Kisah Seorang gadis yang bernama Rere yang berkali kali harus mengalami kegagalan dalam percintaan. Namun takdir berkata lain. Secaratak sengaja ia bertemu cowok yang akhirnya akan menjadi kekasihnya walaupun harus mengalami banyak rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Ahza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 05
Ata semakin berani menggoda Mika. Kini semakin meningkat saja performa pedekatenya. Sejak dari alun alun kemaren, semakin ke sini semakin ia berani menunjukan kalau ia menaruh rasa kepada Mika. Berbalik dengan Mika. Semakin ia jutek kepada Ata. Ia nggak suka kalau Ata menaruh rasa terhadap dirinya. Karena tidak munafik, cowok yang ia taksir adalah Juna. Sedangkan Juna yang ia taksir, sedikitpun tak menunjukan kalau ia membalas rasa kepada Mika. Bingung. Iya memang, seperti kisah cinta segi tiga. Mika yang berperawakan dengan tinggi 165 itu, dengan wajah yang manis, mampu membuat seorang Ata goyah hatinya. Secara, Ata tinggi, putih ganteng lagi bisa terpesona dengannya. Berarti kan Mika punya kelebihan.
Pagi itu, Rere berangkat lebih awal. Ia yak mau berpacu dengan waktu. Hari ini berbeda. Ia bangun lebih awal, dan menyempatkan sarapan juga. Dengan atasan putih polos dan celana longgar warna hitam berbahan jatuh. Tampak rapi dan elegan karena atasan yang di masukkan ke celana dengan pita di bagian leher atasanya. Ia mengemudi dengan agak pelan. Lagi fokus nyetir, eh tiba tiba dari arah samping seorang pengemudi sepeda motong jalan gitu aja. Otomatis Rere ngerem mendadak. Untung saja tepat waktu. Dada Rere berdegup kencang karena kaget. Si pengendara karena nyenggol bagian depan mobil Rere jatuh ke samping. Rere turun dari mobil.
"Mas nggak papa....?" tanya Rere yang menghampiri si pengendara yang jatuh.
Si pengendara melepas helm. Belum ada 5 menit, sudah banyak orang mengerumuni mereka.
"Gimana sih mbak, nyetir nggak hati hati..." celetuk seseorang yang mengerumuni mereka. Di tuduh seperti itu, Rere sedikit nggak terima, karena jelas jelas si pengendara lah yang salah. Main tuduh aja. Rere menoleh.
"Maaf bukan seperti itu kejadianya..." kata Rere membela dirinya. Namun banyak sebagian dari orang orang yang mengerumuni mereka itu menyalahkan dirinya. Yang inilah yang itulah. Saking bingungnya Rere kembali fokus ke mas pengendara yang jatuh tadi.
E busyet, ganteng amat anjir.
Rere sejenak terkesima oleh si pengendara. Betapa tidak, setelah ia melepas helm dan menyibakan rambut yang menutupi dahinya, kini tampaklah wajah gantengnya. Segera ia tersadar.
"Mas ga papa...?" tanya Rere yang sudah berjongkok di hadapan cowok pengendara tadi. Dengan posisi masih duduk karena terjatuh tadi.
"Ga papa mbak, hanya kaget tadi..." jawabnya..
"Ayo tanggung jawab dong.." teriak dari salah satu dari orang orang yang masih berkerumun tadi.
Si pengendara berdiri. Meraih motornya dan membenarkan supaya berdiri lagi karena berguling seiring dengan dirinya yang jatuh tadi.
"Bapak bapak saudara saudara, tenang, saya mohon tenang, disini saya yang salah, bukan mbak ini, jadi saya harap berhenti memojokan mbak ini dan saya minta segera bubar. Karena saya nggak minta tanggung jawab apapun dari mbak ini, ok...?" suara tegas dari si cowok mampu membuat orang orang itu bungkam dan seketika itu juga mereka segera bubar. Rere kembali terkesiap. Cowok berpenampilan cool itu begitu gentle sekali. Dengan perawakan yang tinggi kulit putih dan memakai jaket balap itu menghampiri dirinya yang masih berdiri terpaku di belakangnya.
"Mbak, saya nggak papa dan saya nggak minta ganti rugi apa pun sama mbak, karena saya yang salah tadi, kalau begitu saya permisi dulu..." ucap cowok itu. Rere masih bengong.
