NovelToon NovelToon
Aku Pergi Membawa Benih Yang Kau Benci

Aku Pergi Membawa Benih Yang Kau Benci

Status: tamat
Genre:CEO / Lari Saat Hamil / Single Mom / Obsesi / Ibu Mertua Kejam / Menikah dengan Kerabat Mantan / Tamat
Popularitas:432.5k
Nilai: 4.9
Nama Author: Rere ernie

Dalam diamnya luka, Alina memilih pergi.

Saat menikah satu tahun lalu, ia dicintai atau ia pikir begitu. Namun cinta Rama berubah dingin saat sebuah dua garis merah muncul di test pack-nya. Alih-alih bahagia, pria yang dulu mengucap janji setia malah memintanya menggugurkan bayi itu.

"Gugurkan! Aku belum siap jadi Ayah." Tatapan Rama dipenuhi kebencian saat melihat dua garis merah di test pack.

Hancur, Alina pun pergi membawa benih yang dibenci suaminya. Tanpa jejak, tanpa pamit. Ia melahirkan seorang anak lelaki di kota asing, membesarkannya dengan air mata dan harapan agar suatu hari anak itu tahu jika ia lahir dari cinta, bukan dari kebencian.

Namun takdir tak pernah benar-benar membiarkan masa lalu terkubur. Lima tahun kemudian, mereka kembali dipertemukan.

Saat mata Rama bertemu dengan mata kecil yang begitu mirip dengan nya, akhirnya Rama meyakini jika anak itu adalah anaknya. Rahasia masa lalu pun mulai terungkap...

Tapi, akankah Alina mampu memaafkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter - 31.

Gendis masih berdiri kaku di ambang pintu, tubuhnya bergetar halus, dan air matanya menggantung di pelupuk mata nyaris jatuh namun tertahan oleh sisa-sisa harga diri yang mencoba ia jaga.

“Astagfirullah, Nduk… nyebut!” Suara Bu Laksmi memecah keheningan. Rupanya sang ibu mengikuti Gendis dari belakang, merasa ada yang ganjil saat putrinya keluar membawa bayinya.

Gendis tidak menoleh pada sang Ibu, ia menatap Rama yang masih duduk di dalam rumah. Matanya sembab, tapi sorotnya penuh luka yang tak bisa dihapus.

“Mas… aku kira Mas Rama punya perasaan padaku. Waktu aku hamil besar, Mas sering pegang perutku… terus bilang, ‘Nak, mau om Rama jadi papa kamu?'" Suaranya lirih, nyaris tenggelam oleh angin sore yang berembus pelan.

Gendis menarik nafas untuk meredakan emosi nya. “Awalnya aku pikir, itu cuma candaan. Tapi Mas selalu ada saat aku butuhkan, selalu muncul ketika aku rapuh... lalu aku simpan semua ucapan Mas dalam hati.”

Rama tercekat, kata-kata sanggahan yang tadi hendak ia ucapkan menguap. Lidahnya kelu, seolah dunia menahannya untuk membela diri.

Gendis menunduk, bahunya berguncang pelan. “Mas Rama sudah memberi harapan padaku… harapan yang nyatanya cuma semu.”

Nyonya Ayunda yang ikut menyaksikan hanya bisa menghela nafas panjang, mencoba meredakan suasana yang semakin menegang. “Duh, nggak baik wanita baru melahirkan menangis begitu… takutnya kena baby blues…”

Tanpa banyak bicara, Rama bangkit dari duduknya. Ia menoleh pada Bu Laksmi. “Buk… boleh dedeknya digendong dulu? Saya ingin bicara berdua dengan Mbak Gendis.”

Bu Laksmi hanya mengangguk lirih sambil menyambut bayi perempuan itu dari pelukan putrinya. “Maaf ya, Le. Sejak kamu pamit, tiba-tiba Gendis jadi gelisah.”

“Saya paham, Buk.” Rama menatap bayi itu sejenak sebelum kembali menatap Gendis. “Dan saya tahu… saya punya andil kenapa Mbak Gendis bisa seperti ini.”

Kini hanya mereka berdua di teras rumah yang diterangi cahaya sinar matahari sore. Tapi dari balik pintu, Viola diam-diam menguping saking penasarannya.

Rama mengulurkan sapu tangannya, Gendis menerimanya dengan tangan gemetar. Ia menghapus air mata yang akhirnya jatuh juga, menjadi saksi retaknya perasaan yang ia simpan diam-diam.

“Aku minta maaf… kalau sikapku selama ini membuatmu salah paham, Ndis.” Untuk pertama kalinya, Rama berbicara tanpa jarak. Tak ada lagi embel-embel 'Mbak' yang selama ini menjadi batas formalitas di antara mereka.

Gendis menggeleng pelan. “Aku nggak nyalahin Mas Rama… tapi apa aku salah kalau berharap?”

“Tidak, kamu nggak salah. Akulah yang seharusnya menjelaskan sejak awal…”

Rama menarik nafas dalam, seolah butuh kekuatan untuk mengucapkan sesuatu yang selama ini ia simpan.

“Semua yang kulakukan selama kamu hamil… perhatian, kebaikan, itu bukan karena aku mempunyai rasa padamu. Tapi karena aku sedang… menebus dosa masa lalu. Dulu, aku punya istri dan aku pernah jadi lelaki bodoh yang meragukan anak yang dikandungnya. Aku terhasut, dan aku menyuruhnya menggugurkan… tapi dia wanita kuat, Ndis. Dia menggugat cerai dan pergi dariku. Lima tahun kemudian, kami bertemu lagi. Dan saat semua kebenaran terbongkar… ternyata anak itu benar-benar anakku.”

Suara Rama pecah di ujung kalimatnya, Gendis tak berkata-kata. Ia diam, namun wajahnya perlahan menegang.

“Aku pikir… saat aku dipertemukan denganmu, Tuhan memberiku kesempatan untuk menebus semua penyesalan itu. Lewat kamu… lewat anak yang kamu kandung. Aku bisa menebus waktu-waktu yang aku lewatkan dulu, saat aku tak ada untuknya... disaat mantan istriku membutuhkan ku.“

Gendis mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dadanya sesak, seolah dunia menghimpiitnya tanpa ampun.

“Aku paham... Mas pernah bilang, Mas sedang kabur dari bayang-bayang masa lalu. Dan kalau jiwa Mas sudah sembuh, Mas akan pergi. Jadi, ini maksudnya?” lirihnya pelan.

Rama mengangguk dengan tegas. “Ya.”

Satu kata itu, begitu tegas... begitu menghantam.

Gendis tercekat, ternyata… semua hanya kesalahpahaman. Dia hanyalah tempat singgah sementara bagi Rama yang sedang berziarah dalam luka-lukanya sendiri.

Perlahan, Gendis bangkit dari kursi. Kakinya lemas, namun ia tetap berdiri. Meski tubuhnya gemetar, sorot matanya kini tenang.

“Aku mengerti, Mas.” Suaranya pelan tapi tajam. “Maaf… tadi aku terlalu terbawa perasaan dan membuat suasana jadi tak nyaman. Semoga perjalanan pulang Mas lancar… dan aku doakan, semoga Mas mendapat jodoh yang lebih baik. Yang tak harus menjadi tempat penebusan siapa-siapa.”

Jleb!

Tiba-tiba hati Rama terasa tertussuk.

Gendis menoleh ke arah ibunya. “Buk… ayo pulang.”

Tanpa menunggu, Gendis melangkah lebih dulu meninggalkan halaman rumah dengan langkah gontai. Ia tak menoleh lagi ke belakang, ke arah Rama yang sedang menatap punggungnya. Namun dari sorot matanya, luka itu begitu nyata. Hatinya robeekk, sekali lagi. Kali ini bukan karena Galang, tapi karena harapan baru yang ternyata palsu sejak awal.

Dan semuanya… menyakitkan.

Rama hanya bisa menatap punggung wanita yang baru saja melahirkan itu. Punggung yang beberapa bulan ini tampak kuat setelah hantaman badai pengkhianatan dan perceraian, kini kembali terlihat rapuh.

Ia tak tahu, apakah ia melakukan yang benar… atau justru kembali menjadi pengecut yang menyembunyikan luka, lalu melukai hati yang lain.

Viola menahan nafasnya dalam-dalam di balik pintu. Detik-detik terasa membeku, seolah udara pun menolak bergerak. Perlahan ia membalikkan tubuh, menatap wajah-wajah tegang yang menunggunya di dalam. Dengan suara bergetar namun jelas, Viola mulai menceritakan apa yang baru saja didengarnya.

Setelah mendengar nya, Alina sontak berdiri. Ia melangkah tegas menuju teras, di mana Rama masih terduduk diam seperti patung. Pandangannya kosong, seakan seluruh beban dunia bersandar di pundaknya.

Alina berhenti tepat di hadapan pria itu. Hening sejenak, sebelum suara dingin dan tajamnya menembus udara.

“Mas... Sekali lagi, kau melukai hati seorang wanita.”

Kalimat itu tidak meledak, tapi menghantam keras. Suaranya tenang, namun setiap katanya seperti belaati tajaam.

Wajah Rama meredup, ia menunduk lalu kelopak matanya terpejam rapat seolah mencoba menghindar dari kenyataan yang menampar. Tapi tidak ada tempat lagi untuk lari, tidak dari kebenaran yang sudah telanjur mencaabiikk hati Gendis.

Sepertinya semuanya terlambat, ia sudah begitu dalam melukai hati Gendis.

.

.

.

Masih ngarep Rama sama Gendis?

1
TongTji Tea
lagian yaa..perempuan itu nggak usah terlalu berharap kenapa sih? 🙄
kalo belum ada kata 'aku cinta kamu' atau kata ' aku yang akan menjadi suamimu' ,gosaah baperaaan ..heraaan .
apalagi kamu pisces ,cancer ,scorpio ..huuuh baperan bangeet .kurang2 ii ...realiatis aja kayak taurus itu .kepala batu ,hati batu .
Bety Yatmikasari
jadi juga tuh sama ulat keket...
kasian rama tidak tau kebenarannya..
jangan2 rama n alvin kembar ya tp terpisah..
Bety Yatmikasari
salam kenal thor,.
Rere💫: Ya kaka salam kenal 🤭
total 1 replies
Musleha Leha
smg cinta Davin tulus buat Alina.
Musleha Leha
oo ternyata ada campur tangan si Mak lampir, jahat sekali smp mengorbankan kebahagian anaknya
An'ra Pattiwael
ceritax yg salah Thor bukan Ajeng n Daffa🤨
Rere💫: Kwkwkw
total 1 replies
Rita Juwita
luar biasa..
ika
bagus
sandrina sandrina mischel
erika kau berharap apa dari rama?!
sandrina sandrina mischel
jangan jangan dia menghamili wanita lain
sandrina sandrina mischel
belum siap jadi ayah katanya? ya tau gitu mending gak usah ngajak bikin anak🤣
Lina Suwanti
Prabu benar² ga punya hati n otak.....jika pria tergoda karena pelakor msh bisa di maklumi tp ini jelas² di rencanakan,pura² cinta lalu merebut semuanya.
Lina Suwanti
ternyata Gendis lbh berani menyatakan perasaannya duluan pada Rama👍
Lina Suwanti
semoga Gendis sdh tau kelakuan Galang n Ratna n ga mau rujuk
Lina Suwanti
Ratna lbh sadis dr Erika.....pelakor ga tau diri
Lina Suwanti
apakah Rama celaka karena memergoki Kirana n terluka oleh Kirana?Gendis kayak Alina nih,,korban dr ibu mertua n wanita yg terobsesi sm suaminya tp suami Gendis itu lbh bodoh dr Rama secara dia adalah abdi negara yg tau tentang asas praduga tak bersalah...walau ada bukti (yg bisa saja di bikin) tp tetap harus di cek kebenarannya
ika
ooo...
apakah teror berasal dari Kirana ini ya?
ika
Zidan kah?
Lina Suwanti
ooh ternyata Rama saudara 1 ayah dgn Davin
Melki
akhirnya.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!