Persahabatan dua generasi.
Antara seorang pemuda dengan seorang kakek tua pensiunan pegawai negeri.
Lucunya, sang kakek tidak mengetahui bahwa sahabatnya sebenarnya seorang CEO dari perusahaan terkenal.
Persahabatan yang telah terjalin beberapa tahu itu sangat terjalin erat hingga akhirnya, di penghujung akhir hayatnya, sang kakek meminta sahabatnya untuk menikahi cucu satu satunya.
Akankah sang CEO akan menuruti permintaan sahabatnya untuk menikahi cucunya yang ternyata adalah sekretaris yang bekerja dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cincin..
"Apa maksud anda pak..?" Asha tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Kalau kita sedang berdua, jangan memanggilku pak..apa kamu lupa kalau aku suamimu..?"
Asha menundukkan kepalanya. Dia terlihat serba salah dan kikuk.
Devan kembali tersenyum kecil.
Lampu hijau telah menyala, Devan kembali fokus menyetir.
Devan seakan menikmati wajah pucat Asha yang kaget karena perkataannya, sesekali dilihatnya Asha yang duduk dengan gusarnya.
Sedangkan Asha, perkataan Devan tadi terus terngiang di telinganya.
"Apakah mungkin Pak Devan menyukaiku..?"
"Tidak mungkin.." Ucap Asha dalam hati.
***
Jam makan siang.
"Dia sekretaris anda..?"
Devan mengangguk.
"Anda memang benar benar pintar mencari sekretaris, selain cantik, dia juga pintar.." Perkataan itu disertai dengan gelak tertawa yang diikuti oleh beberapa orang di meja makan itu.
"Anda benar sekali, selama rapat tadi, saya melihat dia bekerja dengan cekatan mempersiapkan semua dokumen dan keperluan rapat.."
Devan berpura pura tersenyum, dia melihat beberapa dari mereka terus melihat Asha yang duduk di meja yang agak jauh dari sana dengan matanya yang jelalatan.
Devan mulai kesal, karena mereka para lelaki paruh baya, melihat Asha seperti itu, ditambah mereka terus membahas Asha tanpa henti, sungguh sangat melukai harga dirinya sebagai suami Asha.
"Maaf..saya ada keperluan lain, tidak bisa makan siang bersama anda sekalian..sampai bertemu di pertemuan selanjutnya.." Devan memilih untuk pergi.
"Baiklah..kami mengerti, anda sudah pasti sangat sibuk.."
Devan meninggalkan mereka semua, menghampiri Asha.
"Mari kita pergi.." Ucap Devan sambil berjalan melewati Asha.
Asha segera berdiri dan setengah berlari mengikuti Devan yang berjalan tergesa-gesa.
"Ada apa ini, kenapa dia terlihat kesal..?" Asha bertanya tanya dalam hatinya.
Devan menuju lobby hotel, berdiri sebentar menunggu mobilnya disiapkan hingga kemudian mobilnya datang dan mereka berdua segera menaikinya.
Devan yang terlihat masih kesal melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Tapi Anda belum makan siang.."
"Kita harus menuju suatu tempat, membeli sesuatu.." Jawab Devan sambil terus menyetir.
Asha mengangguk.
Asha kaget karena mereka masuk kedalam basemen salah satu mall besar.
Tanpa banyak bicara, dia terus berjalan mengikuti Devan di belakangnya memasuki mall lebih dalam lagi.
Hingga mereka tiba disebuah toko perhiasan, Asha kembali kaget ketika Devan masuk kedalamnya.
"Ada yang bisa saya bantu pak..?" Sapa salah seorang pelayan toko.
"Saya mencari sebuah cincin.."
"Maaf untuk siapa pak.."
"Kita.." Devan menunjuk dirinya dan Asha
"Saya...?" Asha menunjuk dirinya sendiri.
"Cincin biasa, atau cincin kawin..?"
"Cincin kawin.." Jawab Devan tegas.
Asha terkejut.
"Mari ikuti saya, kebetulan kami mempunyai banyak model terbaru..." Ajak pelayan kepada Asha.
Asha melihat Devan.
"Pilih yang kamu suka.." Ucap Devan.
Pelayan itu menunjukkan beberapa pasang cincin kawin.
