Rahim Lima Miliar
"Hei, Kau! Tidak punya mata, ya!" pekik seseorang yang sedang berjalan kaki di keramaian kota Milan
Namun sama sekali tidak dihiraukan oleh seorang gadis yang nampak terburu-buru, ia mencoba menerobos kerumunan orang-orang yang sedang berjalan kaki, tidak peduli sebagian dari mereka memakinya.
Seperti orang tuli, gadis itu terus berlari tergesa-gesa. Keringat mulai membasahi seluruh tubuhnya, kepanikan akan kabar yang baru diterimanya membuat ia tidak bisa lagi berpikir logis.
Ya, seharusnya ia tidak berlari seperti saat ini, karena masih banyak kendaraan umum yang bisa membawanya cepat sampai.
Hingga akhirnya ia terpelanting saat menabrak seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap, tubuhnya yang mungil terpental begitu saja, membuatnya mau tidak mau harus tergeletak di lantai jalanan kota
"Are you ok, Nona?" tanya laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya.
Tidak menjawab atau menyambut uluran tangan laki-laki itu, Audrey bangkit sendiri dengan tatapan sinis yang ditujukan pada laki-laki itu.
Tanpa satu patah kata pun, Audrey kembali berlari meninggalkan laki-laki itu begitu saja.
Melihat kelakuan Audrey, membuat laki-laki itu tercengang dan kemudian menggelengkan kepalanya.
"Dasar aneh! Dia yang menabrak, kenapa dia yang marah?"
Laki-laki itu mengedikkan bahu tak mengerti dan melanjutkan perjalanannya yang sempat terindah tadi.
Sementara Audrey terus berlari hingga akhirnya dengan napas yang masih terengah-engah ia sampai juga ke sebuah rumah sakit besar di kota Milan.
Ia langsung berlari menuju resepsionis, untuk menanyakan ruang pasien yang akan dia kunjungi.
Sambil menunggu penjaga resepsionis mencari data pasien yang dimaksud, Audrey tampak gelisa dan tidak sabar.
Ia terus mengetukkan jari-jarinya ke meja resepsionis tersebut, untuk mengurangi debar jantungnya yang berdetak kencang akibat khawatir berlebihan dan juga lelah berlari begitu jauh.
Bukan hanya sekali ia merasakan seperti ini, tapi sudah berkali-kali sejak dinyatakan kalau adik satu-satunya mengidap kanker darah stadium akhir.
Begitu penjaga resepsionis memberitahu ruangan adiknya ada di lantai berapa, tak membuang waktu Audrey langsung berlari menuju lift.
Beberapa menit kemudian gadis itu sampai juga di depan ruang pasien, ia melihat ada ibu tirinya yang sedang duduk di bangku tunggu.
Audrey mendekat ke pintu yang masih tertutup, yang mana didalamnya sang adik sedang mendapat pertolongan dari tim dokter yang menanganinya selama ini.
"Dasar tidak punya otak, kau pikir adikmu sakit apa, hingga kau meninggalkannya begitu lama, hah!" hardik Charlotte penuh emosi.
Bukan dia khawatir, bukan. Tapi kesal karena harus berusaha payah membawa anak tiri keduanya ke rumah sakit.
"Diam lah, kau membuat keributan," ucap Audrey datar tanpa menoleh sedikitpun ke arah Charlotte.
Kesal mendengar ucapan Audrey, Charlotte langsung menjambak rambut gadis itu dengan berang.
"Lancang sekali mulutmu itu, kau pikir kau siapa, hah!"
Audrey meringis merasakan sakit pada kulit kepalanya, akan tetapi ia enggan untuk melawan.
Meski sakit, rasa ini sudah biasa ia rasakan sejak ayahnya meninggalkan ia dan adiknya untuk selama-lamanya.
Namun kali ini Audrey selamat, karena hanya jambakan yang ia dapatkan, Charlotte melepaskan tangannya pada rambut Audrey. sebab ada beberapa orang berjas hitam sedang berjalan mendekati mereka.
"Kali ini kau selamat, sialan!" bisik Charlotte sambil melepaskan tangannya pada rambut Audrey.
Audrey yang masih khawatir terhadap adiknya tidak menghiraukan atau bahkan hanya sekedar ingin tahu siapa gerangan yang memakai jas serba hitam itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Noor Sukabumi
diawal bab udah rame j.salken thor dpt novel ini Dr story di fb
2024-01-29
1
Rahma Hayati
❤
2023-07-21
0
Rugun Sitanggang
up
2023-07-10
0