NovelToon NovelToon
Istrinya Polisi?

Istrinya Polisi?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cinta Paksa / Beda Usia / Kehidupan Tentara / Slice of Life
Popularitas:439.9k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Aya tak pernah menyangka sebelumnya, sekalipun dalam mimpi. Jika kepindahannya ke kota kembang justru menyeretnya ke dalam kehidupan 'ibu merah jambu'.

Kejadian konyol malam itu, membawanya masuk ke dalam hubungan pernikahan bersama Ghifari yang merupakan seorang perwira muda di kepolisian. Suka duka, pengorbanan dan loyalitas menjadi ujian selanjutnya setelah sikap jutek Ghi yang menganggapnya pengganggu kecil.

Sanggupkah Aya melewati hari-hari yang penuh dedikasi, di usia muda?

~~~~~
"Kamu sendiri yang bilang kalau saya sudah mele cehkan kamu. Maka sebagai perwira, pantang bagi saya untuk menjadi pengecut. Kita akan menikah..."

- Al Ghifari Patiraja -

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28.Dalamnya luka

Aya dan om Yudis baru memasuki gerbang tol ketika hari belum memasuki waktu dzuhur.

"Ibukotanya bagian apa, bu?" tanya om Yudis ramah. Rambutnya pendek, klimis oleh pomade, pokoknya terkesan rapi ditambah kesan yang begitu maskulin menarik perhatian. Aya tarik kata-katanya, yang mengatakan jika sosok seorang aparat itu tak memiliki sisi ramah nan lembut, karena nyatanya itu hanya berlaku untuk Ghi, mungkin.

"Jaksel om."

Om Yudis terlihat mengangguk-angguk dengan senyuman, "oh anak jaksel nih ceritanya." Ia terkekeh akrab membuat Aya merasa nyaman berada dengannya. Jujur saja, awalnya ia sempat menjaga jarak melihat wajah garang om Yudis. Mungkin diantara para polisi, di mata Aya baru papa Sakti, om Wirya dan om Yudis yang terbukti secara klinis ramah untuk anak dan wanita.

"Iya. Kenapa, mau minta tanda tangan si bonge, om?" kelakar Aya yang dihadiahi tawa om Yudis juga, "ah ngapain...mendingan saya minta tanda tangan pak Sakti aja buat ngasih mandat tugas yang enak-enak."

Aya terkekeh tanpa suara, sembari pandangannya jatuh ke luar jendela mobil, pantas saja mobil terasa melaju melayang-layang, rupanya laju putaran ban mobil sudah mulai memasuki tol.

"Om sering ngawal papa pergi ke luar kota?" tanya Aya, diangguki om Yudis, "ya engga terlalu sering juga sih bu...kadang saya, tapi kadang juga anggota yang lain. Tapi saya sama bharatu Raka, dan bripda Wirya yang seringnya dimintai tolong bapak buat ngawal anggota keluarganya."

Aya mengangguk paham, bahkan pernah sekali, Aya lihat beberapa personel kepolisian mendatangi rumah terutama untuk bertemu dengan papa dan mama, mereka terlihat seperti sudah akrab. Macam, anak-anak angkat mama Rena dan papa Sakti.

Tak ada lagi yang Aya tanyakan saat itu, ia memilih membiarkan om Yudis menyetir dengan tenang sementara ia sendiri hanyut dalam buaian pemandangan sekitar tol yang kebetulan sekali berada diantara hamparan lukisan Tuhan, yaitu perbukitan dan persawahan.

Hingga rasa kantuk menyerang, tak bisa ia hindari. Perlahan, Aya menyenderkan punggung dan mencari posisi enak untuk kemudian tak lama ia terpejam.

Aya bergerak kecil. Merasa jika badannya ikut terguncang, ia lantas membuka matanya yang memerah karena tidur nyenyaknya.

Bunyi detakan lampu sen membantu Aya tersadar, jika mereka sudah sampai di ibukota dalam kondisi hujan. Bahkan, yang Aya lihat...kaca jendela mobil bagian depan sudah basah kuyup dengan wiper yang bergerak ke kanan dan ke kiri membersihkan pandangan bersamaan dengan suara rintik hujan membasahi jalanan.

"Hujan ya om?" ia celingukan.

"Eh, iya bu. Dari tadi malah..."

Aya mengusap wajahnya dan menggeliat kecil, "pantesan agak dingin. Tapi karena mulai adaptasi sama suhu kota kembang, datang kesini rasanya kok ya jadi gerah..."

