NovelToon NovelToon
Since The Beginning In You

Since The Beginning In You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Kisah cinta masa kecil / Cinta Murni / Rebirth For Love / Idola sekolah
Popularitas:617
Nilai: 5
Nama Author: Xi Xin

Felyn Rosalie sangat jatuh cinta pada karya sastra, hampir setiap hari dia akan mampir ke toko buku untuk membeli novel dari penulis favoritnya. Awalnya hari-harinya biasa saja, sampai pada suatu hari Felyn berjumpa dengan seorang pria di toko buku itu. Mereka jadi dekat, namun ternyata itu bukanlah suatu pertemuan yang kebetulan. Selama SMA, Felyn tidak pernah tahu siapa saja teman di dalam kelasnya, karena hanya fokus pada novel yang ia baca. Memasuki ajaran baru kelas 11, Felyn baru menyadari ada teman sekelasnya yang dingin dan cuek seperti Morgan. Kesalahpahaman terus terjadi, tapi itu yang membuat mereka semakin dekat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xi Xin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Libur Lagi

Semua murid langsung bergegas masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi mereka. Tak lama kemudian, datanglah seorang guru masuk ke dalam kelas Felyn, guru itu adalah wali kelasnya.

"Duduk dan dengarkan!" tegur Bu Nita sambil menepuk meja dengan keras.

Suasana langsung hening karena Bu Nita yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas. Semua kebingungan karena mata pelajaran mereka sekarang adalah bahasa inggris, sedangkan wali kelas mereka mengajar mapel matematika.

Lah, napa buk Nita ke kelas coba?

Iya, kan mapel sekarang itu ... B.ingg?

Entah, tuh. Gak jelas.

Ada pengumuman kali? Ya, gak.

"Sudah-sudah! Jangan ada yang ribut lagi, ibu sudah berdiri di depan kelas." Tegas Bu Nita.

"Baiklah, karna suasana sudah hening, jadi ibu akan beritahu kalian sebuah PENGUMUMAN. Mohon didengarkan dengan baik!"

"Baik, Bu.

Bu Nita berjalan dengan santai ke barisan kedua, "Jadi, pengumumannya itu .... Kalian akan libur selama 4 hari kedepan, karena kakak kelas kalian ada ujian."

Yes, mantap.

Aseekkk, libur .... Liburr lagi!

Eh, iya aku dengar dari abangku kalau kita libur.

Eh, balik mabar game kita yok?!

Ayok, lah. Awas noob lagi ko! Wkwkwk

Saat keributan mulai lagi, ada siswa yang mengangkat tangannya, seperti ingin bertanya sesuatu.

Bu Nita langsung menanggapi, "Ya? Kamu mau nanya apa, Dika?"

"Bu, 4 hari itu berarti sampai hari jumat liburnya? Tanggung dong, bu."

"Ya, begitulah. Pokoknya kita masuk kembali ke sekolah pada hari SABTU. Jika kalian ada yang menambah libur lagi, Ibu akan kasih sanksi!"

Apalah, padahal tanggung cuyyy.

Iya, sekolah ini kadang gak jelas!

Yaudah, ngapain ko sekolah sini? Diam aja lah!

Sanksi? Udah kayak anak TK aja digituin, buk. Wkwkwk

Bu Nita kembali ke depan kelas, "Oke, udah ngerti informasinya kan? Sekarang juga sudah jam 10, kalian juga dipulangkan lebih cepat."

"Ibu tinggal, ya. Selamat pagi semuanya dan sampai jumpa hari sabtu!" Bu Nita berjalan keluar dari dalam kelas.

Saat buk Nita sudah pergi, semua anak di dalam kelas itu langsung berisik sekali. Yang tadinya hening seketika berubah menjadi kerumunan orang yang seperti di pasar.

Yeee, libooor! Yeee, tidurrr!

We, balekkk! Balekk semuanya!

Bising cukk. Kalau balek, balek aja lah gak usah bising!

Hanya Felyn dan Nadin yang sama sekali tidak beranjak dari kursi mereka. Seketika hening karena anak-anak kelas sudah keluar dari kelas, hanya tersisa mereka berdua di sana.

