Di pertengahan tahun 2010, kerasnya kehidupan wanita bernama Sekar Nabila Putri dimulai. Tak ada dalam benak Sekar jika hidupnya setelah selesai kuliah berubah menjadi generasi Sandwich.
Setiap anak tentu tak bisa memilih di keluarga mana mereka dilahirkan. Ibunya lebih menyayangi sang kakak daripada Sekar. Alasannya sepele, hanya karena kakaknya adalah laki-laki dan menjadi anak pertama. Sedangkan Sekar adalah anak perempuan, si bungsu dari dua bersaudara.
Impiannya menjadi seorang akuntan yang sukses. Untuk menggapai sebuah impian, tak semudah membalikkan telapak tangan. Sekar harus terseok-seok menjalani kehidupannya.
Aku butuh rumah yang sebenarnya. Tapi, saat ini rumahku cuma antidepressant ~ Sekar Nabila Putri.
Akan tetapi sederet cobaan yang mendera hidupnya itu, Sekar akhirnya menemukan jalan masa depannya.
Apakah Sekar mampu meraih impiannya atau justru takdir memberikan mimpi lain yang jauh berbeda dari ekspektasinya?
Simak kisahnya.
Mohon dukungannya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 - Training Kerja
"Aku resign Mbak dari kantor lamaku, jadi sekarang lagi ikut training. Doakan aku lancar training dan semoga diterima di tempat baruku sekarang ini," jawab Sekar.
"Apa? Kamu keluar? Kenapa gak kabar-kabar keluarga dulu sebelum kamu resign? Apa ibu sudah tahu kalau kamu resign?" cecar Yuni dengan mimik wajah terkejut.
"Lowongannya dadakan, Mbak. Aku belum sempat kabari siapapun," jawab Sekar yang sedang malas berpanjang lebar dengan kakak iparnya itu karena tengah buru-buru akan berangkat training.
"Bu, Ibu!" panggil Yuni dengan suara yang cukup keras dari ruang tamu. Sampai-sampai Dinda yang sedang digendongnya seketika menangis.
Oek...oek...oek...
"Dinda lapar kali, Mbak. Kasihan pagi-pagi sudah nangis. Nanti bisa rewel seharian," ucap Sekar dengan nada sopan.
Dikarenakan Sekar pernah mengasuh Dinda hampir seharian ketika keluarganya pergi ke kondangan di kota sebelah yakni Sidoarjo. Kala itu Dinda masih bayi jadi sengaja tak dibawa ke tempat keramaian. Yuni beralasan takut kerepotan di hajatan orang lain yang mereka datangi nantinya.
Alhasil berjam-jam ditinggal pergi oleh Yuni sebagai ibunya dan tak diberi stok A S I. Dinda mendadak rewel hampir seharian. Sekar coba memberi Dinda susu formula juga tak mau dan tetap menangis. Bahkan sampai mereka semua pulang dari hajatan, Dinda masih rewel. Yuni menyalahkan Sekar yang tak becus mengasuh Dinda.
"Gak perlu ikut campur Dinda mau nangis atau gak. Toh dia bukan anakmu juga! Makanya kamu buruan nikah sana dan cari calon suami kaya raya biar hidup kita sejahtera. Nanti kamu bisa ngerasain sendiri gimana repotnya ngurus anak sambil kerja. Umurmu kan sudah 24 tahun. Masa calon suami sampai sekarang belum punya!" desis Yuni. "Aku saja dulu menikah sama abangmu umur 20 tahun," sindirnya.
Sekar memilih banyak-banyak mengucap istighfar dalam hati dan tak meladeni ucapan kakak iparnya tersebut.
Bu Nanik berjalan dari arah dapur ke ruang tamu setelah mendengar seruan Yuni tadi. Alhasil ia mematikan kompornya dahulu. Padahal dirinya sedang sibuk memasak.
"Ada apa, Yun?" tanya Bu Nanik pada menantunya.
"Tanya saja sama putri ibu yang satu ini. Semaunya sendiri main berhenti kerja gak bilang-bilang dulu ke keluarga," jawab Yuni mengadukan pada Bu Nanik.
"Apa benar itu, Kar? Kamu resign apa dipecat? Apa kamu buat kesalahan di kantor?" cecar Bu Nanik.
Sekar melihat jam tangannya saat ini menunjukkan pukul 06.20 WIB. Dirinya takut terlambat training. Alhasil ia terpaksa tak menggubris cecaran pertanyaan dari ibunya.
"Maaf, Bu. Sekar pamit dulu soalnya gak boleh datang terlambat untuk training. Nanti saja dibahas kalau Sekar sudah pulang training," jawab Sekar dengan sopan seraya tetap mencium telapak tangan ibunya penuh takzim. Lalu, ia segera keluar rumah dan menaiki motor maticnya untuk tancap gas.
"Sekar !!" seru Bu Nanik.
Namun Sekar sudah pergi berlalu bersama motor maticnya.
"Lihat kan kelakuan putri ibu. Dasar gak punya sopan santun!" desis Yuni semakin membuat suasana makin panas di pagi hari.
"Sekar tadi bilang apalagi sama kamu soal kerjanya yang baru? Di mana dan bagian apa? Gajinya berapa?"
"Sudah aku tanya, tapi dia gak jawab sama sekali!" Yuni sengaja berbohong di depan ibu mertuanya.
Padahal dia belum tanya sejauh itu pada Sekar perihal pekerjaan yang baru maupun nominal gaji.
