Di desa penggarit, hiduplah seorang Tuan Muda bernama galih yang terbuang dari keluarganya sendiri karena fitnah dari kakak dan adiknya sendiri
Suatu hari, galih bertemu dengan satu ekor monyet putih yang terjebak di akar akar pohon di gunung pangrango.
galih tidak mengetahui bahwa monyet itu adalah sebenarnya sosok jin khodam yang menjelma menjadi monyet.
Namun, hubungan antara galih dan condromowo tidaklah sederhana. Mereka harus menghadapi berbagai macam tantangan dan bahaya yang mengancam desa mereka. Mereka juga harus menghadapi kebenaran tentang masa lalu galih dan kekuatan yang sebenarnya dimilikinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
fauziah
Bu dina menatap netra galih, dari tatapanya seperti menahan amarah semakin lama bu dina menatap netra galih, samar samar terlihat muka kera yang sedang menyeringai ke arahnya. menunjukan gigi gigi taringnya. Bu dina tersentak kaget tetapi ia pura pura tenang.
"Apa itu tadi, ah paling cuman halusinasi." ucap bu dina dalam hati.
Orang orang di sana menatap bu dina dengan tatapan tidak suka, karena di tatap seperti itu bu dina berlalu pergi.
Bu dina terus teringat seringai wajah kera tersebut, seringai tersebut terus terngiang ngiang di ingatanya seolah sangat melekat di otaknya.
Orang orang di depan rumah kontrakan galih mulai bubar kini tinggal galih, dan tukang bangunan.
"Pesenanya turunin di mana mas?"
"Taruh di situ aja mas." tunjuk galih pada halaman depan yang cukup luas.
Tukang bangunan tersebut memanggil temanya yang ada di mobil pick up, mereka mulai bekerja menurunkan pesanan galih mulai dari semen, pasir hingga batako.
Galih memandangi dua orang bekerja, galih membuka aplikasi berwarna orane dan membeli alat alat untuk memelihara ikan nila, dan lele seperti pompa aerasi. galih juga membeli beberapa pelet galih membeli itu semua lewat online.
Setelah beberapa menit menurunkan pesanan galih, mereka akhirnya selesai.
Galih langsung membayar sisa pembayaran, dan tidak lupa menadatangani setelah mereka pergi galih mulai berfikir untuk membangun kolam di sebelas mana, setelah lama berfikir galih memutuskan membuat kolam di samping rumahnya, dekat dengan jendela kamarnya agar mudah di pantau.
Galih mulai bekerja membuat kolam. galih mengaduk semen, dan pasir membuat adonan.
"Buat apa bang?" tanya anjas yang tiba tiba datang.Galih melirik anjas.
"Kalau datang biasain salam njas."
"Hehe, iya bang maaf lupa."
Anjas mundur beberapa langkah lalu
"Assalamualaikum."
"Walaikumsalam."
"Gitu dong. mau apa kesini jas." tanya galih
"Tadinya sih mau main aja bang mumpung hari Sabtu, tapi liat abang sibuk jadi pengin bantuin, emangnya mau buat apa bang?" tanya anjas.
"Mau buat kolam ikan njas, kamu mau bantuin, silahkan ini kamu aduk." ucap galih sambil menyodorkan cangkul.
"Siappp."
Galih bisa dengan mudah membuat kolam ikan karena, ia sering melihat orang bekerja membangun rumah, waktu itu galih hanya melihat orang bekerja sekarang galih yang bekerja.
Setelah beberapa menit mengaduk semen dan pasir, anjas dan galih kemudian menyusun batako membentuk kolam yang cukup besar.
Waktu berjalan cepat, setelah berjam jam membuat kolam ikan akhirnya sore hari galih dan anjas telah menyelesaikan dua kolam. dan sore itu juga pesanan online galih datang.
Saat ini galih sedang duduk selonjor, sambil makan gorengan, galih memandangi kolam buatanya bersama anjas rasanya kerja keras ia tidak sia sia melihat dua kolam ikan yang cukup besar di samping galih juga ada anjas.
Tiba tiba pandangan galih teralihkan pada fauziah, yang tiba tiba datang galih tidak mennyangka fauziah yang terlihat masih muda, ternyata umurnya hampir kepala empat walaupun sudah mengetahui umur fauziah galih terus memandangi fauziah tanpa berkedip.Entah mimpi apa semalam galih di hampiri oleh fauziah.
