Reyhan tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan terperangkap oleh permainan yang di ciptakan boss tempat dirinya bekerja, berawal dari ia mengantarkan dokumen penting pada bossnya tersebut, namun berakhir dirinyaenjalani hubungan yang tidak masuk akal,, wanita itu bernama Sabrina tiba tiba meminta dirinya untuk menjadi kekasih wanita itu
sementara itu Sabrina tidak punya jalan lain untuk menyelamatkan harta peninggalan ibunya, terpaksa ia melakukan cara licik untuk membuat Reyhan mau menerima permintaanya.
tanpa Sabrina sadari ternyata Reyhan adalah pria berbahaya dengan begitu banyak pesona, pria itu mengajak Sabrina ke banyak hal yang tidak pernah sabrina lakukan, Sabrina tenggelam dalam gelora panas yang Reyhan berikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umnai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 13
Ketakutan terpancar dari wajah Sabrina, dengan tangan gemetar ia mencari ponselnya dan segera menghubungi Amanda, namun Amanda tak kunjung menerima panggilan nya, beberapa kali mencoba lagi tetap saja hasilnya nihil.
"Angkatlah aku mohon.,.," bisik Sabrina dengan suara isakan, dadanya sesak kegelisahan dan ketakutan menghantui dirinya saat ini.
Dentuman keras musik club menggema di seluruh ruangan, membuat Amanda merasa agak pusing. Ia lalu meminta izin sebentar pada teman-temannya untuk pergi ke toilet. Setibanya di toilet, Amanda segera meraih ponselnya yang bergetar di dalam tas.
Terkejut melihat puluhan panggilan tak terjawab dari Sabrina, rasa khawatir langsung menyelimuti hati Amanda. Tanpa berpikir panjang, ia segera menghubungi Sabrina kembali, namun sayangnya tidak ada jawaban dari seberang. Rasa panik mulai menyusup ke dalam pikiran Amanda, membuatnya segera memutuskan untuk pergi ke rumah Sabrina.
Sambil bergegas keluar dari toilet, Amanda tak sengaja melihat sosok Reyhan yang sedang asik menikmati suasana club. Dengan cepat, Amanda mendekati Reyhan dan menarik tangannya tanpa banyak bicara,
"Reyhan, ayo ikut aku ke rumah Sabrina! Ada yang tidak beres, dia sudah meneleponku berkali-kali tapi tidak menjawab saat kuhubungi balik."
Dengan bingung, Reyhan mencoba melepaskan genggaman Amanda, "Tunggu dulu, apa yang terjadi?.
Amanda menatap tajam ke arah Reyhan, "Tidak ada waktu untuk menjelaskan! Aku khawatir ada yang terjadi pada Sabrina, ayo kita periksa keadaannya!"
"Dimas ikutlah dengan kami" ucap Reyhan, Dimas yang penasaran mengangguk sebagai jawaban.
Reyhan mengikuti Amanda keluar dari club dengan langkah cepat dan penuh kekhawatiran. Mereka bersama-sama segera melajukan mobilnya menuju rumah Sabrina, berharap semoga tidak ada yang buruk yang menimpa Sabrina.
Ketika mereka tiba di rumah Sabrina, suasana sepi menyelimuti tempat itu. Amanda, yang sudah tahu letak kamar Sabrina, langsung bergegas menuju ke sana. Ia menemukan pintu kamar terkunci dan beberapa kali memanggil nama Sabrina, namun tak ada jawaban sama sekali. Kekhawatiran menyelimuti hati Amanda.
"Biar aku dobrak," ucap Reyhan dengan nada tegas. Amanda mengangguk setuju dan bersiap menghadapi apa yang akan mereka temukan di balik pintu tersebut. Dengan beberapa kali dorongan keras, Reyhan di bantu Dimas berhasil membuka pintu kamar Sabrina.
Mereka terkejut melihat kamar Sabrina kosong dan tak ada tanda-tanda keberadaan Sabrina di sana.
"Dimana Sabrina?" Tanya Reyhan.
"Sst diamlah sepertinya ada suara" ucap Dimas saat mendengar isakan pelan dari arah kamar mandi, mereka bergegas menuju ke sana. Di dalam toilet, mereka menemukan Sabrina yang duduk meringkuk ketakutan di pojokan.
Amanda segera memeluk Sabrina erat, mencoba menenangkan temannya itu. Ia terkejut melihat luka di wajah Sabrina yang memar dan lebam. Sementara itu, Sabrina tampak diam dengan isakannya yang semakin menjadi-jadi.
"Sabrina, apa yang terjadi padamu?" tanya Amanda dengan suara yang hampir bergetar karena kekhawatiran yang meluap-luap.
"Tenanglah ada aku disini" ucap Amanda saat Sabrina memeluknya erat.
"Dia,.,. Dia datang.,." Lirih Sabrina seperti sebuah bisikan.
"Dia siapa?, siapa yang datang??" Tanya Amanda bingung, saling tatap dengan Dimas dan Reyhan.
