Embun tak pernah menyangka bahwa kejutan makan malam romantis yang dipersembahkan oleh sang suami di malam pertama pernikahan, akan menjadi kejutan paling menyakitkan sepanjang hidupnya.
Di restoran mewah nan romantis itu, Aby mengutarakan keinginannya untuk bercerai sekaligus mengenalkan kekasih lamanya.
"Aku terpaksa menerima permintaan ayah menggantikan Kak Galang menikahi kamu demi menjaga nama baik keluarga." -Aby
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : HANCUR
Vania gemetar setelah membaca pesan balasan dari Aby. Seluruh tubuhnya mendadak terasa lemas. Ponsel di tangannya terjatuh begitu saja ke ranjang tempatnya sedang duduk bersandar. Gadis berambut sebahu itu lalu mengusap lelehan air mata di pipi.
Mungkinkah memang kisah cintanya dengan sang kekasih yang dicintainya itu akan berakhir begitu saja? Lalu, bagaimana dengan janji Aby? Apakah semudah itu ia lupakan begitu saja?
"Kamu benar-benar tega sama aku, By."
Vania terlihat sangat kacau. Rambutnya acak-acakan, matanya memerah setelah menangis selama berjam-jam. Sebuah foto berbingkai kayu yang bertengger di meja nakas ia raih. Menatapnya selama beberapa saat dengan berlinang air mata. Ia masih ingat kapan dan di mana foto kebersamaannya dengan Aby itu diambil. Yaitu, saat kencan pertama kali di sebuah restoran.
Di restoran itu jugalah, Aby berkata akan bercerai dari Embun dan memulai kembali dengannya. Namun, kini Aby malah memutuskan hubungan begitu saja.
Detik itu juga, Vania kembali menangis, bahkan menjerit. Bingkai foto di genggamannya ia hempas kasar dan membentur dinding, hingga pecahannya berserakan di lantai.
"Non Vania kenapa itu?"
Mbok Siti yang dikejutkan dengan suara pecahan kaca yang bersumber dari kamar sang majikan segera berlari. Wanita berusia 45 tahunan itu membuka pintu dengan tergesa-gesa. Ia menatap pecahan kaca di lantai, lalu mendekat dan memeluk gadis yang masih menangis itu.
"Sabar, Non! Ada apa? Kenapa menangis?" tanyanya lembut.
Vania yang tengah patah hati hanya dapat bersandar di dada Mbok Siti. Menangis sejadi-jadinya.
"Aby, Mbok ... Aby meninggalkan aku dan memilih perempuan lain," lirihnya.
Dahi keriput Mbok Siti berkerut dalam. Setahunya, pria yang satu tahun menjadi kekasih majikannya itu sudah menikah beberapa waktu lalu. Mbok Siti juga masih ingat betapa patah hatinya Vania saat itu. Dua hari penuh Vania mengurung diri di kamar.
"Bukannya Den Aby memang sudah menikah, ya?"
"Iya, Mbok! Tapi dia sudah janji sama aku akan bercerai dari perempuan itu. Tapi sekarang dia malah ninggalin aku, Mbok!"
Mendengar ucapan Vania membuat Mbok Siti berucap banyak-banyak istighfar dalam hati. "Non, jangan begitu. Den Aby 'kan sudah menikah. Non Vania itu cantik, bisa dapat laki-laki lain yang lebih baik dan lebih ganteng."
"Tapi aku maunya sama Aby, Mbok. Embun nggak berhak mengambil Aby dari aku karena aku duluan yang sama Aby! Dia yang tiba-tiba jadi orang ke tiga di antara kami!"
Mbok Siti seperti kehilangan kata-kata. Ia hanya dapat mengusap punggung Vania hingga gadis itu menjadi lebih tenang.
"Aku nggak rela kalau harus melepas Aby!"
.
.
.
Sementara itu, di tempat lain ....
Mama Rima tak dapat membendung cairan bening yang membanjiri kedua sisi pipinya. Setiap kata yang terucap dari mulut sang menantu membuat tubuhnya meremang. Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa Putri semata wayangnya akan mengalami nasib yang begitu menyedihkan.
Padahal, Mama Rima benar-benar berharap hadirnya orang baru dalam kehidupan Embun akan mampu mengobati luka hatinya setelah kepergian sang ayah yang begitu mendadak.
Namun, ternyata apa yang ia harapkan tak sesuai kenyataan. Bukannya bahagia, pernikahan itu justru membuat putrinya semakin terluka.
Aby berlutut di hadapan sang mertua yang tengah duduk di sofa ruang keluarga. Rasa bersalah semakin membelenggu Aby melihat air mata yang terus mengalir di pipi Mama Rima.
"Aku minta maaf, Mah. Aku melakukan kesalahan fatal dengan menyakiti Embun."
Wanita paruh baya itu masih diam. Hatinya lebih terluka lagi saat mendengar pengakuan Aby tadi, yang berniat menceraikan putrinya demi wanita lain.
"Boleh mama tanya sesuatu?" lirihnya.
Aby mengangguk sebagai jawaban. Sama sekali belum berani menatap mata mertuanya.
"Apa kamu memang tidak menginginkan Embun untuk menjadi teman hidup kamu?"
Aby terdiam beberapa saat. Pertanyaan itu membuatnya terpaku.
"Tadinya memang begitu. Tapi aku menyesal sudah menyakiti istriku sendiri. Kalau Embun kasih kesempatan, aku mau memperbaiki semuanya."
Aby kembali menundukkan kepala. Dengan posisi masih berlutut di hadapan mertuanya.
"Aku sayang sama Embun, Mah."
...*****...
benar knp hrs nunggu 6 bln klo hrs cerai lebih baik skrng sama saja mlh buang2 wkt dan energi, bersyukur Embun ga oon🤭