NovelToon NovelToon
GADIS CANTIK MILIK PRIA TAMPAN

GADIS CANTIK MILIK PRIA TAMPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Romansa Fantasi / Selingkuh / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kekasih misterius
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nameila

Catherine Zevanya Robert Wilson. Gadis dengan sejuta pesona, kecantikan, kekayaan, dan kekuasaan yang membuatnya menjadi idola semua orang.
Gadis yang memiliki hidup sempurna penuh dengan cinta, tapi dibalik kesempurnaan ada luka besar di dalam hatinya. Gadis yang dielu-elukan kecantikannya itu memiliki kisah cinta yang hancur, kesetiaannya dinodai oleh pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Catherine memiliki sisi misterius yang pemikirannya tidak bisa dijangkau orang lain. Bukan Catherine namanya jika dia diam saja menerima takdir kejam seperti itu, tanpa mengotori tangannya ia akan menghancurkan para pengkhianat.
Untuk menyembuhkan luka hatinya, Catherine memilih kembali ke tempat kelahirannya guna memulai hidup baru. Lalu, apakah Catherine akan memiliki kisah cinta baru?
"Balas dendam terbaik adalah dengan melihat kehancuranmu."
"Jangan jatuh cinta padaku, itu menyakitkan."
"Catherine, sepertinya aku tertarik padamu."
"Aku siap menunggu kamu jatuh cinta padaku."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nameila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teman Lama

Catherine berdiri di balkon kamarnya, sinar matahari menyoroti kamar melalui sela-sela jendela. Ia menatap pemandangan luar, ia memandangi taman di bawah kamarnya yang mulai ditumbuhi bunga-bunga.

Catherine duduk termenung, ia diam tidak bisa berkata-kata. Dia tadi tidak sengaja melihat timeline berita tentang Artur dan Liona, hanya dalam semalam berita itu sudah menyebar keberbagai penjuru.

Ada rasa kelegaan dihati Catherine, rasa sakit hatinya sedikit terobati dengan pembalasan dendam yang dilakukan Kakaknya. Leo memang tidak tanggung-tanggung, karir Artur langsung hancur dan berimbas pada perusahaan keluarganya.

Catherine sebenarnya tidak tega melihat orangtua Artur yang kembali mengalami kebangkrutan, tapi ia juga tidak bisa melakukan apa-apa, jika ia membantu mereka sekali lagi, sudah dipastikan keluarga Wilson tidak tinggal diam.

Begitupun yang terjadi pada Liona, dia yang baru memulai karir langsung dihempaskan begitu saja. Dia mungkin sangat hancur sekarang, apalagi ketika beritanya tersebar, bagaimana tanggapan keluarga angkatnya nanti?

Catherine tahu betul bagaimana keluarga Lubis yang sangat menjaga nama baik keluarganya, entah apa yang terjadi sekarang pada mereka.

Sebut saja Catherine jahat, karena ia membiarkan Leo membuat karir dan hidup orang lain hancur. Tapi bukankah ini sepadan dengan apa yang dialaminya?

Mereka yang mulai berkhianat dan memanfaatkan kebaikan Catherine. Mereka yang telah menyakiti hati dan membohonginya selama ini. Dia tidak akan berbelas kasih lagi, sudah cukup ia bersikap baik dan tulus pada mereka.

Catherine menghembuskan nafasnya, ia sudah bertekad memulai kembali hidup di Indonesia bersama keluarganya. Dia akan menjadi dirinya sendiri sekarang.

Catherine bangkit dari duduknya, ia menguncir rambutnya asal. Ia masuk ke dalam walk in closet, ia memilih pakaian yang cocok untuknya.

Catherine berdiri menghadap cermin, ia menatap dirinya dengan teliti. Senyum manis mengembang di bibirnya, wajahnya yang cantik tampak ceria lagi sekarang.

"Mari memulai hidup baru Catherine." Gumamnya.

