"Pergi dari sini...aku tidak ingin melihat wajahmu di rumah ini!!! aku tidak sudi hidup bersama penipu sepertimu." Bentakan yang menggema hingga ke langit-langit kamar mampu membuat hati serta tubuh Thalia bergetar. sekuat tenaga gadis itu menahan air mata yang sudah tergenang di pelupuk mata.
Jika suami pada umumnya akan bahagia saat mendapati istrinya masih suci, berbeda dengan Rasya Putra Sanjaya, pria itu justru merasa tertipu. Ya, pernikahan mereka terjadi akibat kepergok tidur bersama dikamar hotel dan saat itu situasi dan kondisi seakan menggiring siapapun akan berpikir jika telah terjadi sesuatu pada Thalia hingga mau tak mau Rasya harus bersedia menikahi mantan kekasih dari abangnya tersebut, namun setelah beberapa bulan menikah dan mereka melakukan hubungan suami-istri saat itu Rasya mengetahui bahwa ternyata sang istri masih suci. Rasya yang paling benci dengan kebohongan tentu saja tidak terima, dan mengusir istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mirip Dengan ayahnya.
Belum sempat menjawab pertanyaan asisten pribadinya tiba-tiba sebuah mobil memasuki pelataran gedung perusahaan, dan Thalia nampak menghampiri mobil tersebut.
Dari gelagat pemilik mobil, Rasya bisa menebak jika mobil tersebut merupakan taksi online.
"Ayo jalan!!!." titah Rasya setelah menyaksikan Thalia sudah masuk ke dalam taksi online.
"Baik, tuan." mobil mewah yang dikendarai asisten pribadi Rasya pun mulai bergerak membelah jalanan kota S yang hampir sepi dengan lalu-lalang kendaraan.
Rasya nampak diam, namun kepalanya begitu berisik dengan berbagai macam pertanyaan tentang Thalia. Apakah benar wanita itu telah menikah lagi???? tapi jika itu benar, bukankah hal itu salah, sebab mereka masih terikat pernikahan yang sah di mata agama dan juga hukum negara.
Hampir semalaman Rasya tidak dapat memejamkan matanya, tak sabar menanti pagi menjelang.
*
Thalia terkejut sekaligus takut kala seseorang menarik tangannya menuju koridor gedung yang masih nampak sepi.
"Ada apa pak, kenapa anda membawaku ke sini???." setiap kali bertemu dengan Rasya, jantung Thalia seperti akan berhenti berdetak. Berbagai macam pikiran negatif yang bisa saja dilakukan Rasya jika mengetahui kebenaran bahwa bayi yang ada di dalam kandungannya adalah benih pria itu, menelusup ke dalam jiwa Thalia.
"Apa benar kau sudah menikah lagi????."
Thalia nampak diam saja, wanita itu masih bingung dengan pertanyaan Rasya.
"Jadi benar kau sudah menikah lagi." Rasya mengaggap diamnya Thalia berarti mengiyakan dugaannya, wanita itu sudah menikah lagi.
Rasya tersenyum dan senyuman pria itu justru terlihat menakutkan di mata Thalia.
"Di saat masih berstatus sebagai istriku kau sudah berani menikah lagi, bahkan kini tengah mengandung..." Thalia sampai memejamkan matanya ketika Rasya meninju tembok hingga tangan pria itu terluka.
Deg.
Pengakuan Rasya cukup mengejutkan Thalia, ternyata sampai detik ini Rasya belum menceraikan dirinya. Ya, Thalia berpikir setelah pria itu mengusirnya dari apartemen beberapa bulan yang lalu, Rasya akan segera menggugat cerai dirinya ke pengadilan, mengingat saat itu Rasya memiliki alasan yang cukup kuat untuk menceraikannya.
"Thalia..."
Riri yang secara tidak sengaja melintas di koridor gedung menyaksikan keberadaan sahabatnya itu bersama bos mereka.
Menyadari keberadaan Riri, Thalia pun mempergunakan kesempatan tersebut untuk mendorong da-da bidang Rasya hingga ia bisa lolos dari pria itu.
"Apa yang kalian lakukan di sini????." Riri menatap curiga.
"Tidak ada, Ri. Tadi tidak sengaja aku hampir terjatuh dan untungnya ada pak Rasya yang menolongku." Thalia terpaksa berdusta pada sahabatnya itu.
"Oh begitu." sepertinya Riri percaya dengan alasan Thalia.
"Ayo pergi dari sini. Permisi pak...." menunduk hormat pada Rasya, kemudian menarik tangan Riri untuk segera berlalu dari tempat itu.
Terima kasih kembali menyelamatkan ku, Ri. Thalia.
Sepertinya Riri sama sekali tidak menaruh curiga, buktinya gadis itu tidak lagi membahas tentang apa yang dilihatnya barusan. Kini keduanya tengah berada di dalam lift yang akan mengantarkan mereka ke lantai sepuluh, di mana ruangan mereka berada.
Di ruangan Pimpinan.
Rasya baru saja menjatuhkan bobotnya di kursi kebesarannya. Ia tidak menyangka tak kuasa mengendalikan diri hingga bersikap seperti tadi dihadapan Thalia.
