Kayesa terjebak dalam pernikahan semalam demi menyelamatkan nyawa ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Pernikahan dengan laki-laki kaya yang sama sekali tak dikenal Kayesa itu merupakan awal dari penderitaan Kayesa.
Pernikahan semalam membuat Kayesa hamil dan diusir ibu, Kayesa pergi jauh dari kota kelahirannya. Lima tahun kemudian dia bertemu dengan laki-laki ayah anaknya, hanya saja Kayesa tidak mengenalinya. sementara laki-laki itu mengetahui kalau Kayesa wanita yang dinikahinya lima tahun yang lalu.
Bagaimana kehidupan Kayesa selanjutnya, saat laki-laki bernama Zafran mengetahui kalau Kiano merupakan darah dagingnya dan Zafran menginginkan anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ikatan Batin
Part 14
Mendengar pertanyaan Zafran, Kayesa menoleh, dia tak menduga Zafran turun dari mobil dan sudah berdiri di sampingnya, sejenak Kayesa menatap Zafran, lalu Kayesa hanya mengangguk.
Serr... Saat melihat Kiano yang bergelayut manja di gendongan Kayesa. Zafran seperti melihat dirinya sendiri, mata, hidung dan mulut Kiano mirip sekali dengannya.
"Apa dia anakku. Kenapa mirip denganku," batin Zafran seraya menatap intens pada anak kecil digendongan Kayesa.
"Bunda. Dia ciapa (siapa)?" Tanya Kiano menatap ke arah Zafran
"Apa dia ayah Kiano?" Tanya Kiano lagi dengan polosnya, Kiano menebar senyum ke arah Zafran.
Kayesa kaget mendengar pertanyaan Kiano, begitu juga dengan Zafran, dia baru saja berpikir kalau Kiano putranya. Tapi Kiano langsung menghunjami pertanyaan yang membuat jantung Zafran seakan keluar dari sarangnya.
"Bu...bukan sayang. Ini Tu.."
"Iya! Ini ayah. Kamu boleh panggil aku ayah." Zafran menyela ucapan Kayesa, lalu menyodorkan tangan, ingin mengambil Kiano dari gendongan Kayesa.
"Yuk! Sini! Ikut ayah," ujar Zafran, dengan girang Kiano melepaskan diri dari Kayesa.
Begitu berada digemdongan Zafran, Kiano melingkar tangannya di leher Zafran. Zafran menciumnya berkali-kali, kumis tipis Zafran membuat Kiano tertawa karena merasa geli.
"Kamu ganteng banget." Zafran memeluk erat tubuh mungil Kiano.
"Ayah juga ganteng," balas Kiano. Tanpa malu-malu dia pun memeluk leher Zafran dengan erat. Zafran merasa ada ikatan batin dengan putra Kayesa.
"Eh.. Maaf Tuan! Maafkan kelakuan putraku," ujar Kayesa.
"Ayok sini! Sama bunda. Ayah Zafran mau pulang ke rumahnya." Kayesa lalu mengambil kembali Kiano dari gendongan Zafran dan menyerahkan ke Maeka.
"Eh.. tidak apa-apa. Aku suka Kiano," ujar Zafran.
"Dia manis sekali." Zafran tak henti menatapi bocah kecil yang sudah berpegangan tangan dengan pengasuhnya.
"Terima kasih. Tuan! Sudah membuat anak saya bahagia. Saya pamit dulu."
"Dadah Kiano. Besok-besok ayah main ke rumah Kia. Bolehkan?" Zafran tersenyum pada Kiano seraya melambaikan tangan, Zafran senang sekali mendapat balasan anggukan dan lambaian tangan mungil Kiano.
Sepeninggalan Zafran, Kayesa, Kiano dan Maeka masuk ke mini market, membeli susu dan keperluan dapur.
Sementara di dalam mobil, Zafran tiba-tiba berubah ceria, tanpa dia sadari bersenandung kecil. Zafran melajukan mobilnya ke rumah sakit. Dia menemui seorang dokter teman lamanya, memberikan sampel rambut Kiano yang tadi sempat dicurinya saat menggendong anak laki-laki itu.