Kondisi kursi dan meja yang berantakan karena keributan tadi, membuat kelas menjadi tak seperti kelas, melainkan lebih bagus disebut kandang kambing.

Nadin menghampiri Felyn, "Fel, yuk balik! Udah, biarin aja kelas berantakan, entar kan dirapiin sama anak piket." ajaknya.

Felyn mengangguk sambil berdiri dari kursinya, "Ya, baiklah. Lebih baik kita langsung pulang!"

Mereka berdua pun langsung bergegas meninggalkan kelas yang kondisinya sedang berantakan itu.

Di tengah perjalanan menuju ke halte busway, Felyn mengingat kalau semalam dia berniat untuk pergi ke toko buku lagi. Ia pun mengatakan niatnya sambil berjalan kepada Nadin.

"Emm, Nadin."

"Ya, Fel. Kenapa?"

"Aku mau ke Gramelove dulu, kamu gpp kan kalau ....."

Nadin menggeleng, "Ah, gitu. Gpp kok, santai. Aku juga tahu hobi kamu emang ke sana."

Felyn tersenyum kecil, "Iya, nih. Semenjak SMP aku gak tahu kenapa hobiku berubah jadi kayak gini. Aneh banget kan?"

Mereka berhenti berjalan di halte busway yang sudah di depan mata, "Ya sudah, Fel. Kalau emang kamu mau ke Gramelove dulu, aku duluan ya!"

"Iya, aku lanjut jalan ya! Sampai jumpa," lambai Felyn lalu berbalik jalan yang mengarahkan toko buku tempat biasanya ia membeli buku.

Sesampainya di toko buku yang dimaksud, Felyn langsung masuk dan menelusuri berbagai rak buku yang ada di dalam sana. Tidak seperti biasanya, di toko itu sekarang sangat ramai sekali dengan anak yang masih memakai seragam sekolah. Felyn sesekali memperhatikan, dia sungguh tak nyaman jika bertemu dengan anak yang satu sekolah dengannya, apalagi anak yang sekelas.

"Untung aja gak ada yang satu sekolah, kalau gak...bisa jadi bahan topik hari sabtu lagi," batin Felyn sambil berjalan mencari buku.

Ia mencari sebuah buku yang bergenre action. Biasanya ia akan mencari buku dengan nuansa romantis dan kisah cinta, tetapi tampaknya ia akan menelusuri buku yang bergenre lain.

Felyn melihat bagian samping dari buku-buku itu sambil menunjukkan satu per satu, "Zombie, i'm coming! Zombie, i'm coming! Zombie, i'm coming! Ishh, mana sih bukunya?!" Ia terlihat kesal.

"Bukannya kemarin masih ada di rak sini! Apa aku salah tempat?" gumam Felyn. Ia melihat ke atas, ada sebuah gantungan yang bertuliskan 'Novel fiksi genre action, thriller, misteri, dll'.

"Ah, gak salah tuh! Udah bener, tapi mana coba bukunya? Gak mungkin ngilang, kan?"

Sudah sekitar 5 menit, Felyn masih mencari buku yang akan ia beli itu. "Zombie, i'm coming! ..... Zombie ...." Telunjuknya terhenti, ucapannya juga terhenti, yang artinya ia sudah menemukan buku itu.

Pada saat Felyn mengambil buku tersebut, secara bersamaan ada sebuah tangan yang juga mengambil buku itu. Karena penasaran, ia langsung berbalik dan melihat siapa orang yang berani mengambil buku itu.

"Hei, kalau ngambil buku itu tunggu sampai saya ngam .... bil, dong?" Ia terkejut.

Ternyata orang yang mengambil buku itu adalah ..... Wira. "Ah, maaf. Saya gak terlalu merhatiin tadi, abis saya terlalu tinggi," sindir Wira pada Felyn yang terlihat pendek saat berdiri di dekatnya.

Felyn merasa jengkel, wajahnya di tekuk. "Gak usah sok gak liat deh! Kalau emang modus ya gitu, alay!"

"Eh, saya gak ada niat mau modusin kamu tuh. Toh, saya juga udah minta maaf karena gak sengaja."

Felyn tak tahan dengan orang yang ia anggap sebagai laki-laki modus terhadap wanita. Ia mengepal kedua tangannya, berusaha menahan emosi yang sudah hampir meledak di kepalanya.