Om Yudis tersenyum, "ini kita nanti kemana bu?"

Aya menjelaskan arah pulang, dan memberikan maps pada Yudis sebagai petunjuk jalan agar lebih mudah, tanpa perlu repot-repot berbusa menjelaskan.

Jalanan ini, Aya tak mengedip barang sedetik pun. Adalah jalanan yang biasa ia lalui setiap hari, setiap waktunya. Hm, kangen berat!

Ia menatap pos satpam, senyumnya terurai manakala melihat pak Untung tengah menaikan kakinya ke atas meja sambil senderan menonton sinema bollywood siang.

"Pak Untung!" teriak Aya membuka kaca jendela mobil, pria paruh baya itu menoleh mengenali suara Aya, "eh!! Neng Ay!" ia segera menghampiri.

"Bapak sehat?"

"Alhamdulillah, neng Ay kemana aja? Kata pak Rega, neng Ay pindah ke Bandoenk ya? Ya...sayang banget neng, padahal mah di sini juga masih banyak sekolah, kenapa mesti ke sono." ujarnya penuh sesal. Pun, dengan Aya yang mengangguk getir, "iya ya pak."

"Bapak, aku ke rumah dulu ya...bunda sama ayah ngga keluar kan?"

"Oh silahkan neng. Ada kayanya, soalnya saya belum liat mobil pak Rega keluar."

Om Yudis memberikan klaksonnya kemudian kembali melajukan mobilnya membuat pak Untung melihatnya menerka-nerka, "siapa ya? Omnya neng Aya kayanya."

**

"Itu om, yang catnya lemon." Tunjuk Aya diiyakan Yudis, "oh siap bu."

Mobil terparkir, dan om Yudis turun duluan dengan membawa sebuah payung demi memayungi Aya agar tak kehujanan.

Dari luar gerbang, Aya dapat memastikan jika apa yang dikatakan pak Untung benar, keluarganya itu sedang berada di rumah. Buktinya, mobil ayah terparkir cantik, begitupun dengan motor yang sering dipakai oleh siapapun penghuni termasuk dirinya. Aya tersenyum.

"Sini masuk, om." Aya membukakan pagarnya.

"Ibu masuk duluan, saya bawa barang bawaan bu Rena tadi." Ujar om Yudis disetujui Aya, barang bawaan mama Rena untuk bunda sekeluarga.

"Bunda! Assalamu'alaikum!" jerit Aya sembari mengetuk pintu. Ia juga memencet bel rumah.

Cukup lama, ia menunggu...hingga,

"Aya?" pintu terbuka menampakan wajah wanita yang sangat Aya rindukan.

"Bun..." Aya langsung memeluk bunda.

"Eh, kak Aya?" Ica ikut menyerbu.

"Sehat nak? Masuk-masuk...kamu sama siapa?" bunda celingukan ke arah belakang badan Aya, siapa tau nemu mantu gantengnya...

Namun harapan itu harus sirna saat tak lama om Yudis yang membawa oleh-oleh khas kota kembang datang membawa beberapa paper bag dan kresek.

"Eh, ya ampun. Masukin bang mobilnya..." pinta ayah ikut bergabung mendengar kehebohan Ica dan bunda di luar.

"Tumben banget weekend pada di rumah," ujar Aya masuk bersama bunda dan Ica.

"Hujan. Mau kemana, mending rebahan di rumah, capek." Jawab Ica.

Kedatangan Aya disambut dengan pelukan rindu bunda, Ica dan ayah. Bahkan kamar tamu disiapkan untuk om Yudis.

Tak mau melewatkan waktu singkatnya, Aya memberi kabar pada Kinan jika ia sedang berada di ibukota.

Aya melirik ponselnya, memberikan kabar pada mama Rena dan papa Sakti, jika ia sudah sampai di rumah dengan selamat. Bukan hanya Aya, melainkan om Yudis yang juga memberikan laporannya pada sang atasan.

Aya memandang profil whatsapp Ghi, ragu untuk mengabarinya. Toh, kepergiannya kesini memang untuk menghindari Ghi. Lantas Aya menggeleng, "biarin aja lah. Males gue..." ia memilih melempar ponselnya begitu saja. Rasanya perasaannya pada Ghi semakin berkurang seiring luka yang sering ditorehkan Ghi pada Aya.

