Jiwa seorang ilmuwan dunia modern terjebak pada tubuh pemuda miskin di dunia para Abadi. Ia berusaha mencapai puncak keabadian untuk kembali ke bumi. Akankah takdir mendukungnya untuk kembali ke bumi…. atau justru menaklukkan surgawi?
**
Mengisahkan perjalanan Chen Lian atau Xu Yin mencapai Puncak Keabadian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almeira Seika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12—Yu Xinyi (2)
Dua hari dua malam tanpa tidur, ia mempelajari kepingan giok itu. Isinya mengerikan.
‘Teknik Nafas Tanpa Bentuk’ bukanlah teknik seni bela diri. Ia adalah senjata senyap yang dibentuk untuk membunuh musuh di luar jangkauan kekuatan spiritual. Didesain untuk digunakan oleh praktisi Golden Core mengalahkan kultivator ranah yang lebih tinggi, Golden Soul, jika memahami prinsip utamanya yaitu menghapus eksistensi dari ruang dan waktu sesaat sebelum menyerang.
"Hapus dirimu dari aliran energi Qi, dan kau akan menjadi hening seperti ketiadaan. Pukulanmu akan datang bukan dari tubuhmu, tapi dari bayangan yang tidak ada."
Teknik ini bekerja dengan membalik hukum dasar pertarungan spiritual, bukannya memperkuat Qi untuk menyerang, teknik ini menghilangkan seluruh jejak Qi, lalu memampatkan momentum spiritual menjadi satu titik senyap. Hasilnya, serangan yang tidak dapat ditangkis... karena ia datang dari tempat yang tidak terdeteksi.
Tapi bukan tanpa harga.
Praktisi yang melawan hukum eksistensi harus menahan peredaran darahnya dalam waktu singkat, memperlambat detak jantung hingga hampir berhenti, dan memutuskan aliran Qi di seluruh tubuh.
Kesalahan sedikit saja... bisa berarti kematian.
Namun, Xu Yin bukan manusia biasa, ia adalah pemikir jenius. Ditambah, tubuhnya sudah tidak sepenuhnya fana. Sisa fragmen kekuatan Primordial dalam jiwanya memberikan kemampuan adaptasi ekstrim terhadap teknik ini.
Malam terakhir sebelum pertandingan, Xu Yin duduk di bawah pohon ginkgo.
Angin berhembus lembut.
Pikirannya mengingat kembali wajah Yu Xinyi yang begitu mirip dengan Lu Rei. Tapi kemiripan itu tidak melunakkan tekadnya, justru membuatnya semakin teguh.
"Aku tidak boleh ragu. Atau aku akan membusuk sebelum bisa kembali ke duniaku sendiri."
Tiba-tiba, sebuah ilusi muncul. Bayangan itu seolah menjelma menjadi sosok Lu Rei yang mengenakan jubah hijau muda khas rumah sakit.
“Apa kau benar-benar akan menepati janjimu untuk…”
Xu Yin menyela, “Sssttt… aku akan berusaha keras agar bisa dimakamkan di sebelah abumu.”
Bayangan itu perlahan menghilang. Itu hanyalah halusinasi pribadi Xu Yin, yang sudah satu tahun lebih tidak pernah ia rasakan lagi. Tidak sesering saat ia berada di dunia lama.
Xu Yin bangkit untuk mempraktikkan satu teknik terakhir dari kepingan giok misterius. ‘Langit Tanpa Bentuk.’
Tubuhnya lenyap dari pandangan biasa. Burung-burung di pepohonan tiba-tiba diam. Daun tak lagi berguguran. Angin berhenti bergerak.
Dalam kondisi itu, Xu Yin berdiri, bukan di dunia nyata, tetapi di antara detik dan waktu. Saat ia memukul udara, bayangan pohon di belakangnya terbelah dua tanpa suara.
Retakan muncul di ruang.
"Ini... bisa mengalahkan praktisi ranah Golden Soul dengan satu sentuhan?"
Tentu saja. Teknik ini diciptakan untuk melawan praktisi dengan tingkat yang lebih tinggi dari penggunanya.
Dia memandang tangannya sendiri. Tenang, namun menyimpan kekuatan seperti jurang hitam.
"Aku harus memenangkan pertandingan ini, agar aku bisa lebih dekat dengan Petinggi Sekte."
Tujuan Xu Yin jelas. Ia ingin mendekati salah satu Petinggi Sekte untuk menanyakan alasan keberadaannya di dunia ini. Sebelumnya, ia ingin menceritakan masalah ini pada Xu Liang, tapi ragu dengan solusi seperti apa yang akan pamannya berikan.
Catatan di di belakang kepingan giok:
"Hanya mereka yang telah kehilangan segalanya yang dapat menghapus keberadaan makhluk lain tanpa ragu. Jika kau bisa menggunakan teknik ini tanpa gemetar... maka jiwamu telah mati."
Xu Yin menatap halaman itu lama, dan kemudian mengembalikan kepingan giok itu ke tempat semula. Ia juga memasang segel serupa agar tidak dicurigai.
