Awalnya aku percaya kalau cinta akan hadir ketika laki laki dan wanita terbiasa bersama. Namun, itu semua ternyata hanya khayalan yang kubaca dari novel novel romantis yang memenuhi kamar tidurku.
Nyatanya, bertetangga bahkan satu sekolah hingga kuliah, tidak membuatnya merasakan jatuh cinta sedikit saja padaku.
"Aku pergi karena aku yakin sudah ada seseorang untuk menjagamu selamanya," ucap Kimberly.
"Sebaiknya kita berdua tidak perlu bertemu lagi. Aku tidak ingin Viera terluka dan menderita karena melihatmu."
Secara bersamaan, Kimberly harus meninggalkan cinta dan kehilangan persahabatan. Namun, demi kebahagiaan mereka, yang adalah tanpa dirinya, ia akan melakukannya.
"Tak ada yang tersisa bagiku di sini, selamat tinggal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HANYA BISA TERSENYUM
Malam itu terasa begitu dingin meskipun ia sudah berada di dalam tenda dan menggunakan sweater yang cukup tebal. Kimberly duduk melipat kedua kakinya di depan dada dan memeluknya dengan kedua tangannya. Bulir keperakan mengalir dari sudut matanya, masih terngiang di telinganya teriakan William tadi siang padanya.
Sejak kecil hingga dewasa, baru kali ini William berteriak padanya. Kimberly menyembunyikan wajahnya di antara kedua kakinya.
William sendiri kini tak ada di perkemahan itu, karena ia turut serta dengan seorang panitia yang membawa mobil untuk segera membawa Viera ke rumah sakit terdekat karena mata kakinya yang mulai agak sedikit membiru.
Di luar tenda, Kimberly bisa mendengar suara para mahasiswa lain dan juga panitia sedang bernyanyi dan bercanda bersama. Ia menghapus air matanya, tapi selalu saja keluar lagi kalau ia teringat akan William.
Tenda itu terbuka, hawa hangat dari api unggun yang dibuat tidak jauh dari area tenda, sedikit menghangatkan tubuh Kimberly.
"Kamu tidak apa apa?" tanya Anthony sambil menengok Kimberly yang berada di dalam tenda.
Kimberly menoleh ke arah Anthony. Ingin sekali ia menghambur ke pelukan Anthony untuk sekedar meluapkan kesedihannya. Kimberly melihat Anthony seperti kakaknya, King.
"Aku tidak melakukannya, Kak. Benar, aku tidak melakukannya," kini Kimberly tak dapat lagi menahan tangisnya.
Anthony akhirnya masuk ke dalam tenda tersebut dan memeluk Kimberly sambil mengusap punggungnya, "Sudah, tenangkan dirimu dulu. Saat ini kalian masih emosi. Nanti setelah keadaan reda, bicarakan semuanya baik baik."
"Kak, apa William akan membenciku?"
"Aku tidak tahu, tapi kurasa ia hanya emosi sesaat saja," kini Anthony memegang kedua tangan Kimberly dan menggenggamnya, "Sekarang lebih baik kamu istirahat. Jangan karena masalah ini, kamu jadi sakit. Kita akan pulang besok pagi, okay?"
Kimberly menganggukkan kepalanya, kemudian ia berbaring dan Anthony menyelimutinya. Setelah itu ia keluar dari tenda tersebut.
*****
Kimberly bangun pagi sekali, bahkan lebih pagi dari yang lain. Teman 1 tendanya belum ada yang terbangun. Kimberly keluar dari tenda, dan berdiri di depannya. Ia merentangkan kedua tangannya dan menghirup udara pagi.
"Segarnya," ujar Kimberly.
"Kamu sudah bangun?" tanya Hanna.
"Iya Kak. Maaf, sepertinya aku membuat masalah kemarin," ucap Kimberly.
"Sudahlah, gadis itu sudah dibawa ke rumah sakit dan ia sudah tidak apa apa. Dokter bilang ia hanya keseleo saja."
"Tapi ..."
"Anthony juga sudah secara pribadi pergi ke rumah sakit semalam untuk meminta maaf atas kejadian itu."
Kimberly terdiam, "Kak Lee melakukan itu?"
"Ya, ia merasa bertanggung jawab jika ada yang mengalami kecelakaan atau cedera karena ia adalah ketua panitia acara ini."
"Dimana Kak Lee, Kak Hanna?"
"Ia sedang membantu teman teman memasukkan barang barang ke dalam bus. Aku tidak tahu dari mana ia memiliki tenaga sebesar itu, padahal semalaman ia belum beristirahat," ucap Hanna sambil menggelengkan kepalanya.
"Apa Kak Lee tidak bisa beristirahat karena aku? Ia harus pergi ke rumah sakit meminta maaf, kemudian sekarang ia pun membantu teman temannya merapikan barang. Kamu pembuat masalah, Kim," batinnya.
Kimberly akhirnya membereskan barang barangnya, agar ia bisa membantu teman teman yang lain. Ia tak ingin dirinya dianggap hanya menjadi beban dan membawa masalah.
Kimberly mengangkat beberapa sampah yang tergeletak di area tenda, seperti sampah bekas minuman, tissue, kotak makanan, dan apapun yang masih bisa ia raih dengan tangannya. Ia memasukkannya ke dalam plastik yang selalu ada di dalam tas nya.
Seseorang memperhatikannya dari kejauhan, hanya bisa tersenyum dan berharap Kimberly bisa melupakan kesedihannya.
*****
Kimberly langsung pulang sesaat bus yang ia naiki bersama teman teman seangkatannya tiba di kampus. Ia memesan taksi online untuk sampai di rumah. Sebelum masuk ke dalam rumah, ia sempat menengok ke rumah William, tapi tidak ada tanda tanda keberadaan mobil milik William. Itu tandanya temannya itu belum kembali.
Dengan langkah gontai, ia memasuki halaman rumahnya dan menemukan Papinya yang berada di teras rumah, sambil membaca portal berita dari ponselnya.
"Sayang, kamu sudah pulang? Kenapa tidak telepon Papi? Papi bisa menjemputmu," ucap Alan.
"Tidak apa, Pi. Lagipula naik taksi online juga cepat kok. Mami mana, Pi?"
"Mami masih di toko kue. Hari ini ada pesanan dalam jumlah besar, jadi Mami harus ke sana untuk membantu dan mengawasi."
"Kim masuk dulu ya, Pi. Mau mandi dan istirahat."
"Masuklah kalau begitu. Apa kamu tidak mau makan dulu?" tanya Alan.
"Nggak Pi. Aku makan nanti saja bareng Papi dan Mami. Aku mau istirahat dulu."
"Baiklah kalau begitu."
