Alena adalah seorang gadis ceria yang selalu berbicara keras dan mencari cinta di setiap sudut kehidupan. Dia tidak memiliki teman di sekolah karena semua orang menganggapnya berisik. Alena bertekad untuk menemukan cinta sejati, meski sering kali menjadi sasaran cemoohan karena sering terlibat dalam hubungan singkat dengan pacar orang lain.
Kael adalah ketua geng yang dikenal badboy. Tapi siapa sangka pentolan sekolah ini termasuk dari jajaran orang terpintar disekolah. Kael adalah tipe orang yang jarang menunjukkan perasaan, bahkan kepada mereka yang dekat dengannya. Dia selalu berpura-pura tidak peduli dan terlihat tidak tertarik pada masalah orang lain. Namun, dalam hati, Kael sebenarnya sangat melindungi orang yang dia pedulikan, termasuk gadis itu.
Pertemuan tak terduga itu membuatnya penasaran dengan gadis berisik yang hampir dia tabrak itu.
"cewek imut kayak lo, ga cocok marah-marah."
"minggir lo!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addinia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pahlawan upacara
Suasana masih sepi, hanya beberapa siswa yang berjalan menuju kelas. Alena baru tiba, dengan paper bag di tangannya. Matanya tertuju pada seorang pria yang berjalan juga baru masuk dari gerbang sekolah—Kael.
Gadis itu melambatkan langkahnya. "Pas banget."
Kael berjalan santai di depannya, tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Alena mempercepat langkah, lalu berlari kecil mengejarnya.
"Kael!"
Kael menoleh dengan santai. Alena menghentikan langkah tepat di belakangnya, lalu menyerahkan sebuah paper bag.
"Jaket lo." Ucap Alena.
Kael menyeringai kecil. "Padahal gue ga minta lo buru-buru balikin."
Alena mendengus, melipat tangan di dada.
"Jaket lo jelek! Ga pantes lama-lama di kamar gue!"
Kael tertawa pelan, sambil mengambil paper bag itu.
"Kittycat, panggilan itu cocok buat lo."
"Iuhh, Alay!"
Alena memutar mata, bersiap pergi. Sebelum Kael sempat membalas, tiba-tiba Sherly muncul dari arah berlawanan. Dengan senyum manis, ia langsung menghampiri Kael.
"Kael, gue mau ngomong sama lo."
Kael menoleh ke Sherly, lalu melirik Alena sekilas.
"Gue pergi." Ucap Alena.
Alena berlalu meninggalkan mereka. Saat berjalan menuju kelas, suara bel mendadak bergema di seluruh sekolah, memekakkan telinga. Tak lama kemudian, terdengar suara Pak Mamat lewat pengeras suara.
"Semua siswa harap segera menuju lapangan untuk upacara bendera!" Teriak Pak Mamat dari pengeras suara.
Alena berhenti mendadak. Matanya membelalak.
"Sial, gue lupa hari ini upacara."
Dengan panik, ia membuka tas, mengacak-acak isinya, tetapi topi yang dicari tidak ditemukan. Kael, yang masih berbincang dengan Sherly dari kejauhan, memperhatikan gerakan gugup Alena. Ia menyipitkan mata, lalu berbicara cepat pada Sherly.
"Sher, lo ke lapangan duluan. Gue nyusul."
"Loh, kenapa? Kita—"
"Udah, cepet sana Pak Mamat udah keliling. Nanti kita ngobrol lagi." Potong Kael.
Sherly mengangguk meski ragu, lalu berjalan ke lapangan. Kael segera menghampiri Alena, yang masih sibuk mengacak isi tasnya dengan wajah kesal.
"Lagi ngapain, Sherlock? Nyari clue?" Ejek Kael yang kini berdiri di dekat Alena.
Alena mendongak dengan tatapan sebal.
"Nggak usah ngelawak, gue lagi sibuk."
Kael menyeringai, sambil mengeluarkan topi dari sakunya. "Ini yang lo cari, kan?"
Alena tertegun, menatap topi itu dengan kaget.
"Kok lo tau?"
Kael mengangkat bahunya. "Lo tuh gampang dibaca. Lagian, siapa lagi yang bakal grusak-grusuk gitu pas upacara? Nih, pake sebelum Pak Mamat liat."
Kael menyodorkan topinya. Gadis itu tidak mengambilkan. Ia menatap tajam ke Kael.
"Nggak usah sok baik!"
"Gue emang baik kalo lo lupa, Alena. Buruan ambil." Ucap Kael.
Alena masih diam, membuat Kael gemas melihatnya. Pria itu menarik tangan Alena memberinya paksa.
"Udah, buruan. Jangan bikin kelas kita malu."
Kael berbalik pergi sebelum Alena sempat berkata lebih. Ia hanya bisa memandang punggung Kael, lalu tersenyum tipis, meski sebal masih tersisa.
...----------------...
Seluruh siswa berdiri rapi di bawah terik matahari, mengikuti jalannya upacara. Suasana terasa hening, hanya terdengar suara sang kepala sekolah yang sedang memimpin.
"Baik, anak-anak sekalian, sebelum upacara ini selesai, saya ingin menyampaikan sesuatu. Ada beberapa siswa yang harus mendapatkan perhatian khusus karena perilakunya yang tidak mencerminkan sikap teladan di sekolah ini." Jelas Kepala sekolah dengan tegas.
Gemuruh kecil mulai terdengar di barisan siswa. Beberapa saling berbisik, mencoba menebak siapa yang akan disebut. Kepala sekolah melanjutkan.