Catherine keluar dari kamarnya, ia melangkah dengan anggun menuju ruang keluarga. Jam menunjukkan pukul 9 pagi, sekarang orangtuanya pasti sedang berkumpul di sana.

Catherine melihat ke arah ruang keluarga. Bibirnya terangkat, benar tebakannya. Sekarang Sania dan Robyn sedang bersantai menikmati camilan dan teh, dengan televisi yang menyala menyiarkan berita, tidak lupa koran yang sudah terbuka lebar di atas meja.

Catherine berlari mendekati mereka, ia langsung duduk ditengah-tengah. "Selamat pagi Mommy Daddy." Ia mencium pipi kedua orangtuanya.

"Selamat pagi juga kesayangan Mommy Daddy." Ucap mereka serempak.

Catherine tersenyum lebar, ia menganggukkan kepalanya lucu. Sania dan Robyn saling pandang, sepertinya suasana hati putrinya kembali baik tidak seperti kemarin.

"Ada apa sayang? Kamu kelihatan seneng banget." Tanya Robyn penasaran.

Catherine menoleh ke arah Robyn. "Catherine nanti siang diajak makan es krim sama Bang Deon."

Sania terkekeh pelan. "Jadi gara-gara es krim kamu seneng gini?" Tanyanya.

Catherine mengangguk dengan semangat, ia sudah merindukan sensasi dingin es krim yang mencair di mulutnya. Ia sudah berencana makan banyak es krim nanti.

Sania mengelus lembut rambut Catherine, "Mommy seneng kalo kamu bahagia kaya gini Sayang, tenang rasanya. Mommy gak mau lihat kamu sedih-sedih terus. Kamu harus bahagia, lupain semua masalalu kamu yang menyakitkan itu."

"Mommy..."

Sania menggenggam tangan Catherine. "Udah, kamu gak perlu jelasin apapun lagi. kita udah tahu semuanya. Lupain mereka, sekarang mereka sudah mendapatkan karmanya. Kamu pantas bahagia, dan Mommy seneng kamu udah mulai ceria lagi, tetap seperti ini ya Sayang?"

Mata Catherine berkaca-kaca. "Iya Mommy." Ia memeluk Sania dari samping. Rasanya sangat nyaman berada di pelukan Sania, pelukan yang selalu ia rindukan.

Robyn yang melihat istri dan anaknya saling berpelukan pun tersenyum senang. Ia bersyukur melihat Catherine yang mulai ceria kembali. Ia senang istrinya tidak murung lagi memikirkan keadaan putri mereka.

"Kenapa cuma Mommy yang dipeluk, Daddy gak dipeluk juga Sayang?" Tanya Robyn dengan nada sedihnya.

"Sini Daddy." Catherine meraih tangan Robyn dan memeluknya.

"Catherine kangen dipeluk Mommy sama Daddy begini. Kalo dulu kangen kalian cuma bisa meluk Opa sama Oma."

Robyn dan Sania tersenyum haru mendengar ucapan Catherine. Ya! Inilah mereka, putri kesayangannya mereka yang selalu bersikap manja dan ceria.

Catherine adalah putri satu-satunya di keluarga Wilson, sudah pasti mereka sangat memanjakan dan menyayanginya.

"Kalian seperti Teletubbies." Ucap seseorang yang melihat Catherine masih berpelukan dengan Sania dan Robyn.

Mendengar suara itu, mereka menoleh ke arah sumber suara. Di sana terlihat Deon yang sedang melangkah mendekati mereka dengan tangan bersedekap.

"Ck pengganggu." Lirih Robyn, ia melirik sinis pada Deon.

Deon duduk di hadapan mereka, menatap penuh heran. Kenapa Robyn menatapnya sinis, emang apa kesalahannya?

Catherine melepaskan pelukannya, ia berdiri dan duduk di samping Deon. "Abang kita jadi pergi kan?" Ucap Catherine dengan binar dimatanya.

Deon menatap lembut Catherine. "Jadi Sayang, Abang tadi nyariin kamu di kamar gak ada, ternyata di sini."

