"Mama masih hidup! Mama masi hidup!" mata bocah itu berkaca-kaca saat Daniel mengatakan bahwa ibunya sudah meninggal. Ia tak terima jika ibunya dikatakan sudah tiada. Ia meninggalkan Daniel yang tidak lain ayahnya sendiri.
Terpaku menatap pundak bocah itu berlari meninggalkannya masuk ke dalam kamar.
Kenzie membanting pintu dengan keras, ia mengunci pintu rapat. hingga Daniel yang berusaha menyusulnya merasa kesulitan untuk membujuk putranya.
Daniel tau putranya, jika sudah seperti itu, Kenzie tidak akan mau bicara dengannya. Ia tidak akan memaksa putranya dalam keadaan seperti ini, hanya ia takut dengan kesehatan putranya semakin memburuk hingga ia memilih pergi.
"Temukan dokter itu, Saya akan membayarnya mahal," ucap Daniel dingin setelah mendapatkan telpon dari seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desi m, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Kalimat Ariana terhenti, ia terkejut. Matanya langsung membulat seketika. Manik mata Ariana langsung tertuju dengan mata yang sangat tajam. Mereka saling pandang. Wajah sedingin salju itu muncul di hadapannya.
Ariana seperti di sambar petir di siang bolong. Tiba-tiba pikirannya menjadi kosong. Wajahnya memucat, jantungnya seakan berhenti berdetak, sekujur tubuhnya terasa dingin dan menggigil.
Saat melihat Ariana, sudut mulut Daniel melengkung keatas, seperti busur yang keji.
Tanpa banyak bicara, dia langsung melangkah dan berjalan masuk, sembari dengan sengaja menabrak bahu Ariana yang masih berdiri di pintu.
Tabrakan itu membuat Ariana tersadar, ia buru-buru menghalang di depan Daniel, yang sudah memasuki ruang tamu.
"Pak Daniel, ini rumah ku, kau mendobrak masuk kerumah orang tanpa izin! Silahkan keluar!"
Ariana khwatir, jika Daniel mengetahui ketiga anaknya yang lain.
Sama sekali Daniel tidak mengindahkan ucapan Ariana, malah tersenyum menghinanya.
"Mendobrak masuk tanpa izin? Apakah ini lebih buruk, di bandingkan dengan hal-hal yang lebih buruk, yang kau lakukan?"
Hal-hal buruk itu ....
Kata-kata itu membuat jantung Ariana berdegup kencang. Daniel pasti sudah mengetahui sesuatu, kalau tidak, bagaimana bisa dia menemukan tempat ini. Apakah dia sudah tau, kalau Ariana adalah dokter junius Messa?
Panik.
Daniel memandang Ariana yang terdiam itu dengan kedua matanya yang dingin dan tajam.
Ariana mengeratkan genggaman jemarinya, untuk melawan Daniel secara langsung, sudah pasti akan kalah, apa lagi di tambah dengan pengawal di belakangnya, ini tidak lah muda untuk Ariana hadapi.
"Pak Daniel, kalau boleh jujur, perasaan seorang dokter itu sama dengan perasaan orang tua di seluruh dunia, saya juga ingin yang terbaik untuk Kenzie, Dan saya melakukan ini untuk merawat Kenzie ..., menyembuhkannya!"
Menyebut nama Kenzie, membuat Daniel berubah pikiran.
"Diam! Kau tidak memenuhi syarat untuk menyebut nama anakku! Kau tidak memenuhi syarat untuk mengucapkan kata-kata tentang perasaan orang tua di dunia ini!"
"Mama, siapa mereka?"
Revi keluar dari kamar tidur dan menatap orang-orang di ruangan itu dengan rasa ingin tahu. Ketika mata beningnya tertuju pada Daniel, lalu dia bergumam pada dirinya sendiri.
"Wah .., dia benar-benar mirip dengan Deffa."
Daniel menatap Revi yang berdiri di depan pintu kamar dengan seksama sambil mengernyitkan kening.
Anak montok ini memanggil Ariana dengan sebutan Mama, dia memang mirip dengan Ariana. Apakah itu anaknya?
"Mama, ada apa?"
Tiba-tiba Reva juga keluar dari dalam kamar yang sama, dan ikut bertanya, serta dengan kening mengernyit melihat situasi ini.
Ketika matanya melihat ke arah Daniel, kebencian tiba-tiba muncul di hatinya.
Apakah ini ayah mereka?
Mereka sudah di abaikan beberapa tahun terakhir ini. Dan terakhir kalinya ia juga masih menghina dan menyekap Mama, dan kali ini masih berani membawa teman-temannya kesini ..., ini sudah keterlaluan!
"Apa mau mu?!"
Reva dengan cepat berdiri di depan Ariana, dan menggertak ke arah Daniel.
Mata dingin Daniel menyipit, ia berpikir Ariana sungguh beruntung. Dia bahkan melahirkan dua anak perempuan yang rupanya persis seperti dia.
Kenzie nya, yang telah menderita karena merindukan ibunya sejak kecil, Kenzie yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu! Tapi, wanita ini benar-benar sudah melupakannya, bahkan ia sudah memiliki cinta baru dan anak-anak begitu cepat.
Teringat akan hal ini, menyulut api kemarahan di mata Daniel.
"Dua anak ini, apakah putrimu?"
"Benar. Jika pak Daniel marah, marahlah padaku, mereka masih anak-anak, jangan sakiti mereka!"
"Mama, aku tidak takut padanya!" Reva berdiri angkuh sambil menatap Daniel dengan marah. Dengan gaya seperti itu, seakan-akan Daniel lah yang berhutang padanya!
Daniel mendengus dingin, dimatanya Reva adalah seorang gadis liar yang tidak berpendidikan, dan hanya seorang Ariana saja yang bisa mendidik anak-anaknya seperti itu.
Ariana khwatir, Reva dan Revi sedikit lebih pendek dari Deffan dan Kenzie, dan paras mereka juga tidak mirip dengan kedua anak laki-lakinya. Sangat wajar jika Danie tidak tahu mereka adalah putri-putrinya.
Tapi Deffan berbeda, dia tidak hanya mirip dengan Kenzie dan Daniel, tapi juga tingginya sama dengan Kenzie, jika Deffan saat ini juga keluar, dan di lihat oleh Daniel, maka sudah di pastikan dia akan kehilangan Deffan.
"Bukankah kau sebelumnya sangat arogan saat mengancam ku? Lalu mengapa kau sekarang pura-pura tuli dan bisu?"
Nada suara dingin Daniel menghentikan pikiran Ariana barusan.
Dia mengangkat kepalanya untuk menatap Daniel, dan tampak tak mengerti apa yang barusan Daniel katakan.
Mengancamnya? Kapan dia mengancamnya?
"Pak Daniel, saya tidak mengerti apa maksud anda."
"Berani melakukan, tapi tidak berani mengakui." Daniel mencibir dengan ketus.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Ikuti terus kisahnya ya gaes. Tetap dukung juga ya