NovelToon NovelToon
Pedang Dari Masa Depan Jatuh Melalui Sebuah Meteorit

Pedang Dari Masa Depan Jatuh Melalui Sebuah Meteorit

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Mengubah Takdir
Popularitas:46.2k
Nilai: 5
Nama Author: Wafi_Shizukesa

Peristiwa meteorit jatuh yang anehnya hanya bisa dirasakan oleh Yamasaki Zen, seorang pelajar SMA berusia 15 tahun selepas aktivitas belajarnya di sebuah Akademi Matsumoto. Kejanggalan itu membuatnya terkejut dan bingung setelah suara dentuman keras berhasil membuat telinganya kesakitan. Namun anehnya, kedua orang tuanya sama sekali tidak merasakan dampak apa pun.

Di suatu tanah lapang di bukit rendah, dirinya melihat kilau meteorit dari kejauhan. Setelah selesai memeriksa meteorit itu, suatu hal absurd, kini ia menemukan sebuah pedang di dalam meteorit yang sesaat sebelumnya lapisan luarnya telah hancur dengan sendirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wafi_Shizukesa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 005. 2

Bagian 2

Yamasaki akhirnya sampai di rumahnya, dengan sadar dirinya melupakan keinginannya untuk bertanya di awal kepada Tesuba mengenai kaki kanannya yang “terluka” itu.

“Aku pulang!”

Pintu rumahnya digeser, lalu dilanjut seruannya kepada penghuni rumah.

Dirinya juga tidak lupa untuk menutup kembali pintu rumahnya.

“Selamat datang kembali!”

Tidak lama setelah seruan itu, ibunya menyahut di dapur, beliau sepertinya sedang mempersiapkan makanan untuk makan malam nanti.

Selagi masih berada di dalam area genkan, Yamasaki melepaskan sepatu sekolahnya sambil berdiri, lalu kemudian, dia melanjutkan berjalan menuju tangga yang mengharuskan dirinya melewati dapur dan ruang tamu yang dipisahkan oleh sebuah lorong, yang kembali dibagi menjadi dua jalan.

Satunya adalah jalan yang melalui tangga untuk pergi ke tingkat dua, dan jalan yang satunya lagi, adalah lorong kecil menuju kamar mandi atau bisa dikatakan juga kalau itu mengarah langsung ke bagian belakang rumahnya.

Yang pasti, keputusannya sudah sangat jelas, kalau jalan melalui tangga adalah pilihannya.

Sementara masih melanjutkan langkahnya, Yamasaki dibuat berpapasan dengan ibunya yang baru saja keluar dari ruangan dapur.

“Hai, Zen! Bagaimana sekolahnya?”

“Seperti biasa kok, bu.”

Meskipun ibunya telah memanggil dirinya, Yamasaki Zen masih tetap berjalan pelan menaiki beberapa anak tangga sambil menjawab pertanyaan ibunya.

Namun, setelah dipikirkan kembali entah kenapa jawaban yang baru diberikannya terasa keliru.

Seketika itu Yamasaki berhenti, dalam benaknya tiba-tiba saja terlintas gambaran siswi itu, Takahashi.

“Oh, iya. Hari ini tidak seperti biasanya.”

Yamasaki bergumam pelan setelah menyadarinya.

Yamasaki menutup pintu kamarnya, lalu dilanjutkannya berjalan ke arah kursi putar sambil tidak lupa dirinya meletakkan tas sekolahnya di atas kasur. Dia pun duduk menghadap komputernya, menyalakannya, dengan segera membuka sebuah website Twitter di mesin pencarian.

Hal ini biasa selalu dirinya lakukan sebelum dirinya memulai belajar atau mengerjakan tugas sekolah.

“...”

Di salah satu kotak trending, Yamasaki melihat tulisan ber-hastag, “#Partysummerfireworktime”, penasaran, segera dia pun membukanya.

“..!? Bukankah ini... Swords of Isekai?”

Setelah sadar dan mengetahui kalau isinya menyangkut sebuah event musiman di dalam sebuah video game, lebih tepatnya sebuah game VRMMORPG—Swords of Isekai, Yamasaki lantas menghela napasnya. Yamasaki merasa kalau dunia saat ini sedang menguji dirinya.

Setelah memutuskan berhenti untuk tidak bermain video game itu, kabar-kabar menyenangkan untuk para gamer terkhususnya para pemain Swords of Isekai terdengar sampai kepadanya.

Yamasaki Zen bukanlah seorang maniak game.