Catherine nyengir lucu. "Maaf Abang."

Deon mengusap lembut rambut Catherine, "Gapapa, Catherine mau pergi sekarang apa nanti?"

"Sekarang!! Ayo Abang! Catherine pengen makan es krim banget." Antusias Catherine menggoyangkan lengan kekar milik Deon.

Deon terkekeh gemas. "Iya Princess kita pergi sekarang."

"Mommy, Daddy Catherine pergi dulu sama Abang." Ia melambaikan tangannya, dan pergi mendahului Deon menuju garasi mobil.

"Dia sangat antusias." Gumam Robyn. Ia terkekeh kecil melihat Catherine.

"Deon berangkat." Ucap Deon bangkit dari duduknya.

"Hati-hati Sayang, jangan ngebut-ngebut." Ucap Sania.

"Yes Mommy." Jawab Deon lembut.

Robyn menatap kesal Deon. "Jaga Princess baik-baik, awas kalo ada lecet." Ucapnya.

Deon melirik sekilas Robyn. "Hmm." Jawabnya singkat.

Deon langsung pergi menyusul Catherine yang sudah menunggunya di garasi mobil.

Robyn menatap kepergiannya dengan wajah tidak terima. "Honey lihat anakmu itu, dingin sekali padaku. Entah mirip siapa sifat keras dan dinginnya itu." Adunya pada Sania.

Sania hanya menggelengkan kepalanya, apakah Robyn tidak sadar jika dia juga sama saja seperti Deon.

"Mirip sepertimu." Ucap Sania dengan enteng, kemudian pergi meninggalkan Robyn sendirian dengan wajah melasnya.

"Honey, kau tega sekali!!" Ucap Robyn dengan nada dramatis. Sania terkekeh mendengar teriakan Robyn.

...----------------...

"Abang Deon harus cobain rasa ini, enak tau. Catherine udah pernah nyoba waktu di New Zealand." Ucapnya dengan semangat, ia sedang melihat-lihat daftar menu es krim gelato.

Deon mengangguk. "Catherine pilih aja buat Abang." Ucap Deon.

"Oke Abang!! Percayakan semua ini pada Catherine." Ucapnya dengan nada bangga. Deon tertawa kecil, ia mengacak pelan rambut adiknya dengan gemas.

Pesanan Catherine sudah dibuat, saat ini dia dan Deon duduk di lantai atas bagian outdoor. Ia sengaja memilih outdoor agar leluasa melihat pemandangan luar.

"Gimana Abang? Enak kan?" Tanya Catherine.

"Enak princess." Pilihan Catherine memang selalu enak.

"Apa Catherine bilang." Ucapnya.

Catherine sengaja memesankan Panna Cotta pada Deon, ia ingin Abangnya mencoba varian baru.

Deon mengacungkan satu jempolnya, sedangkan tangan kanannya menyuapkan es krim ke dalam mulutnya. "Adek Abang emang paling best!!"

Catherine tertawa senang, ia jarang bertemu dengan Deon. Apalagi saat ia sekolah di New Zealand, dan Kakaknya kuliah di Indonesia. Jadi sekarang ia senang bisa menghabiskan waktu bersama sang Kakak.

"Abang Catherine mau ke kamar mandi dulu ya." Dia merasa tangannya lengket terkena eskrim, ia ingin mencuci tangan sebentar.

Catherine memasuki kamar mandi, ia menuju wastafel dan melihat ke arah cermin. "Ahh ternyata wajahku belepotan, kenapa Bang Deon gak bilang sih." Gerutunya.

Seorang gadis keluar dari bilik kamar mandi dengan wajah masam. "Gak lagi deh makan pedes, kapok gue. Sumpah." Gerutunya pelan.

Catherine mendengar samar suara gadis itu, ia melihat sekilas dari cermin. Kemudian ia kembali mencuci tangannya.

