Dendam, cinta, dan kebohongan. Sebuah permainan yang berbahaya dan tak terduga. Amanda, seorang wanita yang memiliki tujuan yang jelas, mendekati suami Selena, Reagan, seorang pria tampan dan sukses.
Namun, Amanda tidak tahu bahwa Reagan memiliki rahasia yang tersembunyi di balik pernikahannya dengan Selena. Amanda terus beraksi tanpa menyadari bahwa dirinya sudah terlibat dalam permainan dan konflik yang besar.
Apa yang sebenarnya tersembunyi di balik pernikahan Reagan dan Selena yang terlihat sempurna itu? Dan apa yang akan terjadi ketika dendam dan cinta berbenturan?
Pleas yang baca dan gak suka skip aja🙏
Jangan tinggalkan jejak buruknya🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MCS 13. Pemberi Semangat.
Tindakan Reagan terlalu nyata untuk sekedar dikatakan pura-pura. Begitu jelas hingga tak lagi bisa membuat Amanda mengelak maupun menyangkalnya.
Reagan serius ingin menjalin hubungan dengan Amanda. Bolehkah? Haruskah Amanda meminta izin lebih dulu pada Selena? Amanda langsung menggeleng seraya tersenyum dengan apa yang baru saja terlintas di dalam pikirkannya. Konyol!
Apa yang dilakukan Reagan semalam berhasil membuat perasaan Amanda tidak karuan. Ciuman yang Reagan berikan jelas membuat kondisi jantung Amanda tidak baik-baik saja. Nyawa wanita itu serasa menghilang begitu saja meninggalkan raganya. Itu adalah ciuman pertama bagi Amanda, Amanda patut berbangga diri karena melakukannya dengan pria setampan dan semenawan Reagan. Yah meski bagi Amanda, pria itu pasti sudah sering melakukannya dengan Selena. Memikirkannya tiba-tiba saja membuat senyuman di wajah Amanda pudar.
"Menyebalkan," gumamnya.
Saat ini wanita itu berada di dalam bus yang tengah melaju menuju perusahaan. Pagi-pagi sekali Amanda sudah berangkat bekerja karena lokasi perusahaan yang memang memiliki jarak lumayan jauh dari tempat tinggalnya.
Setelah kejadian semalam, Amanda pulang diantar oleh supir Reagan. Pria itu mengatakan jika ia tengah memiliki banyak pekerjaan dan masih akan tetap berada di perusahaan hingga malam. Padahal Amanda sama sekali tidak masalah jika ia harus pulang menggunakan bus. Kendaraan yang memang sudah biasa Amanda tumpangi untuk pulang maupun berangkat bekerja.
Saat tiba di perusahaan dan masuk ke ruangan office, Amanda langsung bersiap untuk melakukan tugasnya. Sebelum itu ia terlebih dahulu memastikan tugasnya hari ini berada di lantai berapa. Karena sudah banyaknya office girl dan office boy yang ditambah, kini mereka memiliki jadwal setiap harinya yang berbeda-beda. Dan jadwal tersebut akan berganti setiap minggunya.
Amanda seketika tersenyum saat melihat lantai berapa yang ia dapat hari ini. Wanita itu terlihat begitu bersemangat segara menuju lift.
Tiba di lantai tujuan, Amanda langsung bekerja seperti biasa. Tidak banyak karyawan yang terlihat, hanya ada dua karyawan yang datang sepagi ini. Sisanya pasti akan datang di jam oprasional kantor. Amanda terus bekerja, membersihkan semua sisi ruangan, meja para karyawan dan terakhir memastikan minuman manajer divisi lantai ini sudah siap di meja kerjanya.
Pekerjaan Amanda hampir selesai, kondisi ruangan yang tadinya sepi kini juga mulai terisi oleh para karyawan yang satu persatu mulai berdatangan. Melihat hal itu, tiba-tiba saja terlintas pertanyaan di dalam benak Amanda. Apakah Reagan juga sudah datang?