"Dika" jawab Sabrina membuat Amanda terkejut, dan segera menenangkan Sabrina.
"Apa yang terjadi?, apa dia melukaimu? apa dia melakuakn hal buruk terhadapmu?" Tanya Amanda dengan emosi yang meluap.
"Tidak, aku hanya takut" jawab Sabrina, namun Amanda belum puas denagn jawaban Raina ia masih penasaran dengan luka di wajah Sabrina Meski begitu saat ini ia harus bersabar dan menenangkan Sabrina terlebih dahulu.
"Hei .,. Tenanglah ada aku juga disini, kami bersamamu" ucap Reyhan berjongkok di hadapan Sabrina.
Sabrina mendongak menatap Reyhan dengan bibir yang gemetar.
"Reyhan.,,.
"Ya, i'm here" ucap Reyhan dengan senyum mengusap rambut Sabrina.
"Reyhan tolong bawa Sabrina kembali kekamar, aku akan menemui pelayan" ucap Amanda.
"Kau disini bersama Reyhan, aku aka segera kembali" ucap Amanda saat tangan Sabrina menarik baju. Amanda kemudian keluar bersama Dimas.
"Hei,.,. Semua baik baik saja Sabrina, tenanglah ada kami disini" ucap Reyhan dengan lembut.
"Ayo kembali kekamar" ajak Reyhan mengangkat tubuh Sabrina membawanya menuju ranjang, dengan hati hati Reyhan meletakan Sabrina. Ia langsung membungkus tubuh Sabrina dengan selimut, karna tangan Sabrina sangat dingin.
Reyhan sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada Sabrina, namun ia menahanya untuk bertanya, ia menunggu Sabrina tenang dan merasa tenang.
" tenanglah kau aman, semua baik baik saja" ucap Reyhan.
Sementara itu Amanda menemui seorang pelayan menanyakan kronologi tentang Sabrina, tangan Amanda terkepal erat setelah mendengar cerita dari para pelayan.
"Maaf nona, kami tidak berani mengrerai mereka, nona Lisa akan memukul atau menendang kami" ucap pelayan tersebut.
Amanda menghela nafas.
"Lalu dimana Lisa saat ini??
"Dia pergi dengan tuan Dika" jawab pelayan tersebut.
"Tolong ambilkan salep pereda nyeri untuk mengobati Sabrina" pinta Amanda, pelayan itu mengangguk.
"Dika dia kakak kelas Sabrina dulu, dan sekarang dia menjadi paman tiri Sabrina" ucap Amanda.
"Lalu apa yang dia lakukan sampai Sabrina takut terhadapnya?" Tanya Dimas penasaran.
"Di dulu hampir melecehkan Sabrina saat Dika datang berkunjung menemui kakaknya, dan Sabrina sendiri di rumah, untunglah aku datang karna ada janji dengan Sabrina, sehingga saat pria itu akan beraksi aku sudah lebih dulu memukulnya" jawab Amanda.
"Apa orang tuanya tahu hal itu?
"Apa yang diharapkan, setelah menikah ayah Sabrina tampak cuek dan tak perduli lagi dengan putrinya, makanya Sabrina tumbuh menjadi wanita yang tak berekspresi" ucap Amanda, Dimas mengangguk mencoba memahami.
Keduanya kembali masuk ke kamar Sabrina, disana Sabrina sudah tertidur dengan Reyhan disebelahnya.
"Apa yang terjadi?" Tanya Amanda.
"Sabrina tertidur setelah tadi meminum obat itu" jawab Reyhan menunjuk obat yang bearda dinakas.
"Obat apa itu?" Tanya Reyhan.
Amanda terlihat menghela nafas sebelum menjawab.
"Obat tidur, Sabrina sering meminumnya saat keadaanya sedang tidak baik baik saja"
"Biar aku saja" ucap Reyhan saat Amanda akan mengolesi luka Sabrina dengan salep.
"Reyhan aku pulang dahulu, kau ingin ikut atau.,.??
"Aku disini saja menjaga Sabrina bersama Amanda" jawab Reyhan entah mengapa ia harus bertanggung jawab untuk memastikan Sabrina baik baik saja.
"Baiklah, jika terjadi sesuatu segera hubungi aku" ucap Dimas.
"Thankyou Dimas" ucap Amanda.
Dimas mengangguk dan berlalu pergi.
"Tidurlah disebelah Sabrina, nanti aku akan tidur di sofa" ucap Reyhan dengan hati hati mengolesi luka luka yang ada pada wajah dan tubuh Sabrina.
"Apa kau tak penasaran dengan apa yang telah terjadi pada Sabrina?" Tanya Amanda.
"Di banding mengulik penyebabnya bukankah lebih baik untuk memastikan bahwa Sabrina baik baik saja terlebih dahulu" jawab Reyhan dengan senyum tipisnya, ia memperhatikan wajah Sabrina yang sangat damai saat tidur.