Gadis itu berjalan menuju wastafel, langkahnya terhenti saat melihat pantulan wajah seseorang dari cermin yang familiar berdiri di wastafel. Mata gadis itu membulat sempurna, ia mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan wajah orang itu.

"Catherine?! Is that you??" Ucapnya.

Catherine yang mendengar namanya disebut pun menoleh ke belakang, ia sedikit mengernyit. "Rania??!!" Ucapnya memastikan.

Gadis itupun melangkah cepat mendekat, ia menatap intens wajahnya. "Oh My God!! Ini beneran Lo Catherine??? Gue gak mimpi kan??"

Catherine mengangguk, ia masih sedikit terkejut melihat teman masa kecilnya di sini.

Rania memegang tangan Catherine dan menggoyangkannya dengan heboh. "Aaaa Cath!!! Gue kangen banget sama Lo."

Catherine tertawa kecil, ia memeluk Rania. "Aku juga kangen sama kamu Ran."

"Lo kok gak ada kabar sih, Lo juga ga bilang kalo udah balik ke Indo." Rania berkaca-kaca, ia sangat merindukan teman masa kecilnya ini.

Catherine melepaskan pelukannya. "Maafin aku ya, aku juga dadakan pulangnya."

"Kabar kamu gimana Rania?" Tanya Catherine.

"Huaaaaa gue gak bisa hidup tanpa Lo! Tiga tahun rasanya hampa banget gak ada Lo Catherine. Tega banget sih Lo ninggalin gue, mana susah banget lagi dihubungi." Rania merengek padanya.

"Sorry.. sekarang aku udah balik ke Indo. Aku tinggal di sini lagi." Jawabnya menenangkan Rania.

"Seriously?! Lo gak bohong kan? Gue gak mau ya nanti Lo tiba-tiba pergi lagi. Gue kesepian tanpa Lo tau! Berat banget hidup gue." Keluh Rania.

"Iya Rania aku serius." Catherine senang bisa bertemu dengan Rania lagi setelah sekian lama.

"Aaa my baby bunny kesayangan udah balik. Gue pengen nangis tapi takut makeup gue luntur. Huaaaaa." Ucap Rania dengan heboh.

"Bisa kepikiran gitu?" Ia menggelengkan kepalanya melihat tingkah Rania.

Rania menghentikan rengekannya. "Lo dateng ke sini sama siapa?"

Catherine tersentak kecil, ia lupa tadi pamit ke kamar mandi sebentar pada Deon. Pasti sekarang Abangnya sedang menunggunya lama.

"Aku sama Bang Deon tadi. Kamu sendiri?"

"Biasa sama Diky." Setelah mengucapkan itu, Rania menepuk dahinya pelan.

"Mampus! Pasti nih bocah marah-marah gue tinggal lama. Mana dia gue tinggalin di kasir terus dompetnya gue bawa lagi." Ucapnya.

Catherine menganga mendengar itu. "Astaga Rania, bisa-bisanya kamu ninggalin Diky di kasir gitu aja." Ucapnya heran melihat kelakuan temannya ini.

Rania meringis. "Gue mules banget tadi, yaudah gue langsung lari ke kamar mandi."

"Yaudah ayok keluar, kamu temuin si Diky. Kasian dia pasti nunggu lama. Aku juga udah ditungguin sama Bang Deon." Ajak Catherine.

Rania mengangguk setuju. "Ayok deh!"

...----------------...

Deon menatap jam tangannya dengan gelisah, sudah tiga puluh menit Catherine pergi ke kamar mandi tapi belum juga kembali.

"Catherine kok lama." Gumamnya pelan.

"Apa gue susul aja ya?" Tanya Deon pada dirinya sendiri.

Deon berpikir sejenak, ia masih tidak tenang. Ia menoleh ke belakang, melihat ke arah lorong kamar mandi yang sepi.

Deon mengambil ponselnya disaku lalu menghubungi Catherine tapi tidak ada jawaban.

Deon bangkit dari duduknya, ia berbalik berjalan menuju kamar mandi. Langkahnya terhenti ketika melihat Catherine yang keluar dari kamar mandi, ia menghembuskan nafasnya lega.