Beberapa video game yang ia mainkan secara spesifik memiliki unsur strategi di dalamnya.

Video game yang dimaksud di sini merupakan video game VR baik generasi lama maupun yang generasi baru saat ini. Untuk kategorinya sendiri tidak ada batasan, baginya, selama player mengharuskan untuk menyusun sebuah strategi di dalam video game.

Maka itu merupakan pilihan yang tepat untuk dimainkan oleh dirinya sendiri.

Yamasaki sendiri cenderung menaruh minat pada video game VR generasi terbaru daripada video game VR generasi lama ataupun juga video game dari ponsel dan komputer. Untuk itu alasannya cukup sederhana. Dia hanya suka bermain dalam first point of view di video game VR generasi baru, karena sensasinya yang juga berbeda dari teknologi video game VR generasi lama dan juga teknologi video game dari komputer ataupun ponsel.

Sebenarnya, Yamasaki bukan benar-benar tidak suka kalau disuruh memainkan beberapa strategy games di salah satu perangkat yang sudah disebutkan.

Selain dari alasan yang juga sudah disebutkan sebelumnya. Penyebab minat yang tinggi adalah karena cepat baginya untuk beradaptasi dari “teknologi lama” ke “teknologi baru”. Ini seperti halnya mengganti perangkat penyimpanan data dari hard disk drive ke solid-state drive ke dalam komputer pribadimu.

Juga, dari sana dirinya mencoba melatih fokusnya dalam halnya penglihatan dan juga berbagai hal yang lainnya.

“Lah, kirain apa, ternyata hanya event musiman, ya?”

Yamasaki melirik lebih lanjut, membaca cuitan posting-an, lalu dirinya pun menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.

“Woahhh... apa-apaan itu!! Luar biasa, event kali ini hadiahnya bukan main, satu set pakaian spesial role assassin, satu buah katana langka yang hanya didapatkan dari dungeon level 6, tingkat 4 di negeri Melonial dan juga 500.000 koin emas?”

Sebelum dirinya pada akhirnya memutuskan untuk berhenti bermain video game VR, status karakter virtual dirinya di game tersebut masihlah menjelajahi dungeon level 8, tingkat 3 di negeri sebelumnya.

Masing-masing negeri di dalam game itu biasanya terdapat hingga level 10 dungeon.

Dan untuk tingkatan... para pemain diwajibkan menyelesaikan semua tingkatan yang berjumlah 10 untuk setiap dungeon-nya.

Setidaknya, setiap satu tahun sekali game itu membuat update-an sebuah negeri baru, lebih tepatnya di setiap pertengahan bulan Juni. Dan pada tahun ini, akan ada update yang mana jumlah negeri di game tersebut genap totalnya menjadi tiga negeri.

Bagi Yamasaki, hadiah event tersebut cukuplah besar untuk karakter in-game-nya.

Jaraknya 10 dungeon yang harus dirinya jelajahi dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda.

Swords of Isekai.

Ialah video game virtual reality yang bertemakan petualangan dan dunia lain, dapat di mainkan secara solo player, maupun multiplayer.

Video game itu dijual satu paket dengan engine yang dikeluarkan bersamaan dengan rilisnya game tersebut. Dengan kata lain, perusahaan developer itu juga turut menyebarluaskan inovasi mereka kepada siapa saja yang berminat dengan inovasi ciptaan mereka.

Penjualannya di awal perilisan disambut antusiasme yang tinggi bagi para maniak game.

Meski harga yang dibandrol cukup mahal, mereka seakan tidak memedulikannya.

Konsep daripada engine VR itu sendiri menerapkan sistem yang disebut, “tidur bermimpi”, pemain hanya perlu berbaring di atas kasur lalu menunggu rangsangan saraf otak masuk ke dalam sistem tersebut. Sistem itu sendiri ada di setiap tubuh manusia ketika mereka tertidur.

Engine VR itu sudah di atur untuk dapat berjalan saat pemain memasuki sistem itu.

Dibutuhkan waktu sekitar lima belas sampai tiga puluh menit bagi pemain untuk dapat mengakses game VR sepenuhnya. Sebelum pada akhirnya, sistem daripada game itu membajak otak manusia dalam artian yang kompleks lalu memvisualisasikan paksa “lucid dream” mereka ke otak para pemain.

Di tahapan ini, engine VR mengirimkan gelombang theta kepada otak secara berulang.