"Tolong lakukan tes DNA."
"Apa dia anak salah satu dari matan istri-istrimu?"
Dokter Niko langsung menembak ke intinya, dia sudah tahu sepak terjang sahabat masa abu-abu putihnya itu.
"Aku berharap begitu," ucap Zafran, seraya menepuk pundak dokter Niko, lalu dia pun pamit.
Entah kenapa, ada terbersit harapan di hati Zafran, kalau Kiano merupakan putranya. Perlahan Zafran menjalan mobil meninggalkan rumah sakit, menuju jalan raya.
Sepanjang perjalanan wajah ganteng Kiano menari di matanya. Zafran tersenyum sendiri, saat membayangkan kalau Kiano merupakan darah dagingnya.
Sepersepuluh menit kemudian Zafran sampai ke apartementnya. Setelah memarkir mobil, dia terus masuk lift dan naik ke lantai atas.
"Mama!" Zafran kaget saat dia memutar handle dan membuka pintu, di depannya berdiri seorang wanita cantik setengah baya.
Wanita cantik itu meregangkan kedua tangan, Zafran menghambur dalam pelukan wanita itu. Sudah sepuluh tahun wanita itu tidak pulang ke Indonesia, biasanya Zafran yang menyambangi orang tuanya.
"Kok mama nggak bilang-bilang mau pulang," ujar Zafran mengurai pelukannya.
"Kalau mama bilang. Kamu pasti ngelarang mama, ada saja alasanmu, yang tak bisa nemani mamalah, yang sibuk inilah. Iya kan?"
Asaka mamanya Zafran memang sengaja datang. Karena dia ingin anak laki-lakinya itu untuk segera menikah. Asaka sudah tak percaya lagi dengan janji Zafran yang akan segera mengenalkan calon istrinya. Makanya dia datang dadakan dan membawa berita bagus untuk Zafran.
"Zafran mandi dulu ya. Ma!" Zafran masuk ke kamarnya.
Sepeninggalan Zafran, Asaka pergi ke dapur, membantu bibik menyiapkan makan malam. Setengah jam kemudian, menu pun sudah terhidang. Asaka menunggu Zafran di meja makan.
"Wah.. Menu kesukaan aku nih. Ma!" Zafran menarik kursi, mendudukkan bokongnya lalu mencomot sepit kepiting masak saos.
"Doa dulu," Asaka memgingatkan.
"Eh..."
Sudah lama Zafran melupakan tradisi itu. Dulu saat dia masih sekolah di taman kanak-kanak, Zafran selalu mengingatkan pada siapapun untuk membaca doa setiap mau makan. Beriring waktu berjalan, dia mulai melupakannya.
Setelah berdoa, Zafran dan Asaka menyantap makan malamnya. Begitu selesai makan. Asaka menahan Zafran yang ingin beranjak.
"Mau ke mana?"
"Balik ke kamar."
"Jangan ke mana-mana. Mama ingin bicara."
"Besok saja bicaranya. Ma! Sekarang mama rehat. Mama pasti masih capekkan?"
Sebenarnya Zafran tahu, kalau kedatangan mamanya, pasti mau bicara tentang kapan dia nikah. Makanya Zafran berusaha untuk menghindar dengan mencari-cari alasan. Agar maksud dan tujuan Asaka tertunda.
"Tidak! Mama mau bicara sekarang," tegas Asaka.
"Tapi Zafran mau istirahat. Ma!" Tolak Zafran, dia pun beranjak meninggalkan Asaka.
Melihat gelagat Zafran yang mau menghindar. Asaka berdiri mengikuti Zafran yang masuk ke kamar. Zafran yang tahu Asaka mengikutinya pura-pura tak perduli, sejatinya dia belum siap. Jika Asaka memaksanya untuk mengenalkan calon istri.
"Eh... Mama! Sini mama," ujar Zafran berbasa-basi saat dilihatnya Asaka berdiri di ambang pintu kamar.
"Mama mau kamu menerima Alena menjadi sekretarismu," ujar Asaka langsung keintinya.
Asaka sengaja mengundang Alena untuk menjadi sekretaris Zafran. Dia berharap Alena bisa menaklukkan hati Zafran. Alena bukan gadis biasa, dia lulusan S2 dari salah satu universitas Jerman, selain pintar, dia juga cantik dan seksi, menurut Asaka, Alena sangat cocok jadi pasangan putranya.
"Alena anak teman mama itu?"
"Iya! Yang kemaren fotonya sudah mama kirim ke kamu. Cantikkan?"
"Ya. Cantik dan seksi," jawab Zafran, karena foto yang dikirim Asaka ke dia. Foto waktu Alena memakai bikini renang.
"Kamu pasti menyukainya, selain cantik dia juga pintar."
"Kalau dia cantik dan pintar. Kenapa tidak kerja di Jerman saja. Kenapa ke kantorku."
"Mama ingin Alena dekat dengan kamu."
"Untuk apa?"
"Mana tahu cocok dan berjodoh denganmu."
"Oh. Jadi maksud mama. Mama mau jodohin aku dengan Alena."
"Cocok. Itu yang mama mau."
"Kita lihat saja nanti. Apa Alena bisa membuatku jatuh cinta," ujar Zafran seraya berdiri, meraih kunci mobil dan keluar.
"Mau ke mana?"
"Keluar."
Asakan menghembuskan nafas kesal, belum selesai dia bicara. Zafran sudah pergi meninggalkannya. Zafran selalu begitu, selalu mengelak bila Asaka bicara tentang pernikahan. Andai saja Asaka tahu, kalau putranya itu sudah pernah menikahi sembilan para gadis yang tidak tahu asal usul. Entah apa yang terjadi.
Alasan Zafran keberatan Asaka kembali ke tanah air juga masalah nikah sirinya itu. Dia takut kalau mamanya shock jika tahu sepak terjangnya selama ini. Asaka tidak pernah tahu, bagaimana bejatnya kelakuan Zafran.
Zafran yang bisa keluar dari apartemen bernafas lega. Dia sudah merasa bebas dari teror mamanya. Zafran melangkah menuju lift, begitu lift terbuka, dia menekan tombol lantai dasar, begitu lift terbuka, bergegas Zafran ke parkiran.
Begitu sudah berada di dalam mobil, Zafran menghidupkan mobil, menekan pedal gas, lalu meluncur meninggalkan apartement menuju jalan raya. Zafran yang tidak memiliki tujuan, meluncur ke arah rumah Kayesa dan dia sempat berhenti di depan mini market.
"Sebenarnya Kayesa tinggal di mana," batin Zafran seraya memindai ke kiri dan ke kanan. Dia berharap keajaiban, tiba-tiba Kayesa muncul.
Sepersepuluh menit Zafran berhenti, tak ada tanda-tanda kemunculan wanita yang dicarinya.
"Ngapain aku memikirkan wanita itu. Apa aku sudah kurang waras." Zafran bergegas menepis bayangan Kayesa.
Zafran memutar balik mobilnya, kemudian berhenti di depan sebuah diskotek. Setelah memarkir mobil, Zafran turun dan masuk ke diskotek.
Sambil memindai ruangan diskotek, Zafran mengambil posisi di tempat biasa. Safwan pemilik diskotek menemuinya, seperti biasa menawarkan sesuatu yang istimewa pada Zafran.
"Apa tuan butuh wanita cantik," bisik Safwan pada Zafran.
"Boleh," ujar Zafran mengangguk. Safwan memanggil dua wanita pilihannya untuk menemani Zafran.
"Ray! Ke sinilah! Ayok kita senang-senang." Zafran menelepon Ray.
😅😅😅
Di anggap Adek aja kenapa?
Maeka kan juga baik,kalo gini rasanya kayak ada jarak yang jauh, antara majikan dan pengasuh.