"Aku istrimu, Aditya! Bukan dia!" Aurelia menatap suaminya yang berdiri di ambang pintu, tangan masih menggenggam jemari Karina. Hatinya robek. Lima tahun pernikahan dihancurkan dalam sekejap.
Aditya mendesah. "Aku mencintainya, Aurel. Kau harus mengerti."
Mengerti? Bagaimana mungkin? Rumah tangga yang ia bangun dengan cinta kini menjadi puing. Karina tersenyum menang, seolah Aurelia hanya bayang-bayang masa lalu.
Tapi Aurelia bukan wanita lemah. Jika Aditya pikir ia akan meratap dan menerima, ia salah besar. Pengkhianatan ini harus dibayar—dengan cara yang tak akan pernah mereka duga.
Jangan lupa like, komentar, subscribe ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 - Langkah Aurelia
"Semuanya sudah sesuai rencana. Tinggal satu langkah lagi," ucap Aurelia pelan sambil menatap layar laptop di hadapannya. Di sebelahnya, Raka dan Reyhan berdiri memperhatikan dengan seksama, wajah mereka tegang namun penuh keyakinan.
"Kau yakin mereka akan menelan umpan ini bulat-bulat?" tanya Raka, suaranya rendah namun tajam.
Aurelia mengangguk. "Kalina terlalu ambisius, dan Aditya... terlalu mudah terpancing. Mereka pikir mereka sedang menjebakku. Tapi mereka tak sadar, aku yang mengatur panggung ini sejak awal."
Reyhan menyilangkan tangan di dada. "Tapi kita harus hati-hati. Kalina bukan perempuan sembarangan, dan Aditya... meski sekarang terpuruk, dia masih berbahaya."
Aurelia tersenyum tipis. "Justru karena mereka merasa berada di atas angin, itulah saat yang paling sempurna untuk menghantam mereka dari dalam."
*********
Kalina melangkah masuk ke ruang pertemuan rahasia di sebuah hotel bintang lima. Aditya sudah duduk di sana, wajahnya terlihat lebih kurus namun matanya penuh dendam.
"Kau yakin ini akan berhasil?" tanya Kalina, melempar map ke atas meja.
"Dia tidak akan bisa menolak tawaran ini. Proposal merger ini tampak sah, dan jebakan hukumnya... sempurna," balas Aditya dengan suara serak. "Begitu dia menandatangani, semua saham yang dia miliki akan dibekukan sementara, dan... kita akan bisa mengambil alih penuh kendali."
Kalina tertawa pelan. "Akhirnya, Aurelia akan tahu siapa yang paling pantas berada di puncak."
*********
Di sisi lain kota, Aurelia sedang berbicara dengan seorang pria tua berjas abu-abu—mantan penasihat hukum ayah mertuanya, almarhum Pak Surya.
"Saya sudah memeriksa semua dokumen yang mereka siapkan, Nona Aurelia. Dan Anda benar... ini jebakan yang disusun dengan sangat licik. Tapi untungnya, kita lebih dulu mengetahui niat mereka."
"Bagus. Terus ikuti perkembangannya. Biarkan mereka merasa menang sebentar," ujar Aurelia dengan nada dingin.
"Dan soal akun perusahaan bayangan mereka di luar negeri?" tanya pria itu.
Aurelia tersenyum licik. "Tinggal satu kali klik. Begitu semuanya selesai, semua akan terbuka ke publik... dan Aditya akan kehilangan segalanya—termasuk kepercayaan investor."
"Baiklah, Nona. Jika memang bisa menyadarkan Tuan muda dari jalan yang salah." menghela nafasnya dengan berat pria tua itu.
*****
Hari yang dinanti pun tiba. Sebuah acara formal diadakan atas nama perjanjian merger antara perusahaan Aurelia dan perusahaan fiktif yang dikelola Kalina secara diam-diam. Semua wartawan diundang. Kamera bergantian menyorot wajah Aurelia dan Aditya yang berdiri berdampingan di atas panggung.
"Hari ini adalah momen bersejarah," ucap pembawa acara. "Dua perusahaan besar bersatu demi masa depan yang lebih cerah."
Aurelia menoleh sejenak ke arah Aditya, lalu ke Kalina yang berdiri di deretan tamu kehormatan. Kalina menyembunyikan senyumnya yang penuh kemenangan.
Aditya menyerahkan pena pada Aurelia. "Silakan, tanda tangani."
Lihat saja setelah ini, kalian akan merasakan hal yang sebaliknya. Sangat mengejutkan kalian, aku sangat menantikan mimik wajah kalian nanti. Dalam hati Aurelia dengan senyuman kecil di bibirnya.
Aurelia mengambil pena itu, menatapnya dalam-dalam. Semua mata tertuju padanya. Lalu, perlahan ia membubuhkan tanda tangan...