"Oh iya, kalau mobil mbak ada yang lecet, sayaakan menggantinya..."
"Eh iya. Eh nggak ada kok..."
"Beneran nih mbak, iya deh, kalau begitu bisa pinjam handphonenya...?" cowok itu menengadahkan tangan kananya.
"Oh bisa bisa..." Rere segera mengambil handphonenya dari dalam mobil.
Setelah menerima ponsel Rere, dan tentunya sandinya sudah di bukakan oleh si yang punya, si cowok itu mengetik nomernya. Lalu kembali memberikan ponsel itu kepada Rere.
"Kalau misal ada yang mau di ganti jangan sungkan mbak..." Lelaki itu kembali memakai helmnya. Lalu segera pergi dengan motor Ninja R warna hitamnya. Tak di pungkiri oleh Rere, ia begitu tampan dan sangat gagah sekali. Ditambah lagi ia naik motor ninja R nya. Uuuhhh semakin menambah greget saja.
"Apa sih aku ini, sadar Re sadar...."
Rere menepuk pipinya sendiri, ia bengong melihat cowok tadi sampai hilang dari pandanganya. Ia sendiri segera masuk ke dalam mobilnya. Karena jam kerja udah lewat 10 menit. Dengan laju yang agak cepat ia menuju kantornya. Dalam benaknya, ia sudah membayangkan kalau akan fi marahi bu Nita habis habisan. Bayangan wajah galaknya sudah tergambar jelas di otaknya.
"Habis deh kamu Re, siap siap aja di mangsa singa betina..." sambil menyetir Rere bergumam sendiri.
Tibalah ia di kantor. Dengan langkah lesu ia menuju ruanganya. Wajahnya terlihat pasrah dengan apa yang akan terjadi setelah ia masuk ruangan.
"Selamat pagi semua...?" sapa Rere pelan.
"Kenapa baru datang nona, lebih 20 menit nih..." cecar Mika yang berdiri di dekat bangku Rere sambil melihat arlojinya. Rere tak menjawab. Dia meletakan barang barangnya di meja dan menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya.
"Apes banget aku hari ini..." jawabnya yang kurang bertenaga.
"Why....?" sambung Juna.
"Tadi sewaktu aku berangkat, ada motor nyelonong dan nyenggol mobil aku, terus dia yang jatuh, malah aku sempat di tuduh orang orang yang mengerumuni kami tadi, untungnya cowok itu baik dan menyadari kesalahanya dan menyuruh bubar orang orang yang berkerumun tadi..." jelas Rere masih sambil bersender karena nafas masih belum tertata.
"Lah mobil kamu ada yang lecet...?" tanya Cindy.
"Belum sempet aku tengok..."
"Kamu sudah minta nomor handphonenya belum...?" tanya Mika.
"Belum sempet aku minta...."
"Gimana sih...?" ujar Cindy cemberut. Dia belum tau lanjutan cerita Rere sih ngomongnya nyerocos terus.
"Gimana apanya, sebelum aku minta dia udah ngasih duluan, hihi..." jelas Rere sambil senyum senyum.
"Huuuuu, bilang kek dari tadi, kan nggak bikin kita buruk sangka sama dia, ya kan Mik..." Mika mengangguk menanggapi ucapan Cindy.
"Kini tinggal siap siap terima hukuman dari bu Nita, hem pasrah sajalah...." Rere membuang nafas dengan agak berat. Lalu mulai membuka laptopnya, dan mengambil berkas yang bertumpuk di raknya.
"Kayak nggak tau saja Re, iyain aja, untuk mengurangi volume omelannya, bereskan...?" kali ini Kevin ikut buka suara.
"Iya juga sih Vin...."
"Semangat..." kembali Kevin menyemangati Rere.
"Oke oke..."
Lagi sibuk sibuknya bekerja, bu Nita memasuki ruangan dengan seseorang. Dari bau baunya sepertinya karyawan baru.
"Siang semuanya..." kata bu Nita dengan gaya cool dan judesnya.
"Siang bu..." jawab semuanya serempak sambil berdiri, untuk menghormati bu Nita.
"Wah siapa tuh, cantik banget..." bisik Juna kepada Kevin. Kevin hanya membalas senyuman untuk pertanyaan Juna.
Bersambung