Deon mengernyit melihatnya Catherine keluar tidak sendirian, ia bersama seorang gadis. Dia melihatnya dengan teliti, ia seperti tidak asing dengan gadis itu. Matanya mengikuti setiap langkah sang adik dan gadis itu yang menuju kasir.

"Nah itu Diky!" Ucap Rania menunjuk pada seorang lelaki bertopi sedang memainkan ponselnya dengan raut wajah masam.

Catherine melongo melihat Diky. "Dia sudah bertambah tinggi." Gumamnya.

"Emang! Gue gak rela dia lebih tinggi dari gue. Sebagai kakak, harga diri gue terinjak gara-gara tinggi badan." Gerutu Rania.

"Udah samperin sana. Kayanya dia udah kesel." Ucap Catherine.

Rania menggandeng tangan Catherine membawanya menuju Diky. "Oi bocah!" Panggilnya.

Diky menoleh dengan cepat mendengar suara kakaknya. "Lo lama bang-" ucapannya terhenti ketika matanya menatap Catherine yang tersenyum manis padanya.

"Ya sorry, gue mules-" Ucapan Rania terpotong ketika Diky mendorongnya ke samping dan mendekati Catherine.

"Bangsat Lo Dik!" Ucap Rania tidak terima.

Diky masih menatap Catherine dengan intens. "Hallo Diky, apa kabar?" Sapa Catherine pada akhirnya.

Mata Diky berbinar cerah, tangannya memegang pundaknya. "Kakak cantik?"

Kakak cantik adalah panggilan Diky padanya, sejak kecil ia suka ikut bermain dengan Catherine dan Rania.

Diky kecil selalu menempel padanya, bahkan ia akan menangis ketika Catherine pulang.

Kesedihan Diky berlanjut saat tahu dia pergi ke New Zealand dan sekolah di sana. Ia seperti kehilangan semangat hidupnya, tapi sekarang Catherine Kakak cantiknya ada di sini, di hadapannya.

"Kakak cantik kapan pulangnya? Kok gak ada kabar. Aku kangen banget sama Kakak." Tanya Diky .

Rania memutarkan bola matanya malas. "Tapi Catherine gak kangen sama Lo!" Ucapnya sinis.

"Diem Lo!" Sentak Diky

Rania melotot tidak terima. "Bocah kurang ajar, maju sini Lo!" Ucapnya sambil menggulung lengan bajunya.

Catherine tertawa geli. "Udah, kenapa kalian malah jadi ribut gini sih."

"Dia duluan yang mulai. Masa gue didorong, untung gak jatuh." Ujar Rania kesal.

Diky menatap Kakaknya acuh. "Ck. Pengadu."

Rania semakin melotot pada Diky. Adiknya ini memang paling bisa membuatnya emosi.

Catherine hanya bisa tertawa melihat tingkah mereka, tidak ada yang berubah. Mereka selalu meributkan hal-hal kecil seperti ini.

Diky mengalihkan tatapannya pada Catherine, ia tersenyum senang bertemu kakak cantiknya lagi. Diky maju dan memeluk tubuhnya erat.

"Kangen kakak cantik." Ucapnya.

Diky tersenyum senang bisa memeluk kembali Catherine, pelukannya masih terasa sama seperti dulu.

Catherine tersenyum tipis, ia mengacak pelan rambut Diky. Dari dulu adik Rania memang dekat dengan dia, hingga ia menganggapnya seperti adiknya sendiri.

"Lepaskan pelukanmu dari adikku bocah sialan!" Teriak seseorang dengan nada dingin.

...****************...

1
Anita Rahayu
Luar biasa
Mabel
Gak terasa waktu lewat begitu cepat saat baca cerita ini, terima kasih author!
🌹Yuukidarkness🥀✨
Gak nyangka!
swaggy
Bagus banget! Aku jadi kangen sama tokoh-tokohnya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!