\*\*\*

"Hay mojang Bandoenk! Ya Ampunnnn!" Kinan, bahkan gadis itu belum menginjak halaman rumah Aya, namun ia sudah heboh sejak dari luar pagar demi melihat Aya yang tengah berada di teras.

"Kinannnnn!" serunya, "

Masuk---masuk! Temen gue ya Allah, kasian amat ujan-ujanan."

Yap! Sore hari selepas kabar kedatangannya, Kinan langsung tancap gas melajukan sepeda motornya ke rumah Aya.

"Sistahhhh! Ya ampunnn! Berapa lama ya di Bandoenk, kok makin semoxxx sih?! Disana dikasih makan urea ya?" Kinan membuka jas hujannya dan menyerbu Aya.

Dari dalam, om Yudis yang mendengar kehebohan keduanya melirik apa yang terjadi.

"Hahahaha!" Aya dapat tertawa lepas saat Kinan datang, seperti baru saja menemukan separuh jiwanya yang hilang.

"Pantesan," gumam Ica memeriksa ke teras depan.

"Ada kak Kinan, bun..." jeritnya memberitahukan pada bunda.

"Ohhh," bunda beroh ria.

"Masuk yuk! Langsung ke kamar aja..." ajak Aya tetap setia merangkul Kinan begitupun dengan Kinan.

"Assalamu'alaikum bun----da! Ini anakmu yang hilang datang lagi!" jerit Kinan kembali memantik rasa bahagia Aya.

"Anak hilang apa anak ayam, Nan?" seloroh ayah. Ica tergelak pun dengan Ica dan bunda. Bahkan om Yudis yang tengah mengobrol dengan ayah ikut mengu lum senyumnya.

"Eh, ada siapa?" bisik Kinan ketika netranya tertumbuk pada sosok laki-laki lain, yang tengah bersama ayah Aya dan belum pernah ia lihat, ohhh...mungkin ayah Aya kedatangan tamu. Kinan segera mengatupkan mulutnya dan masuk dengan sopan.

"Misi ayah...om.." Kinan masuk mengekori Aya.

"Sehat Nan? Mentang-mentang Aya pindah jadi jarang main kesini..." ujar ayah yang memantik cengiran Kinan, "iya yah...sekolah kaya yang ngga ridho aku leha-leha, terus aja sibuk sama tugas.." jawabnya memancing Aya untuk mendorong kepala Kinan, "aku udah tobat, kamu malah masih begini-begini aja Nan..."

"Tobat apa? Tobat sambel?" tanya Kinan tak lepas dari canda tawa bersama Aya.

"Itu Kinan Yud, temennya Aya..." jelas ayah Rega.

Ghi memutuskan untuk segera pulang selepas melaksanakan misi yang memakan waktu, menguras emosi dan tenaga.

Berbagai tunjangan menanti bersama dengan keberhasilan ditangkapnya sang bos besar kartel nar koba di sebuah hotel berbintang yang ada di pulau Dewata. Kasus ini semakin meluas saat unit intelijen menemukan sederet bisnis ha ramnya, namun untuk hal itu sudah bukan ranah unit Marabunta lagi.

Terhitung, sudah hampir seharian mereka bergulat dengan ketangkasan, keuletan, ketepatan, kewaspadaan dan bertaruh nyawa.

Kepalanya cukup dibuat pening pagi ini, ia sama sekali belum istirahat dan mengalami jetlag, sampai-sampai, memutuskan untuk naik taksi online dan meninggalkan motornya di kesatuan.

Dilihatnya kondisi rumah yang sepi. Bahkan mama pun yang biasanya berada di teras kini tak nampak.

Aya mungkin sedang sekolah, dan ia akan memiliki cukup waktu untuk istirahat sejenak demi berbicara serius dengan Aya.

Ceklek...

"Ghi,"

"Ma," salimnya dengan wajah kusut.

"Beres kasus?" tanya papa rupanya ada disitu pula, hari ini rupanya papa berada di rumah.

Ghi mengangguk, "kalo sergap dan lumpuhkan sih target sesuai surat perintah. Tapi ngga tau ke depannya, diambil alih intel." Ia melengos masuk ke dalam kamarnya tanpa bertanya, kemudian mama mengekorinya.

"Aya ada kabarin jam berapa pulang, Ghi?"

Langkah Ghi terhenti dan menoleh pada mama, "pulang? Pulang sekolah? Biasanya jam setengah 2 kan?" tembaknya lagi.

