Notes : zona dewasaaaaaa!
“Om nikahin temenku ya? Ntar dapet istri sekaligus anak di hari pertama kalian menikah!”
Ide gila yang muncul dari Tari, membuat masa depan Lea yang hancur lebur menjadi indah.
Siapa sangka? Luca, pria yang Lea nikahi sebagai ayah darurat dari janinnya, telah merubah kehidupannya menjadi lebih berwarna dan berarti.
Akankah Luca menutup mata dengan siapa ayah kandung dari janin di perut istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Batal!
..."Saya sudah membuat kontrak pernikahan kita batal?" — Luca Harrison...
Usai mencium lembut bibir istrinya, Luca berhenti dan mengangkat wajahnya. Kini, jarak wajah mereka hanya sekitar sejengkal.
"How? Saya sudah membuat kontrak pernikahan kita batal?" bisik Luca sembari menatap dalam mata amber istrinya.
Jantung Lea berdetak dengan sangat kencang, sampai-sampai ia takut pria itu mendengarkannya. Akal sehatnya mulai lumpuh, tapi hati kecilnya tetap berusaha memberi peringatan.
"Lea ... ingat pesan Papa. Pria itu cuma ada dua. Kalau nggak brengsek, ya belok."
Lea memalingkan wajahnya ke kiri, menghindari tatapan dari sang suami.
"Kak, berhenti mempermainkanku," tegas Lea dingin, tanpa basa basi.
"Saya serius."
Keduanya terdiam. Hanya deruan nafas yang terdengar saat itu.
"Kamu pikir, saat mengucapkan ikrar pernikahan, semua itu palsu? Kamu berani melakukan sumpah palsu di depan Tuhan?"
Lea terdiam. Benar apa yang dikatakan oleh Luca. Pada saat mengucap janji sehidup semati, jauh di dalam hatinya, ia berniat menikah dengan benar. Jika memang pada akhirnya berakhir, berarti takdir mereka hanya sebentar.
"Kak ...," Lea kembali meluruskan kepalanya menghadap Luca. Matanya menatap nanar, "aku itu hamil anak orang lain."
"Aku ... aku malu, Kak. Aku nggak pantes buat orang kayak Kak Luca."
Tanpa sadar, Lea meneteskan airmatanya. Ia merasa sedih, saat perlahan-lahan hatinya mulai terpaut dengan seseorang, tapi di saat itu juga ia harus menerima kenyataan bahwa ... dia hanyalah barang bekas yang sudah tak berguna.
Luca menghapus airmata Lea menggunakan kedua ibu jarinya.
"Memangnya, orang yang pantes untuk saya ... seperti apa?"
"Hm ... cantik?" Lea berfikir keras. Ia yang semula menangis, malah dibuat berfikir oleh Luca.
"Terus?"
"Baik. Pinter."
"Memangnya kamu bodoh?"
"Ih! Aku ini juara umum di sekolah ya, Kak!" sungut Lea karena kesal dianggap bodoh.
"Okay. Terus, orang seperti apa lagi?"
"Karier."
"Kan abis lahiran, kamu bisa kejar cita-cita kamu lagi?"
"Ya tetap aja Kakak itu terlalu berlebihan buat aku." Lea cemberut dengan sudut bibir melengkung ke bawah.
"Memangnya saya kenapa?"
"Dih! Pake nanya," kesal Lea melotot. "Kakak sengaja, 'kan?"
"Saya bertanya karena saya nggak tau."
"Ya apalagi. Kakak 'kan tampan, sukses, kaya, punya badan yang bagus, kekar, wangi, perhatian, penyayang, lembut, pinter bikin nyaman. Cewe mana coba yang nggak luluh kalo ditempelin terus sama orang kayak Kakak?!"
Luca tertawa girang. Ia merasa tinggi hati dan bangga. Karena semua yang diucapkan Lea barusan, benar-benar sukses mengangkatnya terbang ke awang-awang.
"Oh ... jadi, di mata kamu, saya orang yang seperti itu ya?" Luca mengangguk pelan dan matanya seperti sedang berfikir.
"Tapi, ada loh yang nggak suka sama saya."
"Siapa?" Lea mendelik penasaran.
"Eleanor Lunette."
"Kata siapa nggak suka? Aku ju— ...." Lea terdiam.
"Tuh, 'kan! Sengaja!" geram Lea sambil mencubit perut Luca.
"Aduh!" Luca pura-pura mengerang kesakitan. Tapi ia sambil tertawa. Kemudian, pria itu memegang kedua tangan Lea, sembari bergerak menggenggam tangan Lea. Lalu, tangan gadis itu ia bawa ke atas.
"Kita udah sah, di depan Tuhan dan keluarga," ucap Luca serius, namun dengan nada yang sangat lembut didengar. "Ayo, jalani kehidupan suami istri ini dengan benar?"
"Tapi aku udah nggak perawan. Dan aku—"
"Kamu ini kebanyakan baca novel," potong Luca. "Dan jangan suka berasumsi sendiri."
"Memangnya, sudah nggak perawan, nggak boleh mendapatkan yang lebih baik? Memangnya, anak yang tak bersalah di dalam perutmu itu, nggak boleh mendapatkan ayah dan kehidupan yang layak?"
Lea tertegun. Runtuh sudah tembok tinggi yang selama ini ia bangun dengan susah payah, agar ia tidak termakan pesona pria itu. Tapi pria itu sangat pintar membujuk rayunya.
"Kak ... makasih," Lea tersenyum.
"Anything for you," Luca tersenyum.
Pria bermata coklat itu berniat ingin mencium dahi istrinya, tapi ia mundur lagi dan tak melanjutkannya. "Can I kiss you?"
"Kan kontraknya batal?"
"Berarti boleh cium?"
Lea mengangguk malu.
Mendapatkan lampu hijau dari istrinya, Luca langsung beralih mencium bibir ranum milik istrinya itu.
Lea berniat mendorong tubuh suaminya. Tapi sayang, tangannya dikunci oleh Luca sejak tadi.
Beberapa detik kemudian, Luca melepaskan pagutan bibirnya.
"Kakkk!" lagi-lagi gadis itu merengut. "Kan cium dahi! Bukan bibir!"
"Saya nggak ada bilang dahi atau bibir."
"Tapi—"
"Ssttt ... kontrak kita sudah batal," potong Luca penuh kemenangan.
"Nyebelin!"
"I love you," bisik Luca penuh cinta.
"Tapi aku belum yakin, rasa yang kumiliki saat ini cinta atau kagum. Jadi, beri aku waktu, Kak." Lea merasa bersalah saat mengatakannya.
"Saya penyabar kok," ucap Luca lugas. "Jadi, tenang saja. Lakukan apapun yang membuat kamu nyaman."
"Yang penting, kontrak sialan itu sudah tidak ada."
Lea terkekeh mendengarkan ucapan Luca yang penuh penekanan di bagian 'sialan'.
...🌸...
...🌸...
...🌸...
...Bersambung .... ...
❤❤❤❤
calon pelakor
jgn sering..
masih rentan...
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
berdasarkan cerita panakannya kalo lea dibobol org saat di club...
makanya walau awalnya nolak lea..
akhirnya luca mau ngaku ke pak johan kalo dia hamilin lea..
❤❤❤❤❤
apa yg akan terjadi hayooiii..
😀😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤
yg dapat pelukan dari istru kecil yg cantik..
❤❤❤❤❤❤
kan eamng anakmu luca..
❤❤❤❤❤
udah terlanjur kena gampar lagi..
❤❤❤❤❤