"INI DIA! Dia terjebak!" Kalina langsung bisik pada Aditya di sela sorak sorai tamu undangan. "Begitu merger aktif, kita bisa blokir semua rekening utama atas namanya."
Aditya hanya mengangguk, menahan tawa liciknya.
Namun beberapa detik setelah itu, layar besar yang semula menampilkan logo perusahaan mendadak beralih menjadi tayangan video. Semua orang terdiam.
"Apa itu?" bisik salah satu investor.
Suara reporter di layar terdengar lantang. "Inilah hasil investigasi kami selama dua bulan. Perusahaan Bayangan Artha Sentosa yang ternyata dikendalikan oleh Kalina Widjaja dan Aditya Nugraha. Mereka menggunakan data palsu dan manipulasi dokumen untuk menipu investor."
Wajah Kalina memucat. Aditya melangkah maju dengan panik. "Matikan itu! MATIKAN!"
Tapi semuanya sudah terlambat. Video bukti transaksi ilegal, rekaman suara, hingga pengakuan mantan pegawai mereka ditayangkan satu demi satu. Kalina terjatuh di kursinya.
Aurelia berbalik menatap keduanya. "Kalian pikir aku akan tertipu semudah itu? Selamat datang di akhir permainan kalian."
Wartawan berhamburan, keamanan mencoba menenangkan kericuhan. Aditya berusaha kabur ke belakang panggung tapi Reyhan sudah menunggunya di sana, berdiri tegak dengan beberapa petugas.
"Kau ke mana, Aditya? Acara belum selesai."
"Kau menjebakku! Kau dan perempuan sialan itu!" teriak Aditya marah.
Reyhan menatapnya datar. "Kami hanya mengembalikan apa yang layak didapatkan."
Sementara itu, Aurelia turun dari panggung dan berjalan anggun melewati Kalina yang masih terduduk terpaku.
"Kau belum lihat semuanya, Kalina. Ini baru permulaan," ucapnya lirih.
Dan sebelum Kalina bisa menjawab, Aurelia menoleh ke arah kamera, tersenyum tipis.
Kalina masih berdiri terpaku saat Aditya melempar dokumen ke meja dengan kasar.
Aditya mengacak rambutnya dengan kasar, lalu berjalan mondar-mandir. “Sial! Jangan bilang ada yang bocor. Hanya kita berdua yang tahu semua rencana ini. Tidak mungkin dia bisa menebaknya.”
Tiba-tiba ponsel Kalina bergetar. Sebuah pesan masuk. Layar memperlihatkan video—rekaman rahasia pertemuan mereka seminggu lalu di vila tersembunyi.
Kalina menjerit pelan. Wajahnya pucat. “Aditya… seseorang… merekam kita.”
Aditya menghampiri cepat, matanya menyipit tajam saat melihat tayangan itu. “Ini tidak mungkin…”
Tepat saat itu, layar televisi besar di ruangan kantor menyalakan dirinya sendiri, lalu menampilkan wajah Aurelia dari kamera tersembunyi.
"Aku hanya perlu diam. Kalian sudah menggali lubang kubur kalian sendiri."
Suara Aurelia tenang, namun mengandung kekuatan yang menusuk.
Aditya memukul meja dengan keras. “Dia… dia memancing kita!”
“Dia menjebak kita, Aditya… Sejak awal… Dia tahu.”
Wajah Kalina kini penuh panik.
Aurelia di layar tersenyum tipis, namun matanya menyala tajam. “Kalian pikir aku lemah. Tapi kalian lupa satu hal—aku tidak pernah benar-benar sendirian.”
Tiba-tiba layar berganti menampilkan rekaman CCTV dari berbagai tempat: pembicaraan Kalina dengan seseorang misterius, transaksi tersembunyi, bahkan catatan penggelapan dana dari tangan Aditya sendiri.
Aditya mendekatkan wajahnya ke layar, suaranya lirih. “Dia punya semua bukti…”
Dan seketika itu juga pintu ruang rapat terbuka.
Reyhan melangkah masuk dengan tenang, setumpuk dokumen hukum di tangannya, diikuti dua orang berpakaian resmi.
“Permisi,” ucap Reyhan dingin. “Kami datang untuk membacakan tuntutan atas nama Aurelia.”
Aditya dan Kalina terpaku, tak mampu bergerak.
Reyhan hanya menatap mereka tanpa ekspresi. Namun dalam diamnya, ada sebuah kalimat tak terucap yang menggantung tegas:
Permainan kalian sudah selesai.
(BERSAMBUNG KE BAB SELANJUTNYA)
kadang dituliskan "Aurelnya pergi meninggalkan ruangan tsb dengan Anggun"
Namun.. berlanjut, kalau Aurel masih ada kembali diruangan tsb 😁😁🙏