NovelToon NovelToon
Langit Dan Samudra

Langit Dan Samudra

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Anak Yatim Piatu / Beda Usia / Teman lama bertemu kembali / Pengawal / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:562
Nilai: 5
Nama Author: Na_1411

Kisah cinta antara dua anak manusia yang di pisahkan jarak dan waktu, kehidupan yang keras dan penuh dengan manipulasi membuat mereka saling terpisah satu sama lain. Akankah Samudra dan langit akan bersatu…? Jika penasaran dengan ceritanya, baca novel ini ya…? Jangan lupa tinggalkan komentar dan like nya, karena dengan like dan komentar kalian bisa menambah semangatku untuk melanjutkan cerita selanjutnya, salam hangat…

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Langit sakit.

Sudah hampir satu bulan aku tinggal bersama rudi, dan sekarang aku sudah bekerja menjadi cleaning servis di sebuah perusahaan besar. Gaji yang tidak begitu besar dan pendidikan ku yang hanya lulusan SMA, membuat aku menerima pekerjaan sebagai tukang bersih bersih di perusahaan tersebut.

Aku sangat bersyukur bertemu dengan orang orang yang sangat baik di perusahaan tersebut, apalagi dengan para kaum hawa yang selalu baik memberikanmu sebagian bekal makan siang untukku.

“Sam, malam minggu nanti kamu akan jalan kemana.” Tanya putri salah satu staf yang bekerja di bagian cleaning servis juga sepertiku.

“Aku mau pulang ke rumah.” Jawabku singkat, sengaja aku bersikap dingin ke semua staf wanita. Karena aku tidak ingin membuka hati ku, yang ada di pikiranku saat hanya ingin membahagiakan

Langit dan ingin membawanya tinggal bersamaku.

“Oh… sebenarnya, anak anak ngajakin jalan. Mereka suruh aku ajak kamu sekalian, tapi malah kamu mau pulang ke rumah. Ya sudah aku sendirian aja deh kalau gitu.”

Aku hanya melirik melihat putri yang tampak kecewa dengan jawaban yang aku berikan, aku tahu jika putri hanya beralasan. Dan aku bisa merasakan jika putri mempunyai rasa untuk aku, bukannya sok kepedan, tapi memang kenyataannya.

Berulang kali dia selalu membuatkan bekal khusus untuk aku, dan selalu membantu pekerjaanku tanpa aku minta. Dan dari itulah aku sadar jika dia menaruh hati untukku, jadi lebih baik aku memilih bersikap dingin dan hanya menerima kebaikan dari para staf wanita tanpa mau membalas ajakkan mereka.

Hari ini aku akan pulang ke panti dengan mengendarai motor yang baru saja aku beli dari gaji yang aku dapat kemarin, dengan gaji yang pas pasan aku hanya bisa menggambil kredit motor dengan cicilan lima tahun. Tapi aku sangat bersyukur bisa membeli motor dengan jerih payah dan keringat ku sendiri, dengan hati hati aku menjalankan motor matic milikku menuju ke arah panti muara kasih bunda. Entah kenapa jantungku rasanya sangat berdegup kencang membayangkan akan menjumpai langit, adik yang sangat aku rindukan selama ini.

Aku bersenandung menyanyikan musik ke sukaan ku di dalam perjalanan, tanpa terasa aku sudah sampai di depan panti asuhan tempat di mana aku di besarkan selama ini.

Ku standarkan motor matic ku, segera aku masuk kedalam panti. Tampak adik adikku yang tadi bermain menghampiriku dengan berlari kencang, aku rentangkan kedua tanganku menyambut kedatangan mereka sambil berjongkok.

“Kak samudra…” teriak mereka menghampiriku, tampak senyum cerah menghiasi wajah wajah lugu mereka.

“Apa kabar kalian, baik baik saja kan.” Tanyaku menatap mereka.

“Kami baik kak,” jawab mereka kompak, aku serahkan bungkusan kantong plastik hitam besar yang berada di tanganku, sebelum datang ke panti aku sengaja membelikan beberapa snack untuk mereka. Aku tahu jika bu asih tidak memperkenankan mereka makan snack buatan pabrik, dengan alasan banyak mengandung micin. Tapi menurutku tidak apa apa, jika hanya sekali atau dua kali memakannya.

“Terima kasih kak.” Jawab mereka antusias sambil membawa bungkusan yang aku berikan, aku berdiri dan mencari keberadaan langit yang entah kemana.

Ku langkahkan kakiku mantap menuju ke kamar milik langit, tampak pintu kamar langit sedikit terbuka. Tanpa menunggu lama aku masuk ke dalam kamarnya, aku lihat dia berbaring sambil menutup seluruh tubuhnya dengan selimut yang terlihat sudah usang.

Ku belai rambut panjangnya, dan betapa terkejutnya saat aku menyentuh dahinya terasa begitu sangat panas. Segera aku sibakkan selimut yang tadi dia pakai, dan membangunkan langit yang sudah terlihat sangat pucat.

“Lala… bangun la, ini kak sam datang. La… bangun…” aku panik melihat langit yang tak kunjung bangun, dengan segera aku pergi dan berlari menuju ke teras belakang. Aku melihat bu asih dan mbak ira yang sedang akan meracik lauk untuk sarapan besuk, dengan panik aku memanggil bu asih yang sedang mencucuri sayur di wastafel.

“Bu, langit sakit badannya panas sekali.” Aku lihat bu asih sangat terkejut melihat kedatangan ku, sedangkan mbak ira menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Mereka melihatku dengan tatapan penuh dengan linangan air mata, aku terdiam melihat reaksi berlebihan mereka.

“Kamu pulang samudra.” Ucap bu asih yang tiba tiba berjalan tergesa dan memelukku.

“Iya bu, samudra pulang.” Jawabku lirih, aku jadi terdiam terpaku merasakan tangisan bu asih di pelukanku.

“Langit sakit sudah satu minggu ini, dia tidak mau makan. Dia menunggu kedatangan kamu sam, dia selalu menghitung hari dimana kamu akan pulang ke sini.”

Ucap mbak ira sambil menatapku dengan linangan air mata, hatiku benar benar sakit mendengar ucapan mbak ira. Langit sakit gara gara aku, dia sakit gara gara aku tidak segera datang ke panti.

Bu asih segera melepaskan pelukannya, dia menepuk kedua pundakku dengan kedua tangan yang sudah terlihat berkeriput.

“Aku lupa memberikan langit obat, sebentar aku ambilkan dan kamu paksa dia buat minum obat.” Bu asih berjalan cepat menuju ke ruang tengah, aku lihat dia menggambil obat di sebuah kotak yang bertuliskan kotak obat. Dengan segera aku mengambilnya, dan saat aku akan melangkah menuju ke kamar langit. Mbak ira menghentikan langkahku dan menyerahkan sepiring nasi dan juga satu botol minuman untuk langit.

“Paksa dia makan sam, dari tadi pagi dia tidak mau makan.” Aku segera mengambilnya dan masuk ke dalam kamar langit, aku lihat langit masih tertidur dengan begitu nyenyaknya. Terpaksa aku harus bangunkan anak bandel ini dengan sedikit keras, ku pencet hidung mancungnya dan ku paksa di untuk duduk bersandar di kepala ranjang.

Aku lihat langsir akan membuka matanya, dia mungkin sangat terganggu karena ulah ku saat ini. Dengan perlahan dia membuka matanya dan menatapku, aku melihat kembali mata indah milik langit yang selalu aku rindukan.

“Kak sam, benarkah ini kamu. Aku tidak berhalusinasi kan…?” Aku mendengar suaranya yang terdengar lemas, aku mencoba tersenyum dan mengangukan kepalaku lemah. Sejujurnya di dalam hati, aku sangat ingin menangis melihat keadaan langit yang begitu sangat menyedihkan.

“Iya ini aku, samudra kakak kamu.” Lirih ku menjawab pertanyaan langit, dengan tiba tiba langit memeluk tubuhku. Dia menangis sesenggukan di pelukanku, akupun membalas pelukannya dengan erat. Ku usap rambut panjangnya dengan sayang, aku sangat tersiksa jika melihat langit menangis seperti sekarang ini.

“Maaf lala, kak langit terlambat datang ke panti. Kamu pasti sudah menunggu kakak, kamu pasti kesal sama kakak.” Lirik menyalahkan diriku sendiri, aku merasakan langit menggelengkan kepalanya.

“Tidak apa apa kak, yang terpenting kak sam sudah ada di sini. Kak… langit kangen sama kakak, langit rindu sama kakak.”

Mendengar ucapan langit rasanya hatiku sangat berbunga bunga, ternyata tidak hanya aku yang merindukannya, tapi dia juga sangat merindukan ku sampai jatuh sakit seperti ini.

Aku melepaskan pelukanku, dan menatap wajah satunya. Dia tersenyum sangat manis sambil menundukkan kepalanya, ku angkat dagunya dengan pelan.

“Kamu belum makan kata mbak ira, sekarang kakak suapin kamu. Setelah itu minum obat, jika besuk kamu sembuh. Kakak ajak kamu jalan jalan, gimana…?” Aku lihat langit tersenyum senang mendengar ucapanku, segera dia menggambil makanan yang ada di piring dan memakannya sampai habis. Aku yang awalnya ingin menyuapinya menjadi urung, karena langit yang dengan cepat menghabiskan makanan tersebut.

Terlihat piring yang sudah tampak kosong dan bersih tak tersisa, segera aku serahkan obat yang di berikan bu asih tadi. Aku serahkan obat itu ke depan langit dan memaksanya untuk meminumnya, pada awalnya langit akan menolak tapi dengan segala pemaksaan akhirnya dia mau meminum obat pemberianku.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!