Dia pun menyelinap keluar dari perpustakaan tanpa terdeteksi. Ia sudah melakukan praktik ini selama beberapa bulan lalu. Sangking seringnya pergi ke perpustakaan, ia mempelajari formasi pelindung dan akhirnya menemukan celah. Dari sanalah, ia menjadi penghuni perpustakaan tanpa ketahuan oleh penjaga tua.
Langit malam menggantung sunyi di atas Sekte Tiangu. Cahaya bulan menyinari gunung-gunung. Malam yang biasanya hanya sunyi, tetapi hari ini, suara musik berkumandang dari taman timur. Lantunan guzheng yang didampingi oleh erhu, menciptakan suasana hangat di tengah malam yang dingin.
Xu Yin melangkah mencari arah suara musik itu. Sampailah ia di taman timur. Di hadapannya, berdiri megah gazebo giok berwarna putih. Di dalam gazebo itu, dua wanita tengah memainkan alat musiknya masing-masing. Pemain guzheng itu, mengenakan gaun putih dengan ukiran perak, wajahnya cantik, tubuhnya menawan dan auranya memikat. Rambut panjanya diurai, ia murid inti sekte Gaogu, brada di ranah Golden Core tahap awal. Sementara pemain erhu adalah gadis yang mirip dengan Lu Rei.
Saat Xu Yin menatap Yu Xinyi, hatinya bergetar. Dia sedikit goyah, tekadnya melunak. Bayangan sahabatnya muncul dipikirannya. Ia membayangkan saat mereka bersama-sama tumbuh dari kecil hingga remaja.
Saat ia tenggelam dalam memori kenangan, tiba-tiba, pundaknya ditepuk oleh gadis yang memainkan guzheng. Xu Yin kembali tersadar.
“Apakah kamu menikmati alunan musik yang kami mainkan?" tanyanya dengan suara lembut dan auranya membuat siapapun yang memandangnya terpesona. Sementara, Yu Xinyi yang berada di sebelah gadis itu, memberikan ekspresi dingin ke arah Xu Yin.
"Maaf, Senior." Ucap Xu Yin sembari menangkupkan tangannya. Sebelum kakinya melangkah pergi, perempuan itu berbicara lagi.
"Namaku Ru Yi. Kau bisa tetap di sini. Aku lebih senang jika ada seseorang yang menikmati musikku." Paparnya dengan suara yang lembut.
"TIDAK! Kakak senior, aku tidak sudi jika mahkluk rendahan seperti dia mendengarkan musik kita. Dia hanya bocah Qi Awekening 9. Sampah!" pekik Yu Xinyi, ekspresi kekesalan tampak di wajahnya.
"Adik Junior, kamu keterlaluan." Balas Ru Yi, matanya menatap ke arah Yu Xinyi.
Yu Xinyi memalingkan wajahnya, alisnya berkerut ke tengah. "Dia yang pergi, atau aku yang pergi."
Xu Yin tidak peduli dengan keduanya, karena musik sudah berhenti, ia pun melangkah pergi tanpa mengucapkan apapun.
Keesokan harinya. Hari pertandingan pun tiba.
Pelataran utama Sekte Tiangu dipenuhi oleh para peserta dan para Tetua dari kedua Sekte. Selain Sekte Gaogu sebagai peserta, Utusan dari seluruh sekte di negara Xuan juga turut hadir. Para Elit itu singgah di tebing-tebing tinggi di sekitar pelataran utama.
Xu Yin berdiri tenang di pinggir pelataran sebagai penonton bersama dengan ratusan Murid Luar yang memenuhi arena.
Sorak sorai memecah udara pagi ketika pertandingan pembuka dimulai oleh para murid inti. Ketimpangan sangat mencolok diantara dua Sekte besar di negara Xuan ini. Bagaimana tidak, Murid Inti yang paling kuat milik Sekte Gaogu berada di ranah Golden Core. Sementara Sekte Tiangu, Murid Inti yang paling kuat barada di ranah Qi Tempering tahap tengah.
“Tidak heran jika Sekte Gaogu berada di atas level Sekte Tiangu.”
“Ru Yi itu sangat cantik! Aku ingin menikahinya!”
“Murid inti itu, setara dengan Senior Xu Liang.”
Pertandingan demi pertandingan di lalui dengan kemenangan yang mudah bagi Murid Inti Sekte Gaogu, Ru Yi. Setelah Ru Yi selesai dengan membantai habis seluruh Murid Inti sekte Tiangu, ia duduk dengan anggun di tebing tinggi bersama Tetua dari Sekte Gaogu.
Sekarang giliran Murid Dalam yang akan menghibur para penonton, Tetua dan tamu undangan.
Yu Xinyi, sebagai murid terkuat, maju paling awal. Tidak ada Murid Dalam dari Sekte Tiangu yang berani maju untuk melawannya. Keheningan terjadi beberapa saat. Akhirnya, salah satu Tetua bertindak dengan cepat.
Dua nama diumumkan, dan para murid bersorak sorai kembali.
"Yu Xinyi dari Sekte Gaogu melawan... Li Fengzhi dari Sekte Tiangu!"