Jadi, di saat pemain memutuskan untuk log-out dari video game—dalam konteks di sini ialah engine VR itu sendiri. Maka engine daripada VR itu secara otomatis mengirimkan gelombang yang berbeda di atas frekuensi gelombang theta (4-8 Hertz) agar membuat pemain terjaga.

Itu merupakan penjelasan singkat dari sistem mesin dari VR itu.

Untuk game itu sendiri juga tidak kalah menarik.

Keunikan dari game ini ialah, pemain dapat dengan mudah mendesain sendiri bentuk pedang miliknya dalam game tersebut.

Seperti judulnya saja ‘Swords of Isekai’, berarti, “pedang dari dunia lain”.

—Luar biasa…! Ini bukan mimpi kan? Ah, tidak-tidak! Aku sudah memutuskan untuk berhenti bermain agar aku bisa fokus terlebih dahulu kepada pendidikanku. Tahan-lah diriku!

Yamasaki Zen seketika menggelengkan kepalanya mencoba melawan nafsunya dengan dalih ‘…fokus terlebih dahulu ke arah pendidikan’, dan diakhir dia mencoba untuk menenangkan dirinya.

Sementara di luar, di waktu yang bersamaan.

*Wusshhhh...*

Sebuah meteor berukuran cukup besar tiba-tiba saja melesat dengan cepat di atas langit.

Anehnya, walaupun meteorit itu telah terbakar oleh gesekan atmosfer Bumi, meteor itu masih tidak hancur ataupun meledak di langit. Meteor itu masih melesat tanpa tujuan dalam pendaratannya, wilayah dekat dengan rumah Yamasaki sepertinya akan menjadi destinasi akhir pendaratannya.

Di saat meteor itu cukup rendah dengan permukaan bumi, seketika, meteor itu mengeluarkan cahaya terang berwarna kuning sedikit keemasan sebelum meteor itu akhirnya jatuh membentur permukaan bumi.

...

Sudut pandang kembali berganti.

“Baiklah, aku rasa sudah saatnya—”

*—DuaaaaAaaaaAaaarrrrrr......*

Saat Yamasaki hendak bangun dari duduknya, perkataannya terpotong oleh suara dentuman keras yang tiba-tiba saja terdengar sampai ke kedua telinganya.

Refleks, Yamasaki segera menutup kedua telinganya.

“Apa itu!!? Suaranya kencang sekali!”

Suara itu masih terdengar keras, melebihi apapun. Jika mengibaratkan sesuatu, suara itu terdengar layaknya seperti sebuah ledakan TNT yang berkali-kali lipat kekuatannya sedang di uji coba ledakannya di sebuah pulau terpencil yang jauh dari permukiman penduduk.

Rasanya mustahil sekali, jika manusia tetap bertahan mendengarkannya secara langsung tanpa menutup telinganya, dikarenakan, suara dentuman yang keras itu dapat dengan mudah merusak indra pendengaran manusia.

“Sepertinya, firasatku tidak enak.”

Setelah beberapa saat, perlahan suara dentuman itu mulai menghilang, dan untuk beberapa saat juga, telinganya berdenging akibat dentuman keras itu.

Yamasaki menurunkan kedua tangannya perlahan, tiba-tiba perasaannya berubah menjadi gelisah dan khawatir.

Tanpa pikir panjang, dirinya lantas keluar dari kamarnya sambil berlari berniat menghampiri asal suara dentuman itu untuk memeriksanya.

Menuruni beberapa anak tangga, Yamasaki sempat berpapasan kembali dengan ibunya yang baru saja keluar dari dapur.

“Tunggu, Zen!? Kenapa kamu belum mengganti seragam sekolahmu? Kamu ingin pergi ke mana di saat jam segini?”

Yamasaki Zen menghentikan langkahnya, lalu spontan membalikkan badannya ke belakang. Jelas dirinya merasa heran dengan ibunya yang bertanya seolah-olah tidak terjadi apa-apa barusan.

“Lah, kok? Ibu memangnya tidak mendengar suara dentuman itu?”

“Apa yang sedang kamu bicarakan? Dentuman?”

—Eh? Aneh, kenapa ibu tidak mendengar suara dentuman itu?

Terkejut mendengar balasan dari ibunya, hal itu lantas membuat Yamasaki Zen mencoba untuk mengingat-ingat kembali tentang peristiwa itu.

Di posisinya, dirinya merasa seperti telah tersugesti oleh perkataan ibunya barusan. Namun di sisi lain, dirinya benar-benar yakin telah mendengarkan suara dentuman itu. Padahal belum ada lima menit semenjak kejadian itu terjadi.

