Kost Putri menceritakan tentang kehidupan anak-anak perantauan yang menyewa sebuah rumah kost-kost-an milik Nyak Tatik.
Berbagai ragam sifat, sikap, budaya dan bahasa bersatu di rumah Kost Putri. Kisah asmara, lucu, sedih dan bahagia ada di Kost Putri.
Bagaimana ceritanya?
Welcome to Kost Putri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon de'rini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13# Sri.. Oh Sri..
Laju sepeda motor Dewa terasa lambat. Sri yang berada di boncengan motor itu, selalu menatap tangan Dewa yang terluka dari belakang lelaki itu. Harum parfum di tubuh Dewa, tercium sangat menggoda Sri. Rasanya Sri ingin sekali memeluk Dewa. Tetapi, ia merasa ragu dan malu, karena dirinya bukanlah siapa-siapa bagi dewa.
"Mas, mampir ke apotek yo." Pinta Sri.
"Mau ngapain Sri?" Tanya Dewa.
"Beli perban, alkohol dan obat luka Mas." Ucap Sri.
Dewa tersenyum saat Sri mengatakan akan membeli keperluan untuk merawat luka di tangannya.
"Gak perlu lah Sri." Ucap Dewa.
"Ojo ngono toh Mas. Nanti infeksi lukanya." Ucap Sri.
Dewa kembali tersenyum dan menepikan sepeda motornya tepat di depan apotek di pinggir jalan raya arah ke kost-kost-an Sri.
"Ya sudah." Ucap Dewa sambil mematikan mesin sepeda motornya.
Sri tersenyum dan turun dari boncengan sepeda motor itu. Lalu, ia melangkah masuk kedalam apotek. Di susul oleh Dewa yang selalu memandang Sri dari belakang gadis itu.
"Mbak, aku beli alkohol, perban dan obat luka ya mbak. Oh iya, kapas juga." Ucap Sri.
Dewa terus memandangi Sri yang tampak gelisah saat menunggu barang pesanannya datang.
Beberapa saat kemudian, pegawai apotek pun datang membawa semua pesanan Sri.
"Berapa Mbak?" Tanya Sri.
"Semua 45.000 Mbak."
Sri buru-buru membuka dompetnya, namun lagi-lagi Dewa mencegahnya dan langsung mengeluarkan selembar uang 50.000 dari saku celananya.
"Ini Mbak." Ucap Dewa sambil menyerahkan uang itu.
Sri menatap Dewa dengan seksama.
"Kok Mas terus yang membayar?" Tanya Sri.
"Tidak apa-apa. Saya habis gajian." Seloroh Dewa sambil tersenyum memamerkan lesung pipinya yang terukir indah dipipi sebelah kanan lelaki itu.
"Duh Gustiiiiiii, gantenge ra ketulungan." (Red- Ya Tuhan, ganteng banget.) Batin Sri sambil tersenyum-senyum sendiri.
"Kenapa kok senyum-senyum?" Tanya Dewa.
Sri mengerjapkan matanya dan menundukkan pandangannya.
"Ini Mbak." Ucap pegawai apotek itu, sambil menyerahkan plastik berisi pesanan Sri dan juga uang kembalian.
Sri pun tersenyum sambil meraih plastik itu dan juga uang kembaliannya. Lalu, Sri menyerahkan uang itu kepada Dewa.
"Terima kasih Mbak." Ucap Sri.
Lalu, Sri dan Dewa pun, keluar dari apotek itu.
"Mas, sini dulu." Panggil Sri.
Dewa yang baru saja hendak naik ke atas sepeda motornya, menatap Sri yang sudah duduk di emperan Apotek.
"Sri, ngapain duduk disitu?" Tanya Dewa.
"Sini dulu, bersih kok lantainya." Ucap Sri, sambil menepuk-nepuk lantai emperan Apotek itu.
Dewa tersenyum, lalu berjalan menghampiri Sri dan duduk di samping gadis manis itu.
"Ada apa?" Tanya Dewa.
"Aku tak bersihin dulu lukanya ya Mas." Ucap Sri sambil membongkar plastik yang berisi peralatan untuk menangani luka yang baru saja ia beli dari apotek itu.
Dewa mengangguk dan mengulurkan tangannya yang luka kehadapan Sri. Sri menyambut tangan Dewa, lalu memperhatikan luka-luka yang ada di tangan dewa.
"Ya Allah Mas, sampai seperti ini lukanya. Sakit ya Mas?" Tanya Sri sambil membersihkan luka itu.
Dewa hanya mengangguk sambil meringis.
"Perih Sri." Keluh Dewa.
"Pasti lah Mas. Duhhhh.. maaf yo Mas, gara-gara Sri Mas Dewa jadi terluka." Ucap Sri sambil sesekali meniup luka di tangan Dewa.
