NovelToon NovelToon
Misteri Kematian Warga Desa

Misteri Kematian Warga Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Abdul Rizqi

menceritakan tentang kisah dyah suhita, yang ketika neneknya meninggal tidak ada satupun warga yang mau membantu memakamkannya.

hingga akhirnya dyah rela memakamkan jasad neneknya itu sendirian, menggendong, mengkafani, hingga menguburkan neneknya dyah melakukan itu semua seorang diri.

tidak lama setelah kematian neneknya dyah yaitu nenek saroh, kematian satu persatu warga desa dengan teror nenek minta gendong pun terjadi!

semua warga menuduh dyah pelakunya, namun dyah sendiri tidak pernah mengakui perbuatannya.

"sudah berapa kali aku bilang, bukan aku yang membunuh mereka!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kematian tejo

***

Malam semakin larut, setiap detik waktu selalu berputar, gerimis rintik-rintik turun membasahi tanah desa bulakan, semakin dingin pulalah hawa di desa bulakan, itulah sebabnya banyak warga yang memilih berdiam diri di malam hari yang sepi sunyi ini.

"Te... sate! Sate panas di cuaca yang dingin, mantap bukan main!" Seru lelaki setengah baya penjual sate bakar yang keliling di banyak desa. Meskipun desa terpencil tetapi masih sangat banyak orang-orang yang berminat dengan kuliner ini.

Saat tukang sate itu melewati beberapa rumah, tibalah dia di persimpangan desa yang terdapat got di kanan dan kiri.

Tepat di saat itu juga, mata penjual sate itu menangkap seseorang yang sedang duduk di pinggiran got itu, dengan kerudung hijau buluk yang diam menunduk. Jika di perhatikan lebih seksama seseorang itu adalah nenek-nenek yang tengah diam memegangi kain jarik warna senada dengan roknya.

"Permisi nek, mau beli sate? Dingin-dingin makan sate anget enak nek!" Tawar penjual sate itu yang sengaja mengarahkan asap sate ke arah nenek itu.

"Ndak, cu. Nenek tidak lapar, nenek cuma cape." Jawabnya dengan suara khas wanita tua.

"Kalau capek, istirahat di rumah nek, ngapain nenek malem-malem sendirian di pinggir jalan seperti ini?" Ucap tukang sate itu.

"Nenek mau mencari orang, yang mau menggendong nenek." Ucapan nenek itu mampu membuat tawa tukan sate itu pecah.

"Haha... nenek itu pintar melawak. Masa malam-malam minta gendong, ngada-ngada aja nenek mah!" Ucap penjual sate itu dengan di sertai gelak tawa.

"Nenek mau minta gendong untuk di hantarkan ke kuburan cu. Nenek meninggal, belum sempat di gotong warga, makanya nenek mau minta gendong." Ucapnya, seketika tawa penjual sate itu terhenti, dan detik berikutnya mata penjual sate itu membulat secara sempurna.

"Meninggal?" Ulang penjuak sate itu yang merasa kalimat itu janggal.

"Kalau dia sudah meninggal, berarti saat ini..." ucapannya terjeda kala nenek itu perlahan-lahan berdiri dengan sedikit membungkuk dan menampakan wajahnya kepada tukang sate itu.

"Aaarrrggggghhhh emakk!!" Teriak penjual sate itu dan langsung berlari, tukang sate itu berlari dengan tubuh gemetar. Saking gemetarnya dia beberapa kali sampai menabrak pohon yang berada di pinggir jalan.

"Cu, ini gerobaknya ketinggalan. apa gerobaknya buat nenek?" Tanya sosok nenek saroh itu.

Seketika tukang sate itu menghentikan langkahnya, lalu memutar balikan tubuhnya menuju gerobaknya.

"Permisi mbah, cari orang lain saja untuk minta gendong, saya mau pulang anak saya nangis." Ucapnya sambil menarik gerobak sate itu, hingga bumbu kacangnya beberapa ada yang tumpah.

Sosok nenek saroh tampak tertawa dengan tawa yang terdengar sangat mengerikan. Ketika menyentuh gendang telinga, pastilah akan membuat terbayang setiap saat.

***

Adegan berpindah, masih di malam yang sama. Malam ini tejo merasa tidak tenang, setelah ikut mengandili dyah siang tadi. Tidur tejo terasa resah berkali-kali ia membolak-balikan tubuhnya namun mata ia tidak kunjung terpejam. Hatinya merasa gelisah, entah apa yang membuatnya sampai-sampai seperti ini.