Asha tidak bisa memilih, dia melihat Devan yang berdiri di belakangnya sambil memangku tangan.
"Pilih saja.."
Asha kembali melihat beberapa pasang cincin di depannya.
Asal pilih, Asha memilih sepasang cincin.
"Pilihan yang bagus..ini model terbaru.. walaupun nampak sederhana namun butiran berlian kecil di sekelilingnya membuatnya menjadi sangat elegan dan mewah.."
"Berapa harganya..?" Tanya Asha penasaran.
"Hmm..yang ini 350 juta sepasang.."
Asha membelalakkan matanya.
"Kami ambil yang itu.." Ucap Devan tiba tiba dari belakang.
"Baiklah..Silahkan dicoba dulu.."
"Tidak..saya tidak mau yang ini.."
Pelayan itu heran.
"Saya mau yang paling murah disini.." Lanjut Asha lagi berbisik kepadanya.
"Kami tetap pilih yang itu.." Ucap Devan lagi.
"Sebaiknya kita cepat.." Devan memperingati Asha.
Asha tidak bisa berkata apa-apa lagi, ketika dicoba ternyata cincin itu sangat pas di jari manisnya.
Pelayan itu mengambil cincin untuk prianya, memanggil Devan dan memintanya untuk mencoba, Devan menghampiri, dia berdiri di samping Asha dan mengambil cincin itu, ketika akan dimasukkan ke jari manisnya, semuanya terkejut, karena sudah ada cincin terpasang disana.
Devan kaget, dia benar benar lupa bahwa dirinya telah bertunangan dan telah ada cincin di jari manisnya, pelayan toko juga tak kalah kaget, dia melihat Asha dan Devan bergantian, Asha hanya bisa menundukkan kepalanya, entah mengapa hatinya sedikit sakit.
"Dimana kasirnya mbak..?" Tanya Devan mengalihkan suasana.
Pelayan itu menunjuk sebuah meja, Devan menyimpan cincin ditangannya tanpa dicoba terlebih dahulu.
Setelah melakukan pembayaran, Devan pergi dengan diikuti oleh Asha yang memasukkan cincin yang baru mereka beli dalam tasnya.
Devan berjalan menuju ke sebuah restoran mewah, Asha tetap setia mengikutinya dari belakang.
Pelayan restoran mengantarkan mereka ke sebuah meja.
Setelah memilih menu, Devan melihat Asha yang duduk tepat di depannya.
"Pakai cincinnya.." Terdengar seperti Devan memerintah.
"Heh..?"
"Pakai cincinnya, dengan begitu orang orang akan mengetahui kalau kamu sudah menikah.."
"Sehingga tidak ada yang menggangu dan menggoda kamu lagi.."
"Tapi orang orang kantor nanti.."
"Katakan saja kepada mereka kalau kamu sudah bertunangan dengan seseorang dan masih ingin merahasiakan identitas tunanganmu.."
"Pakailah sekarang.." Perintah Devan lagi.
Asha membuka tasnya, mengambil sebuah kantong dan membuka isinya, ada dua cincin dalam wadah berbentuk hati.
Ragu ragu Asha akan mengambil cincin itu, namun tiba-tiba Devan mengambil wadah cincinnya
Asha yang kaget, dibuat lebih kaget lagi karena Devan menarik tangannya.
"Biar kupakaikan.." Ucap Devan sambil memegang tangan Asha, dan satu tangan lagi mengambil cincin dalam wadah.
Perlahan Devan memasukkan cincin ke jari manis Asha, setelah terpasang sempurna, Devan menatap Asha lembut.
Mereka saling bertatapan.
Asha menurunkan pandangannya, melihat cincin satunya yang masih berada dalam wadahnya, bukankah kalau di film dan sinetron seharusnya kali ini dia yang harus memasangkan cincin itu ke jari manis pasangannya.
Asha melihat tangan Devan yang masih memegang tangannya, dia bisa melihat di jari manis suaminya itu sudah terpasang sebuah cincin yang juga sangat indah.
Devan seakan mengetahui perasaan Asha.
Devan memegang tangan Asha semakin erat.
"Bersabarlah..cincin itu pasti akan terpasang di jariku sebentar lagi.."
"Aku tidak bisa menikahi tunanganku, karena aku sudah menikah.."
"Denganmu.."
pikir tdi bnran jetua gangster ...