"Huuuufhh, sabar! Sabar, Fel! Orang waras ngalah," batinnya sambil mengelus dada.

Wira menahan senyumannya. Karena kesal, Felyn mengambil buku yang baru dan segera pergi meninggalkan Wira yang membuatnya kesal.

Felyn pergi ke kasir untuk membayar buku yang ia ingin beli. Tidak seperti kemarin, Wira tak mengikuti jejaknya untuk pergi ke kasir, ia tidak terlihat lagi setelah mereka bertemu tadi.

"Biarin aja, kan bagus kalau dia gak modus lagi," batin Felyn sambil menoleh ke belakang.

"Ini, Kak. Bukunya, ya." Penjaga kasir memberinya buku yang sudah dibayar.

Felyn mengambil buku itu sambil memperhatikan sekitar, ia masih berhati-hati jika nanti Wira tiba-tiba saja datang dan menghampirinya lagi.

Beberapa detik melihat situasi, Felyn merasa Wira tidak akan muncul lagi di depannya, ia memutuskan untuk secepatnya keluar dari toko buku itu, "Daripada nanti dia datang lagi, mending gue langsung pergi aja," batinnya sambil berjalan cepat.

Felyn berjalan dengan langkah panjang supaya ia cepat tiba di halte busway, dirinya sangat takut jika Wira menghampirinya dan membuat keributan lagi dengannya. Baginya ke toko buku itu adalah pilihan yang tepat dan pilihan yang buruk sekarang, karena Wira yang muncul tiba-tiba setiap kali ia ke toko itu, ia tidak bisa tenang lagi.

"Awas aja kalau berani nyamperin sampe ke sini, gue habisin lo!" ancamnya sambil berjalan.

Setibanya di halte busway, banyak orang yang sedang menunggu di sana, tidak seperti biasanya. Felyn merasa ada yang aneh dengan hal itu, karena dia kan sudah sering menunggu di halte itu. "Aneh, kenapa tiba-tiba hari ini rame coba? Biasanya gak tuh."

Walau ia merasa tak nyaman dengan keramaian itu, tapi mau bagaimana lagi, ia tidak punya pilihan lain karena tidak ada halte busway lain yang berada di sekitar sana. Felyn duduk di kursi tunggu yang ada di halte itu sambil memperhatikan orang-orang yang ada di sekitarnya, bisa dilihat dirinya sangat tidak terbiasa dalam keramaian seperti itu.

"Ah, yang bener aja nih. Gue gak bisa kalau terlalu rame banget, pusing kepala gue," batinnya.

Tiba-tiba rintik demi rintik dari langit turun membasahi jalan. Felyn kembali berdiri dan menadahkan tangannya ke langit, ternyata hujan turun. Saat ia sedang menikmati air hujan yang ada di tangannya, busway yang ia tunggu akhirnya datang juga, semua langsung bergegas naik dan ada sebagian yang keluar dari bus itu.

Mereka tidak peduli lagi dengan hujan, tetapi Felyn tidak bisa seperti itu karena ia akan mudah sakit saat terkena air hujan. Ia berdiri sambil menatap busway yang ada di depan matanya itu, ada seseorang pria yang menyuruhnya untuk cepat masuk ke dalam bus atau ia akan ditinggal pergi.

"Hei, Nak. Cepat masuk ke sini, kenapa masih diam saja di sana? Kau tidak ingin pulang?" tanya pria itu.

Felyn menggeleng ragu, "S-saya .... Ingin pulang, Pak. Tapi, saya ...."

".... Dia menunggu payung dari saya," jawab Wira yang tiba-tiba datang dengan payung yang sedang ia pakai dan satu payung lagi sedang ia genggam.

Felyn terkejut, tak bisa berkata-kata. Sedangkan Wira tersenyum lebar sambil memberikan payung yang dia bawa untuk Felyn, tetapi Felyn tetap diam saja sambil menatap bingung kepada Wira.

"Oh, nunggu pacarnya, ya? Cepat, bus nya udah mau berangkat nih, lagi hujan juga." ucap pria itu sambil tersenyum. Ia mengira kalau Felyn dan Wira adalah sepasang kekasih yang sedang menunggu.