Sejauh yang dia ketahui tentang ibunya, ialah beliau tidak pernah memiliki riwayat penyakit apapun pada pendengarannya, dan hal itu, membuatnya harus menganggap kalau yang didengarnya ialah suatu fenomena yang aneh. Meskipun begitu, Yamasaki ingin sekali pergi melihat ke asal dentuman itu.

“Kenapa kamu diam saja? Cepatlah ganti seragam sekolahmu terlebih dahulu.”

“Maaf, bu! Aku ingin pergi keluar dulu sebentar. Ada sesuatu yang harus aku kunjungi.”

Melanjutkan berlari menuju pintu depan, lagi-lagi dirinya dipertemukan oleh sesuatu, ayahnya yang sedang berjalan di lorong bagian depan bisa melihat Yamasaki Zen yang tampak tengah terburu-buru seperti halnya “pekerja kantoran yang sedang mengejar jadwal keberangkatan kereta di senin pagi”.

“Ah, Zen! Selamat datang kembali! Kenapa kamu buru-buru sekali?”

—Ayah, juga?!

Menambah kesan heran ditunjukkan, dirinya semakin yakin dan penasarannya untuk segera melihat, “apa yang telah terjadi di sana?”.

“Maaf, ayah! Aku ingin pergi keluar dulu sebentar!”

Memakai sandalnya segera, lantas Yamasaki pun menutup pintu, sambil berkata “Aku pergi dulu!” dan meninggalkan mereka berdua, dirinya pun pergi ke arah belakang rumahnya, yang mana—asal suara dentuman itu berasal.

***

Yamasaki Zen berlari, sambil masih memikirkan kejadian aneh yang barusan dialaminya.

—Aku tidak mengerti, kenapa ayah dan ibu tidak mendengar suara dentuman yang sangat jelas itu? Telingaku saja, saat ini masih merasakan suara dari dentuman yang keras itu. Sial, tidak habis pikir. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan diriku?

Menggerutu kesal dalam hati, Yamasaki segera mempercepat larinya untuk menuju ke suatu bukit rendah yang letaknya berada beberapa puluh meter jaraknya dari rumahnya.

“Ha!”

Langkahnya pun terhenti.

Dia dapat melihat dari kejauhan suatu objek yang ukurannya cukup besar sudah berada di hadapannya. Tampak siluet berada menutupi sebagian objek itu karena kurangnya cahaya untuk memperlihatkan keseluruhan muka objek.

Yamasaki tidak ingin berlama-lama memandanginya, ia hanya ingin mengetahui, “benda apa itu?”.

“Tidak mungkin, ini bohong kan?”

Langkahnya berjalan perlahan. Setelah sudah cukup dekat, Yamasaki menghentikan langkahnya di saat itu juga, kini kedua matanya sudah melihat dengan sangat jelas sepenuhnya.

Ekspektasi tidak sesuai dengan realita, raut wajah yang sedikit terkejut, kini bercampur bingung dan keheranan.

Di hadapannya sebuah objek luar angkasa berbentuk bulat sempurna, cukup besar ukurannya untuk objek luar angkasa yang berhasil mencapai permukaan bumi dengan diameternya kurang dari tiga.

Objek itu juga berwarna putih sedikit ke silver-an.

Tidak lupa juga, sebuah kawah yang terbentuk dalam olehnya.

Ya, siapapun tahu kalau objek itu merupakan sebuah meteorit. Sebuah fakta, kalau objek besar itu juga telah berhasil menyentuh permukaan bumi secara utuh.

“Bukankah ini... meteorit?!”

Kemudian, Yamasaki Zen terdiam sejenak setelah melihat sebuah meteorit berukuran besar sudah berada di hadapannya.

Bersambung...

Next. Chapter 006 : Mencari Tahu Asal Mula Pedang Di Dalam Meteorit Itu.

By, Wafi Shizukesa.

Like dan jadikan favorit novel Author di rak buku kamu ya... salam hangat. 🤗✌️

\==========================

1
Wafi_Shizukesa
syapp!
Not Found
semangat kak 😊❤️
Ananda
sangat keren dan menginspirasi
Hibr 'Azraq
11, 12 sama si Taewoon wkwkwk.
Hibr 'Azraq
Fufufu, Tidak baik menolak rezeki Zen...
Hibr 'Azraq
Anak pintar....
Wafi_Shizukesa
lah, kamu mampir dong 😅
Hibr 'Azraq
gila novelnya keren..! semangat Thorrr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!