Kisah Jovanka, seorang mahasiswi cantik yang bekerja sebagai seorang pengasuh empat anak laki-laki yang usianya bukan lagi anak-anak.
Empat anak laki-laki korban broken home membuat mereka terbiasa hidup mandiri meski tergolong orang berada. Meski awalnya beberapa dari mereka tidak sepenuhnya menerima kehadiran Jovanka, gadis itu membuat semuanya perlahan berubah.
Kehidupan Jovanka berubah sejak menjadi maid dan hidup serumah bersama empat laki-laki tampan. Perselisihan, pertengkaran, asmara, kisah manis dan kekeluargaan terjalin erat tanpa disadari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertangkap Basah
Kalingga di nyatakan sembuh setelah menjalani perawatan selama tiga hari. Dokter datang setiap pagi untuk melakukan pemeriksaan pada Kalingga. Beruntung, sedikit banyak Jojo tahu tentang perawatan pada pasien dan obat-obatan hingga ia juga bisa merawat Kalingga dengan baik.
Namun, dokter menyarankan Kalingga tetap melakukan tes darah ke rumah sakit pagi ini. Laki-laki itu harus menjalani pemeriksaan lengkap agar bisa mengetahui kondisi tubuhnya dengan detail.
Saat semua sudah selesai sarapan, Keenan dan Kylan pergi bekerja, sementara Kai juga sudah berangkat ke sekolahnya.
"Bagaimana jika aku nggak perlu ke rumah sakit?" tanya Kalingga. Ia sangat tidak nyaman jika harus terus menerus berurusan dengan dokter serta obat dan jarum suntik.
"Kak, demi kesehatanmu. Kau sakit selama tiga hari dan aku menurut dengan tidak membawamu ke rumah sakit. Untuk kali ini, tolong patuhi anjuran dokter," ujar Jojo. Ia sedang mencuci piring sementara Kalingga duduk di meja makan.
"Aku sudah sehat, lihat!" Kalingga berdiri sambil merentangkan tangan. Memperlihatkan tubuhnya pada Jojo jika sudah tidak ada yang perlu di khawatirkan.
"Sehat dari luar belum tentu sehat di dalam," ucap Jojo. Ia membersihkan tangan lalu mendorong tubuh Kalingga ke anak tangga.
"Jojo, please!" Kalingga memohon.
"Ayo, ganti baju dan aku akan mengantarmu, Kak."
"Kau harus pergi kuliah. Aku sudah sehat, jangan memaksaku!" seru Kalingga. Laki-laki itu terus memohon dan meminta agar Jojo membatalkan jadwal mereka ke rumah sakit pagi ini.
"Baik, jika tiga hari ke depan kamu kembali demam, aku akan mengajak yang lain untuk memaksamu ke rumah sakit, Kak."
Kalingga merasa lega. Kini ia bisa bebas dari teror jarum suntik meski masih harus mengkonsumsi beberapa obat-obatan dari dokter untuk memulihkan kondisinya.
Pukul setengah sembilan, Jojo berangkat kuliah dengan menaiki ojek online. Sebelum pergi, ia sudah menyiapkan obat yang di haluskan untuk jatah Kalingga siang hari. Merawat Kalingga sakit, sama seperti merawat anak usia lima tahun yang perlu di bujuk dan di rayu saat meminum obat.
Saat dalam perjalanan, Jojo melewati sebuah kafe yang letaknya berdekatan dengan kampusnya. Gadis itu meminta driver ojek berhenti tiba-tiba saat mengenali seorang bocah laki-laki akan memasuki kafe.
"Kai, sedang apa dia?" batin Jojo. Gadis itu segera membayar driver ojek dan menyusul bocah yang ia kenali sebagai Kai ke dalam kafe.
Saat masuk, ia melihat Kai duduk bersama teman sekolahnya. Bocah laki-laki itu duduk sambil menunggu pesanan datang. Tanpa menunggu lama, Jojo berjalan cepat menghampiri anak asuhnya.
"Hei, apa yang kau lakukan di sini? apa kau sedang membolos?" tanya Jojo. Kai tidak menyangka akan bertemu Jojo, ia terkejut dan kebingungan.
"Hei, Jojo. Sedang apa kau di sini?" tanya balik Kai.
"Jawab pertanyaanku, kau membolos?" tanya Jojo lagi. Teman laki-laki yang duduk bersebrangan dengan Kai hanya menatap bengong. Ia tidak tahu siapa gadis yang sedang mengomel pada temannya.
"Jojo, aku bisa menjelaskannya. Tolong jangan adukan aku pada kakak, please!" ucap Kai memohon.
"Nggak bisa, kakak-kakakmu harus tahu soal ini," ujar Jojo sambil berbalik. Ia merogoh ponsel di tasnya dan berniat menghubungi Kalingga.
