Duuaaar...
Diana pikir Danu tidak akan mengucapkannya. Tapi ia salah, Danu mengucapkannya seakan terlihat tidak keberatan sedikitpun.
Kaki Diana terasa lemas sulit menahan berat tubuhnya. Kata talak begitu mudah Danu ucapkan tanpa laki-laki memikirkan perasaannya. Air matanya tidak lagi mengalir, tetapi hanya sebuah tatapan kosong, pun juga kekecewaan yang mendalam yang di alami saat ini.
Hancur sudah, pupus sudah, berakhir sudah kisah perjalanan rumah tangga yang ia junjung tinggi dan pertahankan selama ini bersama cinta yang telah di torehkan oleh luka serta kekecewaan.
"Kau harus kuat Diana, kau harus kuat," batin Diana kembali memundurkan langkahnya. Perlahan dan lama-kelamaan berlari menghindari Danu. Dia tidak sanggup lagi berjuang sendirian, dia tidak ingin lagi di perlakukan seperti ini. Biarlah dia mengalah dan tidak lagi berurusan dengan pria yang tidak menyukainya. Hatinya tidak sekuat itu, perasaannya tidak seperti kemarin. Menyerah, mungkin yang terbaik untuk semuanya.
Pun dengan Danu yang diam mematung tanpa ingin mengejar Diana. Perasaannya tidak menentu, pikirannya kacau balau, ia pun sama-sama terluka. Entah luka seperti apa yang Danu rasakan tapi hatinya sakit merasakan sesak yang mendalam.
"Talak...! Aku sudah menalak Diana. Kenapa hatiku sakit, ya Allah." lirihnya dengan tangan kiri berada di pinggang. Tangan kanan memegang kepala lalu di usap secara kasar.
"Akkhh... sialan. Kenapa begini, sih?" Danu membungkukkan badannya seperti sedang ruku, lalu menegakkan badannya mendongak keatas dan berteriak. "Aaakkhhhhh.... Prisil, apa Abang salah membalaskan kematian dirimu?" teriak Danu luruh ke tanah dengan kedua lututnya berada di tanah serta wajah mendongak ke atas hingga air hujan membasahi wajahnya.