Dipaksa pulang karena suatu perintah yang tak dapat diganggu gugat.
ya itulah yang saat ini terjadi padaku.
seharusnya aku masih berada dipesantren, tempat aku belajar.
tapi telfon hari itu mengagetkanku
takbisa kuelak walaupun Abah kiyai juga sedikit berat mengizinkan.
namun memang telfon ayah yang mengatas namakan mbah kakung tak dapat dibantah.
Apalagi mbah kakung sendiri guru abah yai semakin tak dapat lagi aku tuk mengelak pulang.
----------------------------------
"entah apa masalahmu yang mengakibatkan akhirnya kita berdua disini. tapi aku berharap kau tak ada niat sekali pun untuk menghalangiku menggapai cita2ku" kataku tegas. takada sama sekali raut takut yang tampak diwajahku
masabodo dengan adab kali ini. tapi rasanya benar2 membuatku ingin melenyapkan seonggok manusia didepanku ini.
" hei nona, bukankah seharusnya anda tidak boleh meninggikan suara anda kepada saya. yang nota bene sekarang telah berhak atas anda" katanya tak mau kalah dengan raut wajah yang entah lah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsa Salsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
BAB 13
“Aku kenyang”.
“Alhamdulillah kak”. Kataku yang sejatinya sedikit menegurnya.
Cengiran dia berikan setalah mendengar ucapanku. “Kamu belum kenyang?”. Tanyanya yang melihat aku masih asik dengan sushi yang masih terus bergantian masuk ke dalam mulutku.
“Belum”.
Tanpa kembali membuka percakapan dia meraih handphone yang tergeletak tak jauh dari tanganku. Itu handphoneku. Entah apa yang dia lakukan dengan benda itu aku tak terlalu perduli karena fokusku sejatinya masih tentang urusan perut. Aku masih mau makan. Masa bodo dengan benda itu pun juga memang tak ada yang spesial dengan hp yang tak kuberi kunci layar pula.
Dia masih asik bermain dengan handphoneku sampai aku benar- benar menghabiskan semua makanan di meja kami.
“Alhamdulillah”. Ucapku lirih setelah berhasil menghabiskan semua makanan di depanku tanpa sisa.
“Nih”.
Todongnya memberikan handphone yang sedari tadi ia gunakan.
“Kakak buka apa aja di sini?”. Tanyaku memastikan bahwa dia tak melakukan sesuatu yang aneh pada handphoneku.
“Gak ada”. Elaknya tak begitu meyakinkan. “Aku udah masukin no hpku dikontak wamu”. Tambahnya yang sepertinya sambil sedikit tertawa. Entah lh aku tak tau karena dia sudah kembali menggunakan maskernya seusai makan tadi.
‘PakSu🥰’
“Ini ulah kakak ya?”. Tanyaku sambil menghadapkan layar handphone kearahnya.
“Baguskan?”.
“Apaan lebai banget deh kak”.
Aneh sih tapi gak papa nama itu tak kuganti.
Mungkin orang- orang mengira kami aneh. Atau mungkin tak hanya mengira tapi sudah bilang kalau kita aneh. Yah, pergi ke mall dengan pakaian yang sangat tak lazim apa sandal jepit yang melekat indah di kedua kaki kami ini benar- benar berhasil sih.
Ya, berhasil mengecoh para orang- orang terutama para fans suamiku ini. Tapi sejujurnya aku tak begitu peduli dengan fakta bahwa suamiku seorang aktor terkenal.
Aku lebih takut dengan fansnya dibanding dengan cara dia akan bersikap padaku.
Kami masuk ke dalam slah satu store yang khusus menjual segala jenis pakaian wanita. Dia kan sudah bilang akan membelikanku pakaian. Jadi mari kita lihat apakah dia seorang pria yang royal atau malah seorang suami yang perhitungan.
Dia berjalan mengelilingi toko tanpa terlihat canggung sedikit pun. Sedangkan aku hanya berjalan membuntutinya tanpa berniat untuk memilih satu pun pakaian.
Sebenarnya di rumahku (rumah orang tuaku) masih banyak sekali baju yang baru saja kupakai sekali dua kali. Baju- baju yang masih sangat bagus menurutku walaupun sudah kubeli beberapa tahun yang lalu.
Bayangkan saja semisal aku pulang setiap lebaran idul fitri tiba. Dan setiap lebaran pasti juga beli baju baru yang modelnya tak bisa kugunakan untuk pakaian di pondok. Sedangkan paling lama aku berada di rumah itu hanya sekitar dua mingguan. Kemungkinan pakaian itu kugunakan hanya sekali dan menjadi pajangan saja sekarang di dalam almariku.
“Mbak saya ambil ini sama ini. Oh itu juga yang itu sama itu tuh mbak. Nah iya yang itu”. Ucapnya. Sedangkan para petugas toko yang sedari tadi bolak balik mengambil setiap pakaian yang dia tunjuk.
“Coba kamu pilih yang mana yang kamu suka”. Perintahnya sambil menunjuk semua pakaian yang berada di tangan petugas toko.
“Itu gak kebanyakan ya kak?”.
“Terserah kamu”. Katanya seperti tak memaksa.
Kupilih beberapa potong pakaian yang menurutku cocok dan kemungkinan bisa cukup sampai aku kembali ke Pasuruan.
*******
Awan mendung menghiasi langit berbaur dengan suasana sore yang mulai bising. Waktu para pejuang rupiah untuk kembali ke kediaman masing- masing. Kembali berkumpul dengan keluarga.
Kami sudah berada di dalam mobil sejak beberapa menit yang lalu. Setelah terlebih dulu menunaikan kewajiban sekeluarnya kita dari tempat perbelanjaan.
Jalanan sedikit macet tapi sepertinya menurut kebanyakan pengendara ini termasuk hal yang sangat biasa. Bukan Jakarta kalau tak macet kawan.
“Kita akan pergi ke rumahmu dua hari lagi”. Ungkapnya memecah kesunyian kita di dalam mobil.
“Benarkah?”. Tanyaku memastikan. Katanya sejujurnya aku tak ada bayangan akan pulang terlebih dahulu sebelum kembali ke Pasuruan.
ASiapa yang tidak senang kalau diberi tahu bisa pulang kerumahnya sendiri.
kalo siang ada jadwal yang lebih penting.
makasih ya dukungannya🙏🙏🫶🫶