"Kepada siswa-siswa ini, silakan maju ke depan: Kael, Luka, Ronan, Bayu, Ezra, dan Leo. Saya yakin kalian sudah tahu alasan kalian berdiri di sini."
Ghost Riders, dengan wajah santai dan sedikit menyeringai, berjalan ke depan lapangan. Mereka berdiri di depan semua siswa. Suasana semakin panas, baik oleh cuaca maupun atmosfer yang tegang.
Alena, yang berada di barisan tengah, menatap mereka dengan rahang mengeras. Tangannya mengepal di samping tubuhnya.
"Jadi ini maksud lo? Sok baik ngasih topi cuma supaya gue nggak ikutan berdiri di depan? Lo pikir gue bakal terkesan sama cara lo? Nggak akan." Ucap Alena dalam hati dengan kesal.
Kael sempat melirik ke arah Alena. Tatapan mereka bertemu sebentar, lalu Kael menyeringai kecil—senyum yang jelas-jelas menyebalkan di mata Alena. Ia langsung memalingkan wajah, berusaha fokus pada pidato kepala sekolah.
"Kalian ini sudah sering diperingatkan, tapi tetap saja tidak mendengarkan. Apa kalian pikir aturan itu mainan? Apa kalian pikir kalian bisa terus melanggar tanpa konsekuensi?" Lanjut Kepala sekolah.
Ghost Riders berdiri santai dengan banyak ekspresi, kecuali Kael yang tetap terlihat tenang. Luka bahkan sempat menguap kecil, yang membuat beberapa siswa menahan tawa.
"Ini bukan hanya soal kalian. Kalian memberi contoh buruk untuk teman-teman kalian yang lain. Kalau kalian terus seperti ini, saya tidak akan segan-segan mengambil tindakan lebih tegas. Apa kalian mengerti?" Tegas Kepala sekolah dengan keras.
Ghost Riders mengangguk malas, beberapa siswa di barisan menahan tawa melihat sikap santai mereka.
Alena menggertakkan giginya. Rasanya gadis itu ingin berteriak sekarang juga meluapkan emosinya.
Cuaca semakin terik. Matahari menyengat keras, membuat sebagian siswa mengelap keringat. Kepala sekolah masih terus memberikan ceramah panjang lebar.
"Mulai sekarang, saya ingin melihat perubahan dari kalian semua. Ingat, sekolah ini adalah tempat untuk belajar, bukan tempat untuk seenaknya sendiri. Kalau ada yang melanggar lagi, jangan harap bisa lolos dari sanksi berat!"
Kepala sekolah akhirnya selesai berbicara. Para siswa yang dipanggil di depan dipersilakan kembali ke barisan. Ghost Riders berjalan santai ke tempat mereka, masih dengan sikap tak peduli. Kael sempat melirik lagi ke arah Alena, yang masih berdiri dengan ekspresi dingin. Pikirannya sudah penuh dengan sosok Kael yang membuatnya semakin geram.
...----------------...
Para siswa bubar setelah upacara selesai. Alena berjalan cepat, wajahnya terlihat serius. Di kejauhan, ia melihat Kael bersama teman-temannya, tertawa santai seperti biasa. Tanpa pikir panjang, Alena langsung mendekati Kael.
"Kaleng jelek!" Teriak Alena.
Kael menoleh. Alena mendekat, memaksa Kael mundur hingga punggungnya menempel ke dinding. Tangannya menekan dinding di samping Kael, membuatnya terkurung. Luka dan Ronan yang ada di dekatnya hanya melongo, bingung sekaligus terhibur.
Pria itu tercengang, lalu tertawa kecil. "Santai, Kittycat. Gue tau lo segitu naksirnya sama gue sampe harus nyerang gue gini."
"Denger, Kael. Apa pun yang lo lakuin tadi, kayak ngasih gue topi, itu nggak akan buat gue terkesan. Jadi jangan harap gue bakal muji lo atau mikir lo pahlawan. Gue nggak peduli." Ucap Alena dengan tegas.
Kael masih bersandar di dinding. "Muji gue? Pahlawan? Gue bahkan nggak kepikiran itu."
"Jangan pura-pura nggak ngerti. Lo ngasih gue topi cuma supaya gue nggak dipanggil ke depan, kan? Lo pikir gue bakal luluh?!"
Kael menahan tawa, lalu menggeleng pelan. Ia menunjuk ke lehernya yang kosong.
"Salah, Detektif. Gue dipanggil ke depan tadi bukan cuma karena topi. Lihat ini—nggak ada dasi, kan? Gue lupa bawa dasi pagi ini."
Alena menatap leher Kael, menyadari kebenaran ucapannya. Gadis itu segera melepaskan tangannya dari dinding, mundur satu langkah. Ia menggigit bibir, merasa sedikit malu tapi masih kesal.
"...Ya udah, terus kenapa tadi lo senyum-senyum ke gue kayak orang menang lotre?" Kesal Alena.
Kael tertawa pelan. "Itu karena lo lucu aja. Muka lo bete banget, tapi tetep pake topi gue. Gue kira lo bakal maju kedepan buat ngebela gue."
Alena menghela napas, matanya berkilat penuh emosi. Ia langsung menyodorkan topi Kael ke arahnya dengan kasar. Alena memutar tubuh, berjalan menjauh dengan langkah cepat.
Kael lagi-lagi terkekeh menatap punggung gemas itu yang kini menjauh. "KittyCat, Sampai jumpa di kelas!" Teriak Kael.
"Bodo amat!" Balas Alena.