Namun setelahnya Amanda cepat menggeleng. Ia kembali melanjutkan pekerjaan. Wanita itu meletakkan alat kebersihan di sudut ruangan, karena seperti biasa, Amanda akan melanjutkan pekerjaannya dengan membantu para karyawan.
Amanda berada di lantai 8 itu sampai hampir menjelang siang. Sebelum beranjak untuk beristirahat, ia terlebih dahulu memastikan sekitar ruangan bersih dan rapi.
"Amanda, kau mau ke mana?" kata salah satu karyawan menahan langkah Amanda.
Amanda berbalik, ia urung masuk ke dalam lift. Amanda berniat kembali ke ruangan office karena waktu istirahat yang sudah tiba. Wanita itu juga sekalian ingin menyimpan alat-alat kebersihan yang sebelumnya ia bawa.
"Tidak usah ke bawah untuk istirahat. Bergabung saja bersama kami di sini."
Para karyawan itu terlihat berdiri beramai-ramai melingkari dua meja yang disatukan. Di atasnya sudah ada berbagai macam makanan siap saji beserta minuman. Sepertinya mereka sedang ingin mengadakan pesta perayaan.
"Ayo! Kita makan gratis hari ini." Salah satu karyawan menarik Amanda dan membawanya langsung bergabung dengan mereka.
Di atas meja yang penuh dengan makanan itu bisa Amanda lihat sebuah kue ulang tahun berukuran kecil. Ternyata di antara karyawan ada yang sedang berulang tahun. Amanda akhirnya bergabung bersama mereka, ikut tertawa dan merasakan kebahagian. Amanda bahkan tergelak saat bintang utama hari ini mendapatkan kejutan dari teman-temannya.
Amanda menikmati waktu istirahatnya dengan bergabung bersama para karyawan yang memang menerima dan memberi ruang untuk dirinya bergabung di sana. Tak ada tindakan diskriminatif yang ia terima, meski pekerjaannya jauh berbeda dari para karyawan yang kini tengah berpesta itu.
"Amanda, kau diminta kembali ke ruangan office." Wanita yang merupakan manajer di lantai 8 itu berkata pada Amanda. Ia baru saja menerima sebuah telepon yang meminta Amanda untuk kembali ke lantai bawah.
Amanda tentu saja cepat mengangguk. Ia pamit pada semua karyawan yang sudah berbaik hati mau mengajaknya bergabung pada perayaan kecil yang membahagiakan itu.
Dan saat tiba di ruangan office, Amanda sudah ditinggu oleh bibi Luna. Wanita itu memberikan secangkir kopi yang baru saja ia buat pada Amanda, agar Amanda membawanya ke ruangan Reagan.
"Maunya hanya sama yang muda," gumam bibi Luna setelah kepergian Amanda. Wanita itu juga sedikit menggeleng.
Amanda menuju ruangan president dengan isi kepalanya yang riuh. Namun Amanda tetap berusaha tenang dan profesional dalam bekerja. Menyingkirkan sesaat apa yang semalam sudah terjadi di antara dirinya dan pemilik perusahaan ini.
Tiba di depan ruangan, tangan Amanda sudah terangkat untuk mengetuk pintu. Tapi belum jua ia melakukannya, pintu sudah lebih dulu terbuka dan menampakkan wajah Reagan yang cemberut. Pria itu sedikit menggerakkan kepala meminta Amanda masuk.
"Dari mana saja? Kenapa baru sekarang membuatkan aku kopi?"
Amanda meletakkan lebih dulu kopi itu di atas meja sebelum menjawab pertanyaan Reagan.
"Saya baru selesai bekerja di lantai 8, Tuan," jawab Amanda dengan tetap mempertahankan sikap formalnya.
"Sama. Aku juga baru selesai bekerja." Reagan maju mendekat pada Amanda dan dengan gerakan tiba-tiba menjatuhkan keningnya di bahu wanita itu. "Aku sangat lelah," tambahnya lagi.