*
Malam harinya.
Thalia baru saja berkonsultasi dengan dokter kandungannya. malam ini Thalia bahagia sekali, untuk pertama kalinya ia bisa menyaksikan wajah putranya dengan cukup jelas melalui pemeriksaan USG 4D. di tengah kebahagiaan Thalia, ada satu yang menjadi buah pikiran dari wanita itu, yakni wajah putranya yang sangat mirip dengan ayahnya. Bagaimana jika telah lahir nanti, Rasya pasti akan dengan mudahnya mengenali putranya ketika menyadari kemiripan diantara mereka, hal itulah yang terus mengganggu pikiran Thalia. Jujur, ada dua hal yang paling ditakutkan Thalia, yang pertama ia takut Rasya tidak mau menerima kehadiran putranya hingga tega melakukan hal buruk pada putranya. dan yang kedua, kalau pun Rasya menerima kehadiran putranya belum tentu pria itu akan menerima kehadiran dirinya sebagai istri, dan tidak menutup kemungkinan juga Rasya akan memisahkan dia dari putranya. membayangkannya saja sudah membuat da-da Thalia terasa sesak.
Untungnya malam ini Thalia tidak ditemani oleh Riri, jika sampai malam ini Riri ikut bersamanya, sahabatnya itu pasti akan dengan mudah mengetahui kebenaran jika ternyata ayah dari anaknya tak lain adalah pimpinan perusahaan tempat mereka bekerja.
Setibanya di kosan, Thalia melihat mobil milik Riri terparkir di depan dan pemiliknya tengah duduk di kursi depan kosan Thalia.
"Dari mana kamu malam-malam begini???." Riri memang selalu mempedulikan sahabatnya itu, hingga Thalia keluar rumah sebentar saja tanpa dirinya sudah membuat Riri terlihat begitu cemas.
"Aku habis dari swalayan untuk membeli susu." untungnya tadi Thalia sempat mampir sebentar ke swalayan untuk membeli susu khusus ibu hamil hingga Riri percaya begitu saja dengan alasannya. Thalia terpaksa tidak berterus terang pada sahabatnya itu karena ia belum siap jika Riri sampai melihat foto hasil USG yang menunjukkan wajah putranya. Walaupun masih berupa layar hitam putih namun Thalia yakin Riri akan dapat menebak siapa sebenarnya ayah dari putranya setelah melihat foto hasil USG putranya.
"Ayo masuk!!!." Thalia membuka pintu kosan dan mempersilahkan Riri masuk.
"Aku mau nginep di sini, bolehkan???." kata Riri sambil meraih remote tv, lalu menyalakan benda tersebut.
Thalia mengulum senyum. "Tumben, biasanya juga tidak pernah minta izin buat nginep."
Riri pun ikut tersenyum kikuk, sadar jika sikapnya memang sedikit aneh malam ini. Sebenarnya maksud dan tujuan dari kedatangan Riri malam ini ingin membahas tentang kehamilan Thalia yang sudah hampir memasuki usia sembilan bulan, namun sampai detik ini pula Thalia mengaku belum menyampaikan kabar tentang kehamilannya kepada suaminya.
Dengan nampan yang berisi dua gelas jus, Thalia muncul dari dapur.
"Minumlah selagi dingin!!."
"Thanks."
"Thalia...".
Seruan Riri mengalihkan perhatian Thalia dari layar kaca.
"Ada apa???." tanya Thalia. "Sepertinya kau ingin membicarakan hal penting." tebak Thalia kala melihat keseriusan di wajah Riri.
Sahabatnya itu mengangguk.
"Sebentar lagi usia kandunganmu hampir memasuki tiga puluh enam Minggu dan kamu masih belum menyampaikan kabar tentang kehamilan kamu ini pada suamimu. Aku percaya kau mampu menjadi singel mom untuk anak ini, tapi apa kamu tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan anak kamu nanti ketika dia tumbuh dewasa, ketika orang-orang akan mempertanyakan padanya tentang sosok ayahnya??? Apa kamu tidak pernah berpikir seperti apa beratnya beban yang akan ditanggung oleh keponakanku nanti saat dirinya dianggap tidak punya ayah oleh orang-orang disekitarnya????."
Nyes.
Hati Thalia nyeri membayangkan jika apa yang dikatakan Riri sampai benar-benar terjadi. Apakah dia akan sanggup melihat putranya menjadi bahan olokan, tentu saja jawabannya tidak.
Kedua bola mata Thalia mulai berkaca-kaca. "bagaimana jika kebenciannya padaku membuatnya ikut membenci anak yang lahir dari rahimku, Riri????."
Riri terdiam, tak mampu menjawab pertanyaan tersebut.
"Aku tidak yakin dia akan peduli dengan putraku, buktinya setelah melihat kondisiku, dia tidak menanyakan tentang kehamilanku."
"Jadi kau sudah pernah bertemu dengannya dalam kondisi hamil seperti ini???." pertanyaan Riri dijawab Thalia dengan anggukan kepala hingga membuat Riri kehabisan kata-kata dibuatnya.
gak sabar nunggu Rangga tau kalo bosnya itu suaminya Riri