LDR KATANYA BERAT!!
Tapi tidak bagi Rion dan Rayna. Ini kisah mereka yang berusaha mempertahankan hubungannya apa pun masalah yang mereka hadapi.
Tapi bagaimana jika masa lalu yang menggangu hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
Malam semakin larut, tapi suara Rayna masih terdengar jernih dari seberang layar. Rion merebahkan tubuhnya di atas kasur, ponselnya digenggam erat dengan posisi layar menghadap ke wajahnya. Cahaya dari layar memantulkan sorot lembut di matanya, menampakkan tatapan hangat yang diberikan oleh Rayna.
Rion buru-buru menghubungi Rayna setelah membaca pesan yang diberikan oleh Rayna. Katanya, ia tak boleh mengunjungi Rayna di hari Minggu. Padahal sudah jadwalnya Rion untuk bertemu Rayna.
"Padahal aku kangen banget," gerutu Rayna sambil memeluk guling miliknya.
"Sama, padahal Ion juga udah pengen peluk kamu yang lama"
Rayna melembutkan tatapan matanya. "Maaf ya?"
Rion terdiam sejenak. "Ko minta maaf? Harusnya Rayna seneng dong mau main sama Ayah."
Rayna mengerucutkan bibirnya. "Tapi kita jadi gak bisa ketemuan. Padahal aku udah nunggu lama banget buat ketemu sama Ion," ucapnya dengan manja.
Jika saja Rayna berada di sampingnya, mungkin Rion akan mencubit pipi Rayna dengan gemas. Membuatnya meringis kesakitan.
"Tapi kamu seneng kan diajak jalan sama Ayah?" tanya Rion sambil terkekeh.
Rayna mengangguk singkat. "Seneng, tapi lebih seneng jalan sama Ion."
"Bagus loh bisa jalan sama Ayah—sama kak Raya juga."
"Tapi Ion sedih gak?" tanya Rayna.
"Sedih banget sayang."
"Nanti... kalo Ion gak ke sini, terus Ion ke mana? Gak jalan sama cewek lain kan?" Rayna bertanya sambil menunjuk Rion. Kedua matanya memicing curiga.
Rion tertawa geli. "Ya enggak dong sayang. Kan cewek Ion cuma Rayna aja, gak akan ada yang lain."
"Awas ya! Jangan macem-macem!"
"Iya cantik. Ion nanti main aja sama Faisal."
"Udah jam setengah dua belas, aku tidur duluan boleh gak?"
"Gak boleh," larang Rion bercanda.
Rayna tak mengatakan apa pun lagi. Tapi ekspresi dan tatapan matanya mudah dimengerti. Tatapan kesal dan tak terima.
"Iya cantik, tidur yang nyenyak ya. Ion temenin sampe tidur—besok masih kerja kan."
Udara dingin menyapa kulit—Rion masih terjaga setelah menghabiskan malam bersama Rayna. Sudah pukul satu pagi—dan Rion masih tak bisa memejamkan kedua matanya. Bukan karena pikiran yang menggangu, tapi karena ia harus menahan rindu.
Rion mematikan panggilan videonya tepat saat Rayna sudah terlelap dalam tidur. Sedangkan ia sendiri, ingin memejamkan mata saja rasanya tak bisa.
Rion menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan, pandangannya lurus memandang langit-langit kamar. "Hahhh.... lama lagi deh gua ketemu Rayna. Padahal gua mau ngajak dia lukis bareng."
Bukan berniat untuk kembali tidur—Rion memutuskan untuk bermain ponsel, membuka galeri yang terkunci dan menghapus sebagian besar foto di dalamnya.
Masa lalunya, kenangan lama, dan wanita favoritnya kini sudah tergantikan. Tak ada lagi Alice di hidupnya, mulai saat ini dan seterusnya. Dan seharusnya memang begitu sejak awal. Sejak ia mengenal Rayna tanpa sengaja dan memutuskan untuk menjadikannya kekasih hingga sekarang.
"Maaf ya sayang, aku bakal terus sayang sama kamu. Tapi Alice punya tempat sendiri di hati aku... sebagai sahabat yang pernah selalu ada."
Rion tersenyum, mengingat-ingat lagi masa lalunya dengan Alice. Masa sulitnya yang berhasil dilalui berkat bantuan Alice.
Saat itu tahun pertama Rion menjalani kehidupannya sebagai siswa SMA. Tahun yang seharusnya diisi oleh sesuatu yang menyenangkan, tapi tidak berlaku bagi Rion dan keluarganya.
Kedua orang tua Rion bercerai, dan Naura masih terlalu kecil untuk kehilangan sosok Ibu. Saat itu, Alice yang membantunya—memberikan dukungan dan semangat setiap harinya. Mengunjungi rumahnya dan memasak makanan kesukaannya.
Sikap dewasa yang ditunjukkan Alice yang akhirnya membuat Rion jatuh cinta kepadanya. Tapi sayang, Alice tak pernah benar-benar mencintai Rion. Ia hanya menganggap Rion sebagai sahabat—tidak lebih.
Tapi waktu tak bisa diputar kembali, semua yang terjadi hanya menjadi sebuah memori. Rion tak berniat mengulang dan memperbaikinya lagi. Hubungannya dengan Alice dan sosok dewasa di dalamnya harus berakhir—dan seharusnya sudah berakhir sejak lama.
terus ortua mereka jg blm d jelasin ya kk ?