Putri Regina Prayoga, gadis berusia 28 tahun yang hendak menyerahkan diri kepada sang kekasih yang telah di pacari nya selama 3 tahun belakangan ini, harus menelan pahitnya pengkhianatan.
Tepat di hari jadi mereka yang ke 3, Regina yang akan memberi kejutan kepada sang kekasih, justru mendapatkan kejutan yang lebih besar. Ia mendapati Alvino, sang kekasih, tengah bergelut dengan sekretarisnya di ruang tamu apartemen pria itu.
Membanting pintu dengan kasar, gadis itu berlari meninggalkan dua manusia yang tengah sibuk berbagi peluh. Hari masih sore, Regina memutuskan mengunjungi salah satu klub malam di pusat kota untuk menenangkan dirinya.
Dan, hidup Regina pun berubah dari sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 17. Rahasia William.
“Honey, ayo kita pulang. Kerjakan besok saja lagi.” Ucap William keluar dari ruangan kerjanya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Mereka mengambil 2 jam kerja tambahan. Pekerjaan yang di berikan pak Antony benar-benar tidak bisa di selesaikan dengan cepat. Begitu banyak map yang menumpuk di meja kerja William.
“Will, besok aku ijin datang terlambat ya? Aku mau mengambil mobilku ke bengkel.” Ucap Regina sembari membereskan meja kerjanya.
“Jual saja.”
Regina menghentikan aktivitasnya. Ia menoleh ke arah sang atasan.
“Apa yang di jual?” Tanyanya.
“Mobil mu itu. Besok aku belikan yang baru. Mobil itu jual saja.”
“Tapi Will, kemarin aku menolak tawaran Alvino, tidak enak rasanya jika aku menerima tawaran dari kamu.” Tolak Regina.
“Lalu? Saat dia menumbuk sekretarisnya, apa dia merasa tidak enak dengan mu? Tidak sama sekali, Regina! Dia tidak mengingatmu. Dia bahkan melupakan hari jadi kalian. Jadi untuk apa kamu memikirkan enak dan tidak enak menolak tawaran dia, dan menerima tawaranku?”
Ucapan William menghantam tepat ke dalam hati Regina. Benar yang pria itu katakan. Alvino saja bisa tega terhadap dirinya. Kenapa Regina harus repot-repot memikirkan perasaan pria itu.
“Tetapi, jual mobil itu dimana? Mobil ku cuma mobil tipe lama. Pasti di bayar murah.”
“Serahkan semua pada Jimmy, dia banyak punya koneksi. Dari orang biasa hingga pejabat tinggi. Berikan saja surat-surat mobil mu, besok aku ganti dengan keluaran terbaru.”
Kepala Regina menggeleng, mobil keluaran terbaru pasti terlalu berlebihan.
“Will, apa boleh aku yang memilih jenis mobilnya?” Tanya Regina, jika membiarkan William yang memilih, sudah pasti pria itu memilih yang paling mahal. Regina tidak mau ada yang mencurigainya.
“Tentu. Pilihlah sesuka hatimu, Honey.”
“Terimakasih.”
William mengantar Regina ke rumah kontrakannya untuk mengambil surat-surat mobil wanita itu. Setelah dapat, Regina kembali ikut William ke apartemennya.
Saat di perjalanan, ponsel Regina berdering. Alvino kembali menghubunginya. Namun, di abaikan begitu saja.
“Kenapa tidak di angkat?” Tanya William dari balik kemudi.
“Kamu mau aku mengangkatnya?” Tanya Regina sembari menunjukkan layar ponselnya, terlihat nama Alvino disana. Dan itu membuat William berdecak sebal.
“Dasar si rahwana.”
Regina terkekeh mendengar ucapan William.
“Kenapa menyebutnya rahwana?”
“Ya, karena dia pria yang tidak cukup satu wanita. Sudah punya kamu, tetapi masih berhubungan dengan wanita lain.”
“Lalu kamu?” Ucapan Regina seperti bergumam. Namun William masih mendengarnya dengan jelas.
“Honey. Berapa kali aku harus mengatakan padamu. Aku seorang pria single. Tidak punya pacar. Tidak berhubungan dengan wanita lain. Hanya dengan mu. Sebelum denganmu, aku hanya menyewa jasa mulut. Tidak lebih!” Tegas William. Ia merasa Regina tidak pernah percaya jika dirinya bukanlah seorang Casanova.
“Will..”
Pria itu menepikan mobilnya di pinggir jalan.
“Hon. Aku tidak tau, bagaimana caranya supaya kamu percaya denganku. Tetapi aku sudah jujur dari awal. Dan sekarang, aku ingin memberitahu mu rahasia ku. Kamu boleh percaya atau tidak.”