Panik, Kai merampas ponsel Jojo dan memohon, meminta agar gadis itu tutup mulut.
"Aku akan menjelaskannya, tolong jangan telepon siapapun," ujar Kai.
Jojo luluh, ia mengurungkan niatnya untuk menelpon Kalingga dan membiarkan bocah itu kembali duduk.
"Kau berhutang penjelasan padaku!" seru Jojo sebelum meninggalkan Kai. Ia harus pergi karena jam masuk kelasnya sudah hampir tiba.
Setelah sampai di kampus, Jojo langsung masuk ke dalam kelas. Ia benar-benar tidak bisa fokus mendengar penjelasan dosen karena pikirannya dipenuhi dengan rasa penasaran terhadap Kai.
"Bisa-bisanya bocah itu membolos. Apa jangan-jangan ini bukan pertama kalinya?" batin Jojo. Ia berprasangka jika Kai sudah terbiasa membolos. Pikirannya juga tidak tenang karena meninggalkan Kalingga. Laki-laki itu baru saja sembuh dan harus berada di rumah seorang diri.
Menjadi pengasuh empat laki-laki remaja hingga dewasa tentu membuat Jojo terbebani. Ia tidak hanya harus memastikan anak-anak asuhnya makan dengan baik dan semua pakaian serta rumah terlihat bersih. Ia juga merasa khawatir layaknya menjadi pengasuh bayi.
Saat jam pergantian kelas, seorang laki-laki tiba-tiba menghampiri Jojo dan menyeret kursi agar bisa duduk sedekat mungkin.
"Jo, kau tidak pernah membalas pesanku atau menerima teleponku. Ayolah, jangan mengabaikanku," keluh laki-laki itu.
"Hei, pergi dari sini!" Irene mengusirnya.
"Aku butuh jawaban," lanjut laki-laki itu. Ia meletakkan kepalanya di atas meja di hadapan Jojo.
"Pergi!" ucap Jojo pelan, namun penuh penekanan.
"Jawab dulu pertanyaanku. Kau selalu mengabaikan pesan dan panggilanku, kenapa?"
"Aku sibuk dan banyak pekerjaan. Berhenti menggangguku, Leon!" seru Jojo.
Melihat sahabatnya diganggu, Irene turun tangan. Ia mengusir Leon dan mendorong laki-laki itu menjauhi Jojo. Irene sepertinya memahami jika kondisi hati Jojo yang sedang buruk. Gadis itu banyak melamun hari ini.
"Apa ada masalah dengan anak-anakmu? atau orang tuamu?" tanya Irene.
Jojo menghela nafas berat. Ia merebahkan kepalanya di atas meja sambil memainkan bolpoin di jemarinya.
"Anak tertuaku baru saja sembuh. Dia sakit selama tiga hari dan enggan ke rumah sakit. Jadi dokter memberikan perawatan di rumah. Dia takut jarum suntik dan nggak bisa minum obat. Ah, melelahkan sekali hari-hariku," keluh Jojo.
"Aku biasanya membeli es krim sebelum anakku minum obat. Jadi, jika dia mau es krim, dia harus minum obatnya sebagai syarat," ujar Irene.
"Apa cara itu berhasil?" tanya Jojo.
"Tentu saja, semua orang suka es krim," jawab Irene yakin.
"Hmm, lalu bagaimana cara mengatasi anak yang membolos sekolah?" tanya Jojo lagi.
"Anak yang biasanya rajin lalu tiba-tiba membolos artinya dia memiliki alasan kuat. Sementara anak yang sudah terbiasa, membolos adalah hobi," jelas Irene.
Jojo terdiam cukup lama, ia lalu meraih ponsel dan mengirim pesan pada Kai. Mengingatkan bocah laki-laki itu agar tidak melakukan tindakan macam-macam yang bisa membuat kakak-kakaknya marah.
Saat semua mata pelajaran selesai dan Jojo hampir pulang, ia kembali di kejar oleh laki-laki bernama Leon. Laki-laki itu sepertinya tidak pernah jera meski Jojo menolaknya berkali-kali.
"Ikut aku!" Leon menggenggam pergelangan tangan Jojo dan menyeret gadis itu. Meski berontak, Leon tidak melepaskannya.
"Kita perlu bicara," ucap Leon.
"Lepaskan aku, Leon. Kau menyakitiku!" seru Jojo. Ia menepis tangan Leon dan mengusap pergelangan tangannya yang memerah. Kini mereka berdua berada di lapangan basket yang berada di halaman belakang kampus.
"Aku mencintaimu, Jovanka!"
🖤🖤🖤
terimakasih akak... 🙏🙏☺️