Keputusasaan yang membuat Audrey Cantika harus menandatangani perjanjian pernikahan yang dibuat secara sepihak oleh laki-laki berkuasa bernama Byakta Arsena.
"Lahirkan seorang anak untukku, sebagai tebusannya aku akan membayarmu lima miliar," ucap laki-laki itu dengan sangat arogan.
"Baik! Tapi ku mohon berikan aku uang terlebih dahulu, setelah itu aku akan melakukan apapun yang Tuan inginkan, termasuk melahirkan seorang anak," jawab Audrey putus asa.
Laki-laki itu mendengus saat Andrey meminta uang, ia berpikir semua wanita sama saja, yang mereka pikirkan hanya uang dan uang tanpa mementingkan harga dirinya.
Yuk ikuti terus!! ☺️☺️
Mohon bijak dalam memilih bacaan dan jika suka ceritanya silahkan tinggalkan like komen dan klik ♥️
Jika tidak suka bisa langsung tinggalkan, tanpa memberi komentar yang membuat penulisnya down 🙏☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifah_Musfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RLM bab 14
Audrey pulang dengan beberapa barang miliknya, setelah pulang dari makam sang ayah, Audrey singgah sebentar ke rumahnya lalu ia pun pulang setelahnya.
Ia bersyukur karena tidak bertemu dengan ibu tirinya saat pulang ke rumah, kalau bisa ia tidak ingin bertemu lagi dengan wanita jahat itu.
Saat pulang ia sempat bertemu dengan Bibi Lauren, wanita paruh baya itu hanya melemparkan senyum saja. Sekali lagi Audrey bernapas lega, karena tidak harus berbohong lagi dari mana saja dia seharian ini.
Gadis itu pun segera naik ke lantai atas menuju kamarnya bersama Byakta. Kamar yang sebenarnya kurang nyaman, karena pemiliknya yang dingin dan arogan tidak mau berbagi tempat tidur, jadilah dia tidur di lantai beralaskan kasur tipis, kalau bukan karena Bibi Lauren yang mengatur semuanya, ingin saja dia meminta kamar sendiri daripada harus berdua bersama laki-laki dingin itu.
Setelah meletakkan benda yang ia bawa dari rumahnya tadi, Audrey bergegas untuk membersihkan diri.
Seperti biasa, Audrey yang suka lupa membawa baju ganti ke kamar mandi kini harus mengalami peristiwa menegangkan.
Dengan menggunakan handuk, Audrey menutup tubuhnya, gadis itu berpikir tidak akan masalah, toh pemilik kamar belum menampakkan batang hidungnya sejak tadi, Ia berjalan santai keluar dari kamar mandi menuju lemari bajunya.
Saat sedang memilih baju terdengar suara derap langkah mendekati pintu kamarnya, Audrey membelalakkan matanya.
'itu pasti manusia es batu plus arogan itu' Gumamnya dalam hati.
Buru-buru ia menyambar bajunya asal dan ingin cepat kembali ke kamar mandi, namun terlambat, pintu sudah terbuka dan Byakta pun masuk.
Audrey mematung di tempatnya dengan baju ganti di tangannya untuk menutupi bagian dadanya yang setengah menyembul.
Tidak berbeda dengan Audrey, Byakta yang baru masuk ke kamar sudah disuguhi pemandangan yang mendebarkan dada pun ikut diam mematung beberapa saat.
Awalnya ia terkejut, tapi setelah sadar dengan penampilan Audrey, laki-laki itu menyeringai, otaknya pun bekerja langsung untuk menjahili gadis di depannya.
Ia mulai melangkahkan kakinya mendekati Audrey, hingga jarak hampir habis Audrey sadar kalau dia dalam bahaya saat ini. Refleks dia juga ikut melangkah mundur "T-tuan, saya akan kembali ke kamar mandi,"
Byakta yang iseng ingin menjahili gadis di hadapannya ini tidak menyurutkan langkahnya sama sekali, ia terus melangkah hingga Audrey terpojok di dinding.
Ada rasa senang menghampiri hatinya saat melihat wajah Audrey yang memerah karena ketakutan, ia berniat balas dendam karena tidak bisa tidur tadi malam.
'kau membuatku tidak tidur satu malaman, jadi rasakan pembalasan ku' kata Byakta dalam hati.
Audrey membuang muka ke samping saat satu tangan Byakta bertumpu pada dinding dan satu tangannya lagi mencoba menyusuri pipi hingga leher mulusnya.
Jantungnya yang sudah tidak bisa berdetak normal membuat kaki Audrey seperti tidak bertulang, kalau bukan karena tubuhnya yang bersandar di dinding, mungkin dia sudah merosot terduduk di lantai.
Byakta yang awalnya hanya ingin mempermainkan Audrey, kini terjebak dengan permainannya sendiri, rasa ingin lebih itu tiba-tiba menjalari hatinya.
'sial! Kenapa dia jadi manis begini kalau ketakutan! Tubuhnya harum sekali, aku benar-benar menginginkannya'
Byakta terus menyusuri leher jenjang Audrey yang tersuguh akibat gadis itu membuang muka ke samping.
Wangi sabun dan shampo menyeruak indra penciumnya, membuat jantungnya berdegup kencang, kini ia menyusuri dengan menggunakan bibirnya, tanpa sadar ia memberikan kecupan demi kecupan di leher Audrey.
Namun semua terhenti saat Audrey mendorong sekuat tenaga tubuh besar Byakta lalu ia berlari kembali ke kamar mandi.
Sedangkan Byakta yang baru sadar mengumpat kebodohannya yang sudah lepas kontrol di hadapan gadis itu, dan itu melukai harga dirinya yang membuat segala peraturan di dalam ketar perjanjian itu.