Amanda jelas terkejut. Ia bahkan menahan napas. Astaga! Apa yang sedang Reagan lakukan sekarang. Pria itu sedang mengeluh dan mengadu pada Amanda.
"Tu...Tuan. Jangan seperti ini," ringis Amanda pelan. "Nanti ada yang melihat," cicitnya di ujung kalimat.
"Berarti kalau tidak ada yang melihat. Aku boleh melakukan lebih?" tanya Reagan dengan masih mempertahankan posisi awalnya.
Dan ketika merasakan tidak ada jawaban dari Amanda, Reagan mengangkat kepalanya lalu berdiri dengan benar di hadapan wanita itu. Ia tersenyum ketika bisa melihat wajah hingga telinga Amanda yang sudah memerah. Sangat lucu di mata pria itu.
"Kau pasti membayangkan yang tidak-tidak?" Amanda langsung melotot pada Reagan. "Itu terlihat jelas dari wajahmu yang sudah seperti kepiting rebus." Reagan semakin tertawa melihat reaksi Amanda.
"Dasar mesum," tambah Reagan semakin tertawa puas seraya berlalu menuju meja kerjanya. Ia menyesap kopi yang Amanda bawa, mengabaikan wajah wanita itu yang sudah terlihat kesal karena dikatai mesum oleh Reagan.
Amanda memilih pergi meninggalkan ruangan kerja Reagan. Pria itu ternyata hanya ingin membuatnya kesal saja, tapi saat ingin membuka pintu, Amanda sama sekali tak dapat membukanya.
"Kenapa pintunya dikunci?"
"Agar kamu tidak bisa kabur."
Reagan berbalik dan tersenyum. Ia setengah duduk di tepian meja kerjanya dengan tangan yang terlipat di dada, memperhatikan raut wajah Amanda yang semakin kesal karena kini terkurung di ruangannya.
"Kemarilah," pinta Reagan agar Amanda mendekat padanya.
Tapi jangankan mendekat, Amanda terlihat enggan menatap pada pria itu. Ia bahkan tetap berdiri di dekat pintu dengan membuang wajah dari Reagan.
"Ck." Wajah Amanda terlihat menyebalkan tapi sayangnya malah semakin membuat Reagan ingin terus tertawa. "Jangan memasang ekspresi seperti itu. Kecuali kau ingin aku menciummu seperti kemarin." Reagan mendekat dan meraih tangan wanita itu. Membuat keduanya kembali berhadapan.
"Mulai sekarang. Kau harus membuatkan kopi setiap hari untukku, bawa ke ruangan ini dan berikan aku semangat."
Amanda mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan kata-kata Reagan. Haruskah dirinya?
"Aku tidak ingin yang lain yang mengantar kopi ke ruanganku."
Aaa...begitu, benak Amanda memahami. Ia pun akhirnya mengangguk.
Reagan tersenyum kecil melihat Amanda yang mengangguk. "Kopinya sudah, dan aku juga sudah meminumnya. Tapi kau belum memberikanku semangat untuk hari ini."
"Semangat bekerja, Tuan." Amanda bahkan sedikit membungkukkan badannya pada Reagan. "Perusahaan Anda pasti akan semakin sukses." Begitu serius dan tulus Amanda memberikan semangat untuk Reagan.
Namun sayang, Reagan bukannya senang mendapatkan semangat yang Amanda berikan. Pria itu mendengus. Amanda terlalu polos sekali, sampai tidak mengerti yang Reagan inginkan.
"Bukan seperti itu caranya memberikan aku semangat." Reagan tak ingin mempersulit dirinya. Ia lebih dulu meraih tubuh Amanda dan mendaratkan ciuman kilat di bibir wanita itu. "Tapi lakukan lah seperti itu, Sayang."
Reagan benar-benar bersikap di luar kebiasannya ketika berhadapan dengan Amanda. Entah apa yang akan terjadi jika apa yang sekarang Reagan lakukan diketahui oleh sahabatnya Lucas maupun istrinya Selena.