Li Fengzhi naik ke arena dengan langkah percaya diri. Ia adalah panutan dari bagi para Murid Dalam sekte Tiangu, sebuah keteguhan memancar jelas dari raut wajahnya. Auranya beriak lembut, saat ia maju ke depan.
Para Murid Dalam dan Murid Luar dari Sekte Tiangu segera bersorak memberi dukungan pada Li Fengzhi. Mereka yakin, bahwa keteguhan Li Fengzhi akan mengalahkan Yu Xinyi.
Di sisi lain, Yu Xinyi melayang turun perlahan seperti sekeping salju dingin. Matanya menatap Li Fengzhi tanpa emosi, dan sekejap kemudian, tekanan kuat menghantam udara sekitar, tahap awal Qi Tempering. Kekuatan yang sudah seharusnya mustahil untuk dikalahkan oleh Li Fengzhi.
"Jangan khawatir," ucap Yu Xinyi tenang, "Aku akan mengakhiri ini tanpa membuatmu terlalu malu."
Li Fengzhi tidak menjawab. Ia hanya menangkupkan tangan, memberi salam sopan, lalu bersiap dalam posisi bertahan.
Bendera kayu dijatuhkan. Pertandingan dimulai.
Dalam sekejap, Yu Xinyi melesat. Tubuhnya seperti kilat, tangan kirinya membentuk segel yang menciptakan lingkaran es tajam di udara. Li Fengzhi menghindar cepat, lalu membalas dengan 'Tendangan Ombak Tingkat Pertama'. Ombak itu menghantam tanah dan memicu ledakan energi yang menyapu arena.
Sorak-sorai bergemuruh. Tapi Yu Xinyi hanya tersenyum tipis.
"Menarik. Tapi terlalu lambat."
Tangannya bergerak cepat membentuk formasi segel. Puluhan tombak es muncul di udara dan melesat ke arah Li Fengzhi. Murid Tiangu itu menyilangkan tangan dan mengaktifkan teknik pertahanan ‘Perisai Batu Giok’, namun pertahanan itu hanya bertahan satu detik sebelum hancur berderak.
BRAAKKK!!
Li Fengzhi terpental keras, menghantam dinding arena, darah mengalir di sudut bibirnya.
Tetua sekte Tiangu segera menghampiri. "Cukup!"
Yu Xinyi segera mengakhiri mantra yang akan dia gunakan, lalu berhenti bergerak. Ia memandang sekeliling dan berkata dingin, "Apakah hanya seperti ini kemampuan Sekte Tiangu?"
Semuanya terdiam.
Xu Yin mengerutkan keningnya. Yang ia lihat saat ini, jelas bukanlah Lu Rei. Sahabatnya adalah sosok lembut pada yang lemah. Berbeda dengan Yu Xinyi, ia adalah tipe yang akan menindas mahkluk lemah tanpa ragu-ragu.
Karena tidak ada Murid Dalam yang berani maju, tawa Yu Xinyi semakin keras di tengah pelataran. Jelas, dia sangat meremehkan Sekte Tiangu. Para Tetua hanya bisa diam menahan malu.
"Mungkin, jka aku memakai teknik terlarang itu.. aku bisa mengalahkan gadis sombong ini." gumamnya dalam hati. Dengan tekad dan keyakinan, akhirnya, Xu Yin melayang dari pinggir pelataran menuju ke tengah pelataran.
"Tidak," katanya pelan. "Kesombonganmu ini sudah cukup!"
Yu Xinyi menoleh ke arah suara Xu Yin. Ekspresinya seperti menahan tawa. Lalu mengejek, "Kau pria semalam yang mengintip bermain musik. Kau cari mati ya?"
Murid-murid Sekte Tiangu saling pandang. Beberapa bahkan mulai mencibir.
"Apakah orang itu Murid Dalam?"
"Tidak. Dia bukan bagian dari Murid Dalam."
"Berani sekali dia."
"Dia gila."
"Cari mati?"
"Murid tidak tahu diri seperti dia harus ditendang dari sekte ini."
Namun para Tetua hanya diam dan saling memandang.
Xu Yin turun ke pelataran dengan ekspresi tenang.
Di sisi lain, Yu Xinyi berdiri dengan gaun perak berkilau, rambut panjang diikat pita giok merah, dan ekspresi meremehkan.
"Kau sungguh berani, anak muda," katanya, suaranya dingin dan menusuk. "Atau bodoh."
Xu Yin hanya menjawab dengan satu kalimat, pelan, hampir seperti bisikan, "Lihat sendiri nanti."
Bendera kayu dijatuhkan, pertarungan dimulai.
1 ton aja 1000 kilo. berton-ton, berapa ton?
Bukannya dia ke dunia itu setelah 2 tahun dari kecelakaan?
Kirain udah 19 tahunan.
Kalo nggak kan ada jeda waktu antara kecelakaan dan Xu Yin terisekai
pedang biasa bisa apa nggak? tergantung ilmu seseorang atau tergantung pedangnya?
mungkin padanan sapu terbang penyihir atau karpet terbang aladin. cerita2 benda terbang yg jadi kendaraan yang lebih kuno.