"Assalamualaikum." ucap fauziah
"Walaikumsalam." jawab galih dan anjas
"Ini mas bebek bakar." ucap fauziah sambil menyerahkan plastik kresek hitam.
"Makasih mbak."
"Kolam ini mas sendiri yang buat?" tanya fauziah.
"Ga kok mba, di bantu sama anjas."
Anjas tersenyum ke arah fauziah, dan di balas oleh fauziah.
"Maaf mbak......" galih ingin bertanya tetapi di potong Oleh fauziah.
"Ga usah panggil mbak, panggil fauziah aja." ucap fauziah
"Maaf zah, saya mau tanya hal yang sedikit pribadi sama kamu."
"Pasti nanya umur saya kan mas." tanya fauziah.
"Kok kamu tau."
"Tebakan yang beruntung." ucap fauziah sambil tersenyum.
Galih melihat senyuman manis fauziah ia begitu kagum walaupun fauziah sering di hina perawan tua, tetapi hinaan itu seperti angin lalu dan fauziah masih bisa tersenyum.
Kamu sering di hina tapi kamu masih bisa senyum "kamu benar benar wanita tangguh zah aku ga bisa bayangan kalau aku yang ada di posisi kamu, pasti aku Sudah sangat putus asa." ucap galih
Fauziah tersenyum tipis.
"Kita tidak bisa menggunakan kedua tangan kita untuk membungkam mulut orang lain. tapi kita bisa menggunakan kedua tangan kita untuk menutup telinga kita, kita ga perlu dengar apa kata orang lain. iya kan jas." ucap fauziah.
"Bener seratus persen." ucap anjas
Lagi lagi galih di buat Kagum oleh fauziah, ternyata banyak orang yang hidupnya lebih Miris darinya sepeti anjas, dan fauziah.
"Ya udah mas galih, anjas saya permisi dulu udah mau maghrib."
"Assalamualaikum."
"Walaikumsalam." jawab galih dan anjas secara bersamaan.
"Kasian yah bang mbak fauziah, aku sering liat dia di hina sama orang orang, gara gara gak nikah nikah." ucap anjas
"Emangnya kenapa fauziah ga nikah nikah?" tanya galih.
"Mbak fauziah itu setelah kehilangan ayahnya masa mudahnya hanya fokus kerja bang, dia yang jadi tulang punggung keluarganya menghidupi adik dan ibunya. Hingga akhirnya umur mbak fauziah udah tiga puluh enam, ga ada yang mau deketin mbak fauziah mbak fauziah juga udah minder buat deketin cowok karena faktor umurnya."
"Kamu tau dari mana jas?" tanya galih
"Mbak fauziah sendiri pernah curhat sama aku bang, Kita ini sama. sama sama di pandang rendah oleh masyarakat." ucap anjas.
"Ga, kamu sama fauziah dan kita semua itu sama derajatnya di mata tuhan. yang membedakan hanya iman kita kamu jangan berkecil hati, sekolah yang rajin tunjukan pada mereka bahwa kamu bisa sukses." ucap galih sambil menepuk nepuk pundak anjas memberikan semangat.
Anjas tersenyum.
"Kayanya mbak fauziah suka deh sama abang, buktinya dia ga malu sama sekali ngomong sama abang."
Galih langsung berhenti menepuk nepuk pundak anjas.
Galih ingin menyahuti ucapan anjas, tetapi langsung di potong.
"Abang pasti suka juga kan, sama mbak fauziah, anjas udah tau bang dari tatapan abang, udah langsung nikahin aja bang kalau abang malu ngomongnya biar anjas yang ngomongin." ucap anjas sambil nyengir.
"Kamu kira ngajak orang nikah kaya orang ngajak main futsal. nikah itu hal sakral sekali seumur hidup ga boleh sembarangan."
"Bener kan abang suka sama mbak fauziah."
Galih salah tingkah mendengar pertanyaan anjas.
"Yah mukanya merah."
"Udahlah kamu ga pulang?" tanya galih mengalihkan pembicaraan.
"Ga lah bang, nginep di sini boleh ga bang? di rumah sepi ga ada siapa siapa?" ucap anjas.
"Boleh kamu boleh pake baju abang, tapi jangan celana dalemnya kamu ga boleh make celana dalam abang."
"Lah siapa juga yang mau bang, ogah."