"A-aku .... Kenapa lo ke sini coba? Gak ada urusannya juga," ketus Felyn.

Wira menodongkan payung yang ia genggam di depan Felyn, "Udah, bahas itu nanti aja napa sih? Kenapa selalu salah paham sama saya, saya gak ada niat jahat loh."

"Sekarang ambil payungnya, entar pasti perlu pas keluar dari bus. Gak usah dibalikin juga gpp kok, yang penting kamu gak kebasahan aja." lanjut Wira dengan lembut, "Udah ditungguin tuh, entar ditinggal. Cepat masuk bus!"

Felyn memperhatikan payung yang ingin diberikan padanya, ia juga berkali-kali melirik busway yang masih menunggunya. Dengan berat hati, dia merasa ragu menerima kebaikan dari Wira itu. Felyn menggenggam payung itu di tangannya sambil menatap sinis pada Wira, tetapi laki-laki itu tetap bersikap ramah padanya.

Tanpa mengatakan apapun, Felyn langsung bergegas masuk ke dalam busway dan menghiraukan Wira begitu saja tanpa mengucapkan basa-basi untuk kebaikan yang sudah ia lakukan untuknya.

Setelah Felyn masuk ke dalam bus, busway itu langsung berjalan meninggalkan halte itu. Felyn langsung duduk di kursi penumpang yang ada di dekat jendela, ia masih bisa melihat Wira yang masih diam memperhatikannya dari luar sana, tetapi ia berusaha tidak peduli.

"Walau kamu bersikap kasar padaku, tapi aku akan tetap menjagamu sebisaku, Felyn Rosalie." batin Wira.

Setelah busway tidak terlihat lagi, Wira baru bergegas pergi meninggalkan halte busway itu. Ia berjalan dengan langkah tenang ditengah derasnya hujan, tangan kanannya dengan kuat menggenggam tangkai payung yang ia pakai. Tatapan kedua matanya juga tak berpaling dari jalan yang ada di depannya.

Sementara dengan Felyn, ia membuka tas nya dan mencari sebuah tisu untuk membersihkan air hujan yang ada di rambutnya. Dia masih merasa heran dan kesal dengan Wira yang bersikap sangat aneh, padahal mereka tidak saling mengenal.

"Aih, kenapa pria aneh itu datang lagi?! Dia ingin melakukan apa sih sebenernya? Kenapa tidak jelas gitu." batinnya sambil membersihkan rambutnya menggunakan tisu.

"Lo kira gue bisa dibodohi kayak gitu? Ah, gue yakin pasti lo pengen gue tergantung sama lo terus berharap gitu? Sorry bro, sumpah! Gue bukan kayak cewek yang lain," gumamnya panjang lebar.

Karena sibuk memikirkan Wira yang terus membuatnya kesal, Felyn jadi lupa dengan kondisi novel yang baru saja ia beli tadi. "Oh, iya. Hampir aja lupa, untung udah gue masukin duluan di tas, kalau gak hancur nih buku." Dia memperhatikan semua sisi dari buku itu untuk memastikan buku itu masih baik-baik saja.

"Gue heran, kenapa gue harus ketemu dia tiap kali ke toko itu sih? Kayak penguntit aja tuh orang, apa jangan-jangan emang iya lagi?! Ish, amit-amit!" batinnya. Felyn mulai memikirkan hal-hal yang buruk terhadap Wira yang sama sekali tidak seperti apa yang ia lihat.

Setelah beberapa menit perjalanan, busway berhenti di halte bus yang ada di daerah komplek tempat Felyn tinggal. Tidak mau hujannya semakin deras, ia pun segera turun dari bus dengan memakai payung yang diberikan oleh Wira padanya tadi. Walau kadang ia masih suka memikirkan tentang maksud Wira memberikannya payung karena apa, tetapi ia tetap berjalan dan memakai payung itu sampai ia tiba di rumahnya. Setelah itu ia tidak membahas tentang Wira dan payung itu lagi.

BERSAMBUNG .....

1
SISIN [Snow Fuyu]
Kisah cinta remaja yang tidak biasa
SISIN [Snow Fuyu]
Yuk mampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!