Sudah beberapa menit berlalu tejo masih belum bisa tidur, sementara istri tejo sudah dari tadi terlelap. Tetapi tidak dengan tejo itu sendiri. Dia tidak bisa memejamkan matanya yang terasa ingin terus terjaga.

Hingga akhirnya kantung kemih tejo terasa penuh. Dia sudah tidak bisa menahan namun takut untuk keluar, karena sudah tidak tahan terpaksa tejo beranjak juga dari ranjangnya.

Tejo berjalan pelan sambil memegang obor di tangan kanannya. Dia menatap awas ke kanan dan ke kiri untuk melihat keadaan sekitar.

Gelap! Hanya satu kata itu yang bisa menggambarkan malam hari ini. Bulan sama sekali tidak menampakan diri, tertutup awan hitam yang terbawa angin.

Tejo lekas berlari ke arah pohon untuk segera membuang hajatnya. Dinginya angin malam membuat tubuh tejo merinding dalam mata yang terpejam, merasakan beban yang keluar dari kantung kemihnya.

Agak lama ia menunggu tetesan air itu hingga kering dari ujung tanduk milik tejo, hingga ia memilih untuk berbalik sambil menutup celananya dengan berlari. Rasa takut agaknya yang membuat tejo tidak bisa berlama-lama di luar seperti ini, apa lagi beredar kabar bahwa nenek saroh gentayangan dan juga misteri kematian aceng sahabatnya, hal itu jelas membuat tejo was-was.

Tetapi belum sempat celana tejo tertutup sempurna, tiba-tiba ada sebuah tangan putih mulus yang memegangi bagian milik tejo. Sehingga tejo yang tadinya memejamkan matanya, terpaksa membuka matanya secara lebar.

Terlihat seorang wanita muda nan cantik berdiri di hadapan tejo, wanita berambut hitam panjang sepinggang dengan baju dress putih yang sepanjang mata kaki, menatap tejo dengan tatapan tajam.

Tatapan wanita itu membuat tejo terdiam beberapa saat. Antara takut dan kesenangan, tejo hanya bisa berdiam diri, kala wanita itu mempermainkan bagian miliknya.

Sesaat bahkan mata tejo sampai-sampai merem melek kala tangan lembut wanita itu membawa dirinya melayang tinggi, menikmati surga dunia.

Hingga akhirnya tangan kiri wanita itu ikut bergerak, mengambil sebilah belati dan...

Slash!

Wanita itu menebas bagian milik tejo hingga membuat tejo menjerit sekuat tenaga. Belum sempat tejo membalas dan melakukan apapun, tangan lembut nan lentik itu meraih kedua pipi tejo lalu..

Kratak!

Wanita itu memutar kepala tejo hingga membuat wajahnya menghadap kebelakang, suara tulang patah dan terhentinya jeritan itu menandakan bahwa telah lepaslah nyawa tejo dari raganya.

***

"Lailla haillallah... lailla haillallah!" Kalimat tauhid mengiringi mengiringi rombongan warga menuju makam dini hari ini.

Tidak ada satupun warga yang berani mengeluarkan suara selain kalimat tauhid, sampai akhirnya mereka tiba di makam. Semua orang hanya bisa menatap nanar ke arah jasad tejo yang sudah kehilangan organ intimnya.

"Mengerikan sekali! Sampai begini kejadiannya, kira-kira siapa sebenarnya pelaku itu?" Ucap salah satu warga yang merasa ngeri akibat kejadian itu.

Istri tejo menangis meraung-raung di samping makam kuburannya tejo, sedangkan di bawah pohon jauh dari kerumunan warga itu, tampak dyah berdiri diam dengan selendang hitam.

Ia juga tampak turut berduka, kala mendengar berita yang di alami tejo. Tetapi ekspresi duka itu tidak lama, detik berikutnya bibirnya mengukir senyuman dan tangannya melambai ke udara.

Rupanya ada sosok anak kecil di bawah pohon kamboja, sosok anak kecil itu tersenyum menatap dyah.

Saat dyah membalas senyuman anak kecil itu, wajah gadis itu berubah seiring dengan kepala yang menggeleng secara perlahan.

Lalu menunjuk ke arah belakang dyah, seolah memberi tahu bahwa bukan dyah yang dia sapa, melainkan seseorang di belakangnya.

1
Anggita
thorr up ny kok cuman 1 bkin penasaran /Sob//Sob/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁
kak author @abdul folback aku dong
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤IмᷡαͤѕͥᏦ͢ᮉ᳟🍜⃝🦁: terimakasih kak🙏🙏
bedul: udah ya kak. terimaksih udah mampir
total 2 replies
Anggita
mampir thorr/Hey/
bedul: terimakasih kak.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!