"Otaknya Sekar entah ditaruh di mana! Hari gini cari kerjaan tuh susah. Eh, dia malah resign. Kalau misal dia gak lulus training, mau jadi pengangguran apa? Sarjana kok nganggur," ledek Yuni semakin memojokkan posisi Sekar di mata Bu Nanik.
"Aduh, Sekar itu gimana sih! Nanti bayar listrik, air, sama belanja bulanan gimana kalau dia gak ada gaji atau pemasukan bulan ini?"
"Ya ibu suruh Sekar gadaikan BPKB motornya saja buat kebutuhan keluarga. Kalau nanti Sekar diterima kerja yang baru kan dapat gaji, ya tinggal suruh nebus. Gampang kan," saran Yuni.
"Oh begitu ya, Yun?"
"Ya iya dong, Bu. Uang gajiku sama Bang Fajar kan gak seberapa buat kebutuhan kami. Apalagi ibuku lagi sakit di rumah. Jadi butuh biaya banyak buat berobat," ucap Yuni seraya tersenyum menyeringai. Bu Nanik pun percaya begitu saja dengan ucapan menantunya itu.
Yuni adalah anak tunggal. Keluarganya berasal dari ekonomi menengah ke bawah. Ayahnya sudah meninggal dunia cukup lama sejak Yuni masih kecil.
Sang ayah hanya meninggalkan warisan yakni sebuah rumah yang ukurannya hampir sama seperti rumah orang tua Sekar. Hanya saja rumah itu lama tak dirawat dan diperbaiki sehingga tampak usang dan bangunannya seperti mau roboh.
Lokasi rumah orang tua Yuni tersebut di pinggiran Kota Surabaya. Jika kediaman orang tua Sekar walaupun masuk gang sempit tapi ada di tengah kota.
Ibu kandung Yuni sudah tua dan sakit-sakitan. Ia tinggal di rumah itu sendirian. Perihal biaya berobat ibunya yang sedang sakit, Yuni berbohong pada Bu Nanik. Selama ini Yuni tak pernah mengirimi uang pada ibu kandungnya.
Bahkan untuk sekedar menjenguk, jarang sekali dilakukan oleh Yuni. Terakhir Yuni menengok ibu kandungnya di sana sekitar empat bulan yang lalu. Padahal mereka tinggal di dalam kota yang sama. Jika mengendarai motor dari rumah mertuanya ke rumah orang tua Yuni, hanya berkisar satu jam saja. Sungguh ironi.
☘️☘️
Hari pertama training berakhir dengan lancar. Sekar pun tak perlu repot memikirkan perihal isi perutnya kala makan siang karena mendapat jatah dari kantor barunya tersebut.
Selama training dijelaskan jika nantinya semisal diterima menjadi agen call center, maka harus siap kerja model shift. Sekar sudah tahu akan hal ini sebelum dirinya memutuskan mengirim lamaran ke PT. HALO.
Sekar tahu dari Resti jika layanan call center di sana buka selama 24 jam non stop dari hari Senin-Minggu. Bahkan tanggal merah pun tetap buka. Karyawan bagian layanan call center akan mendapat jatah libur sebanyak dua hari per minggu. Sedangkan jatah cuti reguler sebanyak 12 hari selama setahun. Jika dalam setahun cuti reguler tak diambil, maka akan hangus.
Perbedaannya. Jika di kantor lama, Sekar masuk kerja dari Senin-Sabtu dan libur di hari Minggu dan tanggal merah.
Sekar tak mempermasalahkan hal tersebut. Artinya ada kebiasaan baru yang harus siap ia lakukan.
Ada sesuatu yang besar diterima maka pasti ada sesuatu yang perlu kita korbankan.
Waktu kebersamaan dengan keluarganya ketika tanggal merah atau hari raya adalah sesuatu yang harus dikorbankan oleh Sekar jika semisal tak mendapat libur dan harus masuk kerja. Akan tetapi, PT. HALO memberikan uang tambahan senilai tiga ratus ribu rupiah per hari khusus untuk karyawan yang masuk kerja di hari raya, hari besar dan tahun baru.
Pekerjaan Sekar saat ini bisa diibaratkan seperti seorang dokter dan suster yang bekerja di rumah sakit. Mereka harus siap menangani pasien kapan pun itu. Walaupun ketika ada tanggal merah sekalipun. Tak mungkin meninggalkan pasien yang sedang sakit dan membutuhkan bantuan dari petugas medis, bukan.
Sekar sudah tiba di rumah. Ia hendak memarkirkan motor maticnya di samping rumahnya. Belum juga turun dari motornya, Fajar mendadak sudah ada di belakangnya.
"Kar, bagi duit dong buat beli rokok." Todong Fajar.
"Gak ada, Bang." Jawab Sekar.
"Belum juga napas, sudah dimintain duit. Huft!" keluh Sekar dalam hatinya.
"Sepuluh ribu saja. Mulutku gatal kalau gak ngerokok. Masa gak ada sih!"
"Aku kan udah gak kerja, Bang. Ini juga masih training. Jadi, gak ada duit. Gaji abang memangnya ke mana?"
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Shift adalah sistem kerja yang membagi jam kerja menjadi beberapa periode waktu yang berbeda. Shift kerja dilakukan secara bergantian oleh para karyawan.
cintanya emang pollllllllllllllll
Sekar pelan² sajaaaaaaa
dihhh si yuni ga di beliin oleh" ko sewot, dasar ipar ga da ahlak