"Tidak apa-apa Sri." Ucap Dewa.
Setelah selesai membersihkan luka itu, Sri membubuhkan obat luka, lalu membalutnya dengan perban. Setelah selesai, Sri pun menatap wajah Dewa.
"Sudah Mas." Ucap Sri sambil tersenyum kepada Dewa yang sedang menatap dirinya tanpa berkedip sekalipun.
"Mas?"
Dewa tak bergeming. Ia terus menatap Sri sambil tersenyum sendiri.
"Mas?"
Sri melambaikan tangannya di depan wajah Dewa.
Dewa yang tersadar dari lamunannya tentang Sri pun, mengerjapkan matanya.
"Ya?" Tanya Dewa.
"Kok melamun? Lukanya sudah Sri perban Mas."
"Oh Iya." Dewa tersenyum dan memperhatikan tangannya yang sudah di perban oleh Sri.
"Terima kasih ya Sri." Ucap Dewa.
"Sama-sama Mas Dewa." Ucap Sri sambil tertunduk malu.
"Ayo aku antarkan pulang, sudah malam." Ucap Dewa.
Sri mengangguk dan beranjak dari duduknya.
"Sri." Panggil Dewa.
"Ya Mas?"
"Sekali lagi terima kasih ya." Ucapnya.
Sri mengangguk dan tersenyum manis kepada Dewa.
Dewa menyalakan sepeda motornya dan Sri pun naik keatas boncengan sepeda motor Dewa. Lalu, mereka beranjak meninggalkan Apotek itu.
Sepanjang perjalanan pulang, Sri yang duduk menyamping, melingkarkan sebelah tangannya di pinggang Dewa. Dewa yang merasa senang, hanya tersenyum dan melirik Sri dari pantulan kaca spionnya.
Mereka tidak saling berbicara. Tetapi, senyuman selalu menghiasi di wajah mereka berdua. Hingga Sri, Dewa turunkan di depan rumah Nyak Tatik.
...
Dewa baru saja sampai di kost-kost-an nya. Ia terus tersenyum dan memperhatikan perban yang melilit tangannya.
Tadi, ia mengantar Sri dan tidak jadi mampir ke paviliun kost-kost-an Nyak Tatik. Karena sudah terlalu malam. Ia hanya berpesan kepada Sri untuk menitip salamnya untuk Cempaka.
Dewa merebahkan tubuhnya keatas ranjang, lalu ia mengangkat tangannya dan terus memperhatikan perban di tangannya itu.
"Sri oh Sri." Ucap Dewa sambil tersenyum sendiri.
Dewa beranjak dari ranjangnya dan menghampiri meja yang terletak di sudut kamarnya. Lalu, ia mengambil ballpoint dari atas meja tersebut. Dewa menarik kursi dan duduk di atas kursi itu. Dewa meletakan tangannya di atas meja. Lalu, ia menulis tanda hati dan inisial huruf S di atas perban di bagian telapak tangannya.
"Aku rasa aku telah jatuh cinta dengan gadis itu." Gumam Dewa sambil memegang dadanya yang berdegup kencang saat mengingat senyuman Sri.
Cinta pada pandangan pertama. Mungkin sebagian orang tidak mempercayainya. Tetapi, banyak juga yang percaya bila cinta itu datang saat pertama kali bertatap mata. Itulah yang kini dirasakan oleh Dewa.
Saat pertama kali berjumpa dengan Sri di warung ketoprak, Dewa sudah tertarik melihat wajah Sri yang manis. Ditambah dengan kejadian yang konyol saat Sri meminum air mineral miliknya sampai habis.
Sri terlihat cuek dan jutek, saat pertemuan pertama itu. Begitupun saat pertemuan kedua mereka di halte Bus. Sri tampak sangat malu saat bertemu kembali dengan Dewa. Mengingat dirinya yang tidak sengaja meminum air mineral milik Dewa.
Saat pertemuan itu, Dewa terus memikirkan Sri. Dan berharap ia bisa bertemu dan bertemu lagi dengan gadis itu. Siapa sangka? ternyata Sri adalah teman satu kost Cempaka yang adalah Adik kandung Dewa.
Saat pertemuannya dengan Sri di rumah Kost, Dewa merasa sangat bersyukur telah mengetahui dimana gadis itu tinggal. Dan menurut Cempaka, Sri adalah gadis yang baik dan tidak pernah aneh-aneh dalam pergaulan.
Mendengar cerita dari Adik kandungnya, Dewa semakin tertarik dengan Sri. Di tambah dengan sikap konyol Sri yang membuat Dewa tak habis pikir dengan gadis itu.
"Sri oh Sri.." Gumam Dewa lagi.
terimakasih buat author /Pray//Pray/
lihat kelakuan si Butet