Mama Rena cukup dibuat terkejut, karena nyatanya Aya tak memberitahu Ghi.

Mama menghampiri Ghi yang masih berwajah tenang lalu menatapnya serius, "kamu sama Aya kenapa?"

Wajah Ghi tetap tak memberikan reaksi berlebih, ia hanya sedang mengontrol perasaan yang saat ini sudah khawatir, "kenapa? Biasanya juga begini."

"Justru karena ini ngga biasa menurut mama, Ghi. Aya bilang dia bakalan kabarin kamu kalo dia pulang ke ibukota."

Ghi tersentak dengan itu, "ke Ibukota?"

"Aya dianter Yudis. Kamu beneran ngga tau, atau memang ngga mau tau? Jangan bilang, kamu nyakitin Aya, Ghi?" mama mulai terlihat lelah dan malas.

"Ayolah Ghi! Ngga bisa kamu tunjukan kepedulianmu sama istri kamu? Kenapa kamu terima buat nikahin Aya, kalo ujung-ujungnya bikin mama sama papa malu?!" cecar mama Rena lagi, ia lantas mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Aya, tak diangkat ia mencoba menghubungi Yudis.

Ghi, dalam deraan rasa lelah dan pusing harus kembali berpikir keras, ibukota, pulang, sedalam itu saya menyakiti kamu, Aya ?

.

.

.

.

1
oca rm
duh duh semoga langsung jadi baby twins
mama_im
puas banget up hari ini, thanx kak
Zayyin Arini Riza
Bang Ghi.... bahagia ya bersama Aya....
Zayyin Arini Riza
Serbue bang Ghi.... mumpung udah dapet lampu hijau.... gercep...
A... L*cy bangtan 💜
bnyak sayang dan trimksih buat teh sintaaa🥰😍😘... thanks pokoknya mah buat update nya ♥️👌🙏
Munji Atun
Makasih banyak" mbak Shin upnya banyak... banyak... banyak 😍 tp jgn end dulu ya lg manis"nya mereka kyk gulali didepan SD 😅pokoknya do'a terbaik utk mbak Shin smga sehat lancar rezekinya rumah tangga nya samawa berkah selalu
ok ditunggu lg up yg buaaaanyaak tetep semangat love you always🌺💞💖
Miko Celsy exs mika saja
ghi.........dikasih kesempatan gak mau menyianyiakan ya ghi....takut aya berubah pikiran ya
Elizabeth Zulfa
waaaahhhhh klo aya zg maju bisa heboh nich acara manteman nyang bang Gavin 🤣🤣🤣
octa❤️
sayang2 teh sin banyak2😘
Titiez Larasaty
bang ikan buka puasa gak bisa nahan begitu lampu hijau menyala🤣
Salim S
terima kasih teteh atas up nya hari ini love sekebon pokoknya...sering sering up nya banyak ya teh /Kiss//Kiss//Kiss/tp tetep aja kurang /Grievance//Grievance//Grievance/sehat selalu teh dan semangat...
🌸🌸mommy anak2..😉😉
oiya hatur nuhun thor up nya meuni loba pisan..smoga bnyk jg rizkina teteh outhor ya Allah..
dyah EkaPratiwi
bahagia selalu neng aya
Iccha Risa
aih neng kerenlah, boleh disebut kejutan ga, good neng geulis
D_wiwied
udah di ubun-ubun ya bang ikan, masa suruh nunggu lagi ya mana tahaaaan 😅😅🤣🤣🤣
YL89
aku pas buka mw bacanya mikir gn "seharian Dksh othor update buanyak bgt takut ujungnya pas baca END",,trnyata blm tp kyknya udh mendekati y Thor 😁
yuning
bang ikan makin lama makin sweet
pacarnya Habil😍😜
makasih lho kak udah up lagi... pokoknya seneng bngttttt.aya sama bang Ghi harus happy ending ya sampe PNY anak jg...kl perlu eps nya panjang gpp.ga akan bosen.smg kk author di kasih sehat dan smngt trs up nya lancar" jg rezeki nya..Aminnn🙏❤️🥰😍
ᶜᵃˡˡ ᴹᵉ ᴶⁱⁿᵍᵍᵃ😜
kali gercep,, ada notif pas lagi main hp🤭
Marliyanipratama
dan finally aku gk komen apa" mak karna sking seneng dan and then aku kasih kopi aja lah biar emak semakin lancar up nya aku tunggu lohhh akkhh pokok na mah seneng bnget lah😘😘😘😘😘😊😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!