William menghela nafasnya pelan. Ia kemudian meraih jemari tangan wanita itu.
“Kenapa sebelumnya aku hanya menyewa jasa mulut, itu karena boy, tidak pernah bisa berdiri dengan tegak. Tetapi, saat kamu duduk di pangkuanku saat di klub, tanpa di minta, dia memberontak, ingin di bebaskan.” William menundukkan kepalanya, ia merasa jengah mengungkapkan rahasia yang hanya ia dan Jimmy yang tau.
“Will..” Regina mengusap punggung tangan pria itu. Ini untuk pertama kalinya, Regina merasa jika William serius dengan yang di ucapkannya.
“Aku berani bersumpah atas nama mamaku, aku tidak pernah tidur dengan wanita selain kamu. Bahkan wanita bayaranku sekalipun.”
William mengangkat wajahnya, dan menatap lekat ke dalam manik mata Regina.
“Karena boy yang begitu, aku sempat ingin berkonsultasi ke dokter. Tetapi, kamu datang seolah menjadi obat. Aku tidak perlu lagi pergi ke dokter, walau boy, cuma mau sama kamu saja. Aku rela jika harus melajang nantinya, karena kamu menolakku.”
“Will..”
“Aku akan selalu menunggu kamu, Regina. Sampai kapan pun kamu siap. Dan mau menerima aku.”
Regina merasa terharu mendengar setiap untaian kata yang keluar dari bibir atasannya. Ia pun meraih tubuh kekar pria itu, kemudian mendekapnya hangat.
“Terima kasih. Terima kasih untuk semuanya. Semoga suatu saat aku tidak mengecewakanmu, Will.”
“Mmm.”
******
“Ada berita apa dari apartemen Abang, ma?” Tanya Willona yang kini ikut menata makan malam bersama sang mama.
Tadi pagi, ia sempat melihat sang mama membawakan sarapan untuk sang kakak, sembari mengecek, dengan siapa pria itu tidur semalam.
“Ada Regina disana.” Ucap nyonya Aurel santai.
“Terus, apa ada wanita lain? Jejaknya mungkin?” Tanya Willona penasaran.
“Tidak ada, hanya ada Regina. Mama tidak sempat mengecek sampai ke dalam kamar abangmu. Mereka sudah akan pergi ke kantor.”
Willona menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
“Dimana ada Regina, ma?” Pak Antony datang menginterupsi obrolan ibu dan anak itu.
“Di apartemen putramu, pa.”
“Kapan?”
Nyonya Aurel kemudian menceritakan tentang ia yang menghubungi William semalam. Dan dari sana muncul ide membawakan putra sulungnya sarapan, sembari mengecek dengan siapa William tidur.
“Tetapi, ma. Kemarin papa ke kantor, gadis itu tidak ada disana karena sedang sakit. Ia di pukuli oleh pacarnya, apa William menyembunyikan Regina di apartemennya?.”
Ucapan pak Antony membuat sang istri dan sang putri menganga.
“Regina di pukul pacarnya?” Ucap kedua wanita beda usia itu serempak.
Pak Antony menceritakan hal yang di ceritakan oleh William kepadanya kemarin.
“Hmm… apa jangan-jangan Abang ada affair nih dengan Regina?” Celetuk Willona.
“Apa iya?” Tanya nyonya Aurel.
“Ya baguslah, jadi papa tidak perlu repot-repot menjodohkan mereka.”
“Ih papa. Malah mendukung putranya menjadi perebut kekasih orang.” Protes Willona.
“Kekasihnya saja tidak baik, untuk apa di pertahankan. Pokoknya, papa akan mendukung seratus persen jika William ada main dengan Regina.”
Nyonya Aurel memijat keningnya yang tiba-tiba berdenyut.
“Tetapi, papa tidak akan terang-terangan mendukung mereka. Papa mau bermain-main dulu. Dan kalian harus ikut dalam permainan papa.” Ucap pak Antony menyeringai.
“Terserah papa saja. Aku akan selalu mendukung, asal uang jajan ku di tambah.”
“Tentu. Tas kulit buaya keluaran terbaru menanti kalian.”
Nyonya Aurel menatap berbinar ke arah sang suami.
“Apa mama boleh membeli croco bag, kelurahan terbaru?”
“Untuk mama, bila perlu papa belikan sahamnya sekalian.”
“Ah papa, kalau begitu mama akan ikuti permainan papa, tetapi ingat jangan sampai membuat William dalam masalah.”
Pak Antony menyunggingkan sudut bibirnya. Sangat mudah meluluhkan hati sang istri. Cukup mengiming-imingi dengan barang branded. Wanita itu akan tunduk dengan perintahnya.
.
.
.
Bersambung.