NovelToon NovelToon
Bukan Cinderella-nya

Bukan Cinderella-nya

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua / Pembantu
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nitzz

Nathaniel Alvaro, pewaris muda salah satu perusahaan terbesar di negeri ini, hidup dalam bayang-bayang ekspektasi sang ibu yang keras: menikah sebelum usia 30, atau kehilangan posisinya. Saat tekanan datang dari segala arah, ia justru menemukan ketenangan di tempat yang tak terduga, seorang gadis pendiam yang bekerja di rumahnya, Clarissa.
Clarissa tampak sederhana, pemalu, dan penuh syukur. Diam-diam, Nathan membiayai kuliahnya, dan perlahan tumbuh perasaan yang tak bisa ia pungkiri. Tapi hidup Nathan tak pernah semudah itu. Ibunya memiliki rencana sendiri: menjodohkannya dengan Celestine Aurellia, anak dari sahabat lamanya sekaligus putri orang terkaya di Asia.
Celeste, seorang wanita muda yang berisik dan suka ikut campur tinggal bersama mereka. Kepribadiannya yang suka ikut campur membuat Nathan merasa muak... hingga Celeste justru menjadi alasan Clarissa dan Nathan bisa bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nitzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Diam-diam Luka

“Kamu suka boleh tapi jangan pacaran dengan Clarissa, bisa gawat…”

Madeline Alvaro merapikan topinya sambil berceloteh di ruang tamu, Madeline baru pulang dari urusan bisnin dan kini bersiap ingin pergi lagi.  Nathan berdiri tak jauh di belakang dan menghela nafas dengan kencang.

“Dia itu pembantu, Nak. Bukan berarti kita jahat padanya, ya. Tapi masa kamu nggak bisa bedakan antara simpati dan cinta?”

Nathan mengeratkan rahangnya. Ia tidak ingin membantah langsung. Belum.

Belum waktunya.

“Sudahlah, Ma. Ini bukan drama sinetron,” gumam Nathan pelan, tapi Madeline terlalu sibuk dengan koper besar dan daftar barang yang harus dibawa untuk mendengar itu.

“Pokoknya selama Mama masih hidup, Nathan nggak boleh pacaran sama Clarissa. Dia itu baik, iya, tapi tetap saja. Nanti orang-orang ngomong apa kalau cucu keluarga Alvaro pacaran sama orang dalam rumah?”

Kalimat itu menghantam seperti tamparan, dan di pojokan ruangan, Clarissa yang baru saja hendak menyajikan teh, berhenti. Ia mendengar semuanya.

Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Ia hanya menunduk, meletakkan nampan pelan-pelan, lalu berlalu tanpa suara.

Nathan mengepalkan tangan. Tapi lagi-lagi, ia diam.

Beberapa menit kemudian, Madeline pamit dengan riang. “Liburan kali ini ke Eropa, sayang. Tante Martha ngajakin keliling kastil tua di Prancis. Sebulan saja, kok. Rumah kutitipkan ke kamu dan Celeste.”

Nathan mengangguk. “Hati-hati, Ma.”

Celeste juga mengangguk "Iya tante. Selamat bersenang - senang". Madeline memeluk Celeste sebentar sebelum pergi.

Setelah Madeline pergi, suasana rumah seperti kehilangan satu nada tinggi yang selama ini dominan.

Namun bagi Nathan dan Clarissa, justru di situlah mereka bisa bernapas lagi.

“Kamu dengar semua tadi... ?" kata Nathan pelan saat menyusul Clarissa di taman belakang.

Gadis itu menoleh. “Sudah biasa, Kak. Aku tahu diri kok.”

“Clarissa…”

Nathan menggenggam tangannya. “Aku nggak akan mundur. Aku serius sama kamu.”

Clarissa menatapnya dalam-dalam. Ada rasa takut di sana, tapi juga harapan. “Aku percaya.”

Sementara itu, di lantai dua, Celeste sedang menyeka meja kamar tamu yang biasa digunakan ibunya Nathan sebelum bepergian. Tangannya sibuk, tapi telinganya menangkap segalanya.

Ia melihat, ia mendengar, ia mengerti.

Celeste tahu Madeline tidak akan pernah menyetujui hubungan itu. Dan ia tahu Nathan dan Clarissa tetap diam-diam melanjutkannya. Tapi yang tidak mereka tahu adalah… Celeste ikut berjuang.

Bukan untuk dirinya sendiri. Tapi untuk kebahagiaan orang lain.

Ia menyukai kehangatan di wajah Clarissa saat Nathan menggenggam tangannya. Ia menyukai perubahan Clarissa yang kini lebih berani menatap orang. Dan diam-diam… ia bahagia bisa menjadi bagian kecil dari perubahan itu.

Namun malam itu, saat rumah mulai sepi, Celeste duduk di balkon, memeluk lututnya, pandangannya kosong. Angin malam berhembus pelan, menyentuh wajahnya seperti tangan ibu yang tak lagi ia miliki.

Ia menghela napas. Terlalu dalam.

Suaranya serak saat berbisik, “Kenapa rasanya sepi sekali?”

Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar. Ezra, asisten kepercayaan Nathan, muncul sambil membawa dua mug teh.

“Lagi menikmati bintang?” tanyanya, berusaha ringan.

Celeste buru-buru menyeka air mata yang tak sengaja jatuh. “Nggak. Cuma cari angin.”

Ezra tidak berkata apa-apa. Ia duduk di sisi kursi, memberikan teh madu ke arahnya.

Celeste menerimanya setelah ragu sebentar.

“Aku tahu kamu nangis,” kata Ezra tiba-tiba, tanpa memandangnya.

Celeste terdiam. Ia menggenggam cangkir teh itu erat.

“Kadang… jadi orang baik tuh capek, ya?” bisiknya.

Ezra menoleh. “Kenapa kamu bilang gitu?”

Celeste menunduk. “Karena aku bukan siapa-siapa di cerita mereka. Tapi aku tetap ingin mereka bahagia. Apa itu salah?”

Ezra tidak menjawab, hanya menatapnya lebih lama. “Itu... luar biasa.”

Celeste mengangkat bahu, setengah menertawakan dirinya sendiri. “Mereka nggak akan pernah tahu. Dan itu nggak apa-apa.”

Tiba-tiba, ponsel Celeste bergetar. Sebuah pesan singkat masuk.

Ayah.

Harapanku padamu masih sama. Ingat, kamu hanya punya empat bulan. Jangan kecewakan aku.

Celeste menatap layar itu lama. Tangannya gemetar sedikit sebelum ia menghapus pesan tersebut.

Ezra memperhatikannya dari samping.

“Kamu baik-baik saja?”

Celeste tersenyum, kali ini hambar. “Aku selalu baik. Bahkan saat aku nggak baik.”

Malam itu, bintang tetap bersinar di langit. Tapi tidak ada yang benar-benar melihatnya, kecuali dua orang yang duduk dalam senyap, berbagi luka yang berbeda, dengan cara yang sama.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!