NovelToon NovelToon
Sang Raja Asura

Sang Raja Asura

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Penyelamat
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Anonim

Bercerita seorang yang dahulu di beri julukan sebagai Dewa Pengetahuan dimana di suatu saat dirinya dihianati oleh muridnya dan akhirnya harus berinkarnasi, ini merupakan cerita perjalanan Feng Nan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anonim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 22:Lelang I

Lonceng besar ketiga berdentang, suara beratnya menggema hingga ke sudut-sudut balai pelelangan yang luas. Suasana yang semula penuh bisik-bisik kini menjadi lebih teratur. Semua kepala menoleh ke arah panggung utama, tempat seorang pria berusia sekitar empat puluhan melangkah naik dengan penuh percaya diri.

Ia mengenakan jubah biru gelap yang dihiasi bordir awan emas, rambutnya disisir rapi ke belakang, wajahnya bersih dengan senyum profesional yang tampak sudah terlatih bertahun-tahun. Gerakannya ringan namun penuh otoritas, memancarkan aura yang mampu menarik perhatian siapa pun tanpa harus berteriak atau membuat gerakan berlebihan.

"nona dan tuan, tamu-tamu terhormat dari seluruh penjuru negeri!" Suaranya menggelegar namun enak didengar, memantul dengan sempurna di seluruh ruang. "Selamat datang di Pelelangan Agung Kota Xing! Saya, Bai Heng, akan menjadi pembawa acara Anda hari ini."

Tepuk tangan sopan terdengar dari seluruh penjuru ruangan. Sebagian besar tamu VIP di lantai dua hanya mengangguk kecil, menjaga keanggunan mereka. Feng Nan tetap diam, tubuhnya bersandar santai di kursi empuk, mata datarnya menatap ke arah panggung tanpa ekspresi.

Bai Heng melanjutkan, "Hari ini, seperti yang telah dijanjikan, kita akan menghadirkan barang-barang pilihan—dari pil kultivasi langka, senjata roh, hingga pusaka kuno yang tak ternilai harganya. Mari kita mulai sesi pertama ini dengan sebuah barang pemanasan."

Seorang pelayan berpakaian hitam maju membawa nampan kayu berselubung kain merah. Dengan gerakan teatrikal, kain itu disibakkan, memperlihatkan sebuah pil berwarna hijau zamrud yang memancarkan aroma harum samar.

"Barang pertama," kata Bai Heng dengan suara mengembang, "adalah Pil Peningkatan Qi, dibuat oleh alkemis terkenal dari Lembah Hijau. Pil ini dapat membantu meningkatkan kekuatan Qi sebesar satu tahap dalam waktu tiga hari dengan tingkat keberhasilan 80%! Barang langka untuk para kultivator tahap menengah!"

Desas-desus kecil mulai terdengar. Beberapa peserta langsung menajamkan pandangan mereka, jelas tertarik. Penawaran pun segera dimulai.

"Seratus koin emas!"

"Seratus lima puluh!"

"Seratus delapan puluh!"

Feng Nan bahkan tidak berkedip. Pil itu mungkin berharga bagi mereka yang berada di tahap awal atau menengah kultivasi, tapi baginya—yang telah melampaui banyak rintangan dalam hidup dan bertempur melawan bahaya sejati—barang itu sama sekali tidak menarik. Ia hanya mengangkat cangkir tehnya, menyeruput perlahan sambil membiarkan matanya kosong, seolah melewati waktu.

Lelang terus bergulir.

Barang berikutnya: Kalung Batu Es—sebuah aksesori yang diklaim dapat menstabilkan Qi selama meditasi.

Lalu sebuah Kipas Baja Hitam yang bisa menangkis serangan tingkat rendah.

Kemudian ada Sabuk Roh Angin, konon dapat meningkatkan kecepatan gerakan pemakainya sebesar lima persen.

Setiap kali barang baru diperkenalkan, ada antusiasme kecil dari peserta, namun Feng Nan tetap tenang seperti batu karang di tengah gelombang.

Satu per satu, barang-barang itu berlalu.

Tidak ada yang cukup berarti untuk membuat alis Feng Nan terangkat. Baginya, semua itu hanya mainan kecil yang cocok bagi anak-anak muda atau kultivator biasa yang belum pernah mencium bau darah pertempuran sejati.

Namun, suasana itu perlahan berubah saat Bai Heng berbicara lebih lambat, suaranya sedikit merendah, penuh rasa hormat.

"Selanjutnya... Sebuah benda yang mungkin terlihat sederhana, tapi jangan tertipu oleh penampilannya."

Dua pelayan wanita membawa nampan besar, dengan kehati-hatian luar biasa. Di atasnya, terletak sebuah tusuk rambut berwarna perak kebiruan, bentuknya ramping dan elegan, dihiasi ukiran awan dan bunga plum. Tusuk rambut itu tampak sederhana, tapi dari tubuhnya mengalirkan riak-riak energi Yin yang murni, begitu halus namun dalam.

Bahkan dari kejauhan, Feng Nan yang sebelumnya hanya mengamati dengan setengah hati, kini perlahan mengangkat alisnya.

Matanya menyipit sedikit. Ia bisa merasakan—di balik keindahan tenang tusuk rambut itu, tersembunyi kekuatan Yin yang pekat namun stabil. Aura itu tidak liar, sebaliknya, terasa sejuk dan menenangkan, seperti embun musim dingin yang turun di pagi buta.

Sekilas, Feng Nan melirik Liu Shi di sebelahnya. Gadis itu memang memiliki konstitusi alami Yin, dan benda ini... cocok sekali untuknya. Seolah benda itu memang dibuat untuk melengkapi dirinya.

Namun, tampaknya bukan hanya Feng Nan yang menyadarinya.

Dari salah satu bilik VIP di sisi kanan, terdengar suara tawa kecil.

"Hoh? Barang sekecil ini... mungkin berguna untuk mainan baruku."

Seseorang berbicara dengan nada merendahkan, suara itu diiringi aura tekanan halus yang mencoba menyusup ke sekeliling, seolah ingin menunjukkan dominasinya.

Feng Nan tidak menoleh. Ia hanya mengambil cangkir tehnya lagi, memutar perlahan di jemarinya.

Bai Heng, meski merasakan tekanan itu, tetap mempertahankan profesionalismenya.

"Barang ini, yang disebut Tusuk Rambut Es Abadi, selain berfungsi sebagai aksesori, juga berfungsi sebagai alat penyimpanan energi Yin murni. Dalam pertempuran, dapat digunakan untuk melepaskan gelombang es yang membekukan area kecil, atau memperkuat teknik Yin penggunanya."

Suasana mulai memanas.

Penawaran segera dibuka.

"Seratus lima puluh koin emas!" seru seseorang dari lantai bawah.

"Seratus delapan puluh!" sahut orang lain.

Belum sempat Bai Heng mengumumkan kelanjutan, suara berat dari bilik kanan itu bergema.

"Seribu koin emas."

Seketika, seluruh balai pelelangan sunyi. Banyak mata beralih ke arah bilik itu. Hanya sedikit orang yang bisa membuka tawaran setinggi itu tanpa berkedip.

Feng Nan meletakkan cangkir tehnya dengan tenang. Ia mengangkat plakat kecil berwarna hitam ke samping, suara datarnya terdengar jelas.

"Seribu lima ratus."

Terdengar desahan kecil di seluruh ruangan. Beberapa orang bahkan menoleh, mencoba melihat siapa VIP misterius itu. Naik lima ratus sekaligus—bukan hal yang biasa.

Senyum sinis terdengar dari bilik kanan.

"Berani-beraninya."

Suara pria itu menegang. Ia mengangkat plakatnya lagi.

"Dua ribu."

Tanpa ragu, Feng Nan mengangkat plakatnya lagi.

"Tiga ribu."

Suasana di balai menjadi berat. Beberapa orang bahkan berhenti menghirup napas sesaat.

Siapakah pria ini? Berani menawar tiga kali lipat dari harga normal untuk sebuah tusuk rambut?

Bahkan Ru Lan, yang mengawasi dari lantai atas, sedikit mengernyit. Matanya bersinar, penuh rasa ingin tahu.

Dari bilik kanan, aura dingin meledak. Pria itu jelas marah. Namun, sebelum ia bisa membuka mulut, Bai Heng sudah cepat-cepat mengetuk palu kayunya.

"Penawaran tiga ribu koin emas! Tiga ribu pertama! Tiga ribu kedua! Tiga ribu ketiga! Terjual!"

Palu diketuk keras.

Tusuk rambut itu kini milik Feng Nan.

Bai Heng tersenyum profesional, meski dalam hatinya penuh keterkejutan. Bahkan ia merasa pria ini bukan sembarang orang.

Di bilik VIP, Liu Shi menatap Feng Nan dengan mata membelalak kecil. Ia hendak berbicara, namun Feng Nan hanya menggeleng pelan.

"Benda itu pantas untukmu," gumamnya, suaranya hanya cukup didengar Liu Shi.

Liu Shi menggigit bibir bawahnya, matanya berkaca-kaca, tapi ia menahan emosinya. Ia tahu, harga sebesar itu bukanlah jumlah kecil, bahkan bagi para keluarga kaya.

Waktu bergulir.

Barang-barang lain kembali ditampilkan: sebuah pedang roh, sepasang sepatu cepat, sebuah gulungan teknik rendah. Namun setelah pembelian tadi, Feng Nan kembali memasuki mode diamnya, seolah tidak terganggu lagi oleh apa pun.

Sampai akhirnya.

Saat Bai Heng berdiri tegak kembali di atas panggung, ekspresinya berubah serius.

"Dan sekarang... saat yang Anda semua nantikan."

Seorang pelayan maju dengan membawa kotak kayu berlapis besi, yang tampak berat. Dengan hati-hati, mereka meletakkannya di atas panggung. Bai Heng mengangkat tangan, membuat semua perhatian terfokus.

Saat kotak itu dibuka perlahan, cahaya merah samar melesat ke udara, memantulkan sinar eksotis ke seluruh ruangan.

Mata Feng Nan melebar.

Detak jantungnya—yang biasanya tenang seperti danau beku—berdebar keras.

Di dalam kotak itu...

Benda yang seharusnya tidak mungkin muncul di pelelangan kecil seperti ini...

Sebuah Kalung giok berwarna merah darah, dengan urat-urat emas di dalamnya yang berdenyut seperti jantung hidup.

"...Itu," bisik Feng Nan, napasnya sedikit berat.

Dan di dalam dirinya, sesuatu... sesuatu yang telah lama tidur... mulai perlahan bangun.

1
Saipul Bachri
lanjutkan terus Thor
Rinaldi Sigar
lanjut
Ibad Moulay
Lonceng Besar
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Rinaldi Sigar
lanjut
Ibad Moulay
Lelang
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Rinaldi Sigar
lanjut thor
Abi
up
Abi
Biasa
Abi
Kecewa
Ibad Moulay
Uraaa 🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